Jujur saja, sebetulnya pada tahun pertama FAMe saya menargetkan dalam hati minimal akan lahir enam penulis di FAMe Banda Aceh. Tiga pria dan tiga perempuan. Para perempuan itu kini kemampuan menulisnya ternyata hampir memenuhi ekspektasi yang saya gariskan di dalam hati. Selamat buat mereka bertiga: Ihan, Eky, dan Yelli. Di antara mereka malah makin sering memenangi lomba menulis pada tahun ini.
Lalu siapa tiga pria yang saya harapkan jago menulis setelah 40 kali pertemuan FAMe? Mereka adalah Hayatullah Pase, Abu Teuming, dan satu lagi anak yang sekampung dengan saya. Namanya, Wanhar Lingga. Tapi lebih dari tiga bulan terakhir dia tak lagi ikut kelas-kelas FAMe yang tutornya makin beragam dan bermutu. Saya dengar dia memfokuskan diri untuk menyusun skripsi dan sudah lulus kuliah di FKIP Unsyiah. Kita ucapkan selamat untuknya.
Sehabis Lebaran ini, saya ingin dia kembali aktif belajar menulis karena saya tahu ikut 44 kali saja di kelas FAMe belum jaminan jago menulis. Kurikulum yang sudah kami susun adalah untuk 74 kali pertemuan. Kembalilah Wanhar dkk lainnya melanjutkan pelatihan sehingga Ands benar-benar bisa jadi penulis.
Lagi pula masih terbilang adil kan jika dari enam penulis yang berhasil saya cetak di FAMe Banda Aceh, salah satunya berasal dari kampungku?
Bagaimana dengan yang lainnya? Butuh waktu sedikit lagi untuk mencapai kategori "mahir menulis". Sisa pengajaran sekitar 30 materi lagi itu saya harapkan mempercepat lahirnya tambahan penulis yang memang jago menulis. Semoga.
Ruang ini mesti menjadi bagian Dari Gerakan Dakwah semesta. Alumnus KPI @hayatullahpasee sudah memulainya
Semoga kita bisa konsisten ya kang..
Jujur saja, sebetulnya pada tahun pertama FAMe saya menargetkan dalam hati minimal akan lahir enam penulis di FAMe Banda Aceh. Tiga pria dan tiga perempuan. Para perempuan itu kini kemampuan menulisnya ternyata hampir memenuhi ekspektasi yang saya gariskan di dalam hati. Selamat buat mereka bertiga: Ihan, Eky, dan Yelli. Di antara mereka malah makin sering memenangi lomba menulis pada tahun ini.
Lalu siapa tiga pria yang saya harapkan jago menulis setelah 40 kali pertemuan FAMe? Mereka adalah Hayatullah Pase, Abu Teuming, dan satu lagi anak yang sekampung dengan saya. Namanya, Wanhar Lingga. Tapi lebih dari tiga bulan terakhir dia tak lagi ikut kelas-kelas FAMe yang tutornya makin beragam dan bermutu. Saya dengar dia memfokuskan diri untuk menyusun skripsi dan sudah lulus kuliah di FKIP Unsyiah. Kita ucapkan selamat untuknya.
Sehabis Lebaran ini, saya ingin dia kembali aktif belajar menulis karena saya tahu ikut 44 kali saja di kelas FAMe belum jaminan jago menulis. Kurikulum yang sudah kami susun adalah untuk 74 kali pertemuan. Kembalilah Wanhar dkk lainnya melanjutkan pelatihan sehingga Ands benar-benar bisa jadi penulis.
Lagi pula masih terbilang adil kan jika dari enam penulis yang berhasil saya cetak di FAMe Banda Aceh, salah satunya berasal dari kampungku?
Bagaimana dengan yang lainnya? Butuh waktu sedikit lagi untuk mencapai kategori "mahir menulis". Sisa pengajaran sekitar 30 materi lagi itu saya harapkan mempercepat lahirnya tambahan penulis yang memang jago menulis. Semoga.
Luar biasa...semoga berkekalan. Ujian menulis adalah istikamah