Wandi dan Dendam yang Meruntuhkan Malikussaleh
PAGI tadi menjadi pagi yang cukup mengejutkan bagi saya. Sebuah pesan whatsapp di grup kecil dosen mengabarkan bahwa gedung utama rektorat Universitas Malikussaleh terbakar. Selain karena masih dalam suasana 17-san, peristiwa itu benar-benar melahirkan beribu tanda tanya. Apa penyebabnya, bagimana itu bisa terjadi?
Dan semakin menyesakkan dada, setelah beberapa menit kemudian, mendapat kabar bahwa ternyata bukan terbakar, namun dibakar. Tak kalah seru dengan sebelumnya, saya pun semakin penasaran dan mencoba mencari informasi lebih banyak.
Pasalnya dalam waktu 24 jam, tanpa kurang semenit pun gedung tersebut dijaga oleh satuan pengamanan internal secara bergantian. Wajar bukan, karena sebagai pusat administrasi universitas, gedung itu menjadi ‘jantung’ kampus yang harus terus berdenyut di saat para pegawainya sudah pulang dan lelap dalam istirahatnya.
Di sana juga ada ruangan pusat server, yang menyimpan begitu banyak data mahasiswa dan data dosen pengajar. Karenanya saya menjadi heran, bagaimana orang yang menenteng bahan bakar itu bisa leluasa masuk dan kemudian beraksi.
Tetapi rasa penasaran itu sejurus kemudian juga pupus. Kabar terbaru dengan klasifikasi A1 menyebutkan bahwa yang membakar gedung tersebut adalah mantan honorer yang sudah mengabdi selama sekian tahun namun tak kunjung diangkat.
Dari sejumlah grup whatsapp kemudian saya mendapatkan detail kronologis aksi pelaku, lengkap dengan identitas dan foto dirinya. Astagfirullah… saya mengenalinya. Saya kenal dengan pelaku ini, karena suatu kali pernah mencari tukang instalasi mesin cuci dan akhirnya berjodoh dengannya. Saya tahu, Wandi, begitu Ia mengenalkan dirinya, saat ini membuka sebuah pusat jasa perbaikan dan service mesin cuci di seputaran Jalan Listrik, Kota Lhokseumawe.
Di mata saya dan juga istri saya, Wandi sosok pekerja yang ulet. Setelah mesin cuci terpasang dan beroperasi dengan baik, tak ragu Ia menawarkan berbagai jasa lainnya. “Saya paham juga soal listrik. Bahkan saya bisa mengaduk semen dan mengikat batu bata. Semua pekerjaan buruh kasar saya bisa,” ujarnya ketika itu.
Karenanya, saya tak menyana bila lelaki yang saya cap tekun dan ulet itu ternyata menjadi sutradara sekaligus aktor utama yang meluluhlantakkan bangunan dua lantai, pusat pengelolaan kampus kedua terbesar di seantero Aceh ini. Dan itu akan menjadi pertemuan kami yang pertama dan terakhir dengannya. Karena sudah tentu, hukuman yang akan diterima atas perbuatan nekadnya itu takkan ringan.
Akibat dari perbuatannya, estimasi jumlah karugian materil lebih dari Rp5 miliar. Ini belum terhitung kerugian dari macetnya pelayanan mahasiswa dan tenaga pengajar.
Penyebab
Pria berusia 34 tahun dengan nama lengakap Safwandi ini mengaku kecewa pada pimpinan kampus negeri tersebut. Pasalnya, setelah mengabdi sekian tahun, dua hari lalu Ia menerima surat pemberhentian sebagai tenaga honorer di bagian listrik. Selain itu, istrinya yang juga berstatus sebagai tenaga bakti di kampus itu, hingga kini tidak kunjung dinaikkan statusnya sebagai tenaga honorer.
Di era seperti sekarang ini, yang bernasib seperti Wandi pasti tak hanya Wandi dan istrinya semata. Pasti banyak Wandi – Wandi yang lain, yang menunggu nasib baik, namun yang datang justru nasib buruk. Menunggu SK pengangkatan, yang datang malah SK pemecatan.
Akan ada banyak alasan bagi orang kecil untuk tersingkir dan disingkirkan dari arena pertarungan. Apa lagi orang-orang kecil yang datang sendiri untuk mengadu nyali, tanpa ada orang lain yang memiliki kuasa di belakangnya.
Saya pernah membaca beberapa satire yang ditulis oleh Emha Ainun Najib dan K H Ahmad Mustofa Bisri. Tentang kondisi di pelbagai belahan negeri ini, yang menepikan keadilan. Karena para penguasa lebih memerhatikan dan mengutamakan kelompoknya, keluarganya, dan kroni-kroninya.
Namun atas nama kemaslahatan, semoga tak ada lagi aksi balas dendam seperti aksi yang Wandi lakukan. Karena tak terperikan tingkat kerugian yang ditimbulkan. Akan banyak sekali mahasiswa dan mahasiswi yang kesusahan, juga para dosen dan pegawai yang tak bersalah yang menanggung rugi. Karena data dan semua berkas administrasi telah menjadi abu.
Saleum,
@zainalbakri
Foto: Grup Whatsapp Jurnalis
This is gold standard material.
Semoga kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua orang, baik atasan maupun buruh bawahan. Hidup ini sederhana jika dijalani dengan sederhana. Konsepnya, bahagiakan orang lain, maka kau akan dibahagiakan Tuhan. Mungkin karena Unimal telah membuat Wandi tidak bahagia, maka Unimal pun harus berduka. Semoga Wandi insaf dan Unimal berbenah.
indah dan serdehana sekali bang @hermanrn
lihatlah. tak perlu menjejak kaki di luar negeri dengan gelar phd untuk memahami betapa sederhana hidup ini.
You've hit the mark.
kebanyakan orang jahat itu terbentuk dari orang baik yang kecewa. semoga ada hikmah yang dapat diambil dari kejadiaan ini.
so wise. thanks @saifulmonar
you are welcome
Menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Yang kecil itu disayangi dan yang besar itu dihormati.
tepat sekali. seperti nasihat saat kita kecil. @mushthafakamal
Masih banyak wandi - wandi lain yang bernasip sama seperti wandi yang telah meluluh lantakkan gedung berlantai dua itu. Hanya saja mereka belum beraksi. Mungkin ini bisa menjadi sebagai bahan intropeksi bagi unimal dan kampus-kampus lainnya, agar Dalat berbenah secara leluasa kedepannya. Agar tidak ada wandi yang memebawa botol bensin lagi kebiro universitas atau ke lembaga instansi pemerintah lainnya.
Semoga saja kanda @zainalbakri ini juga menjadi pelajaran berharga untuk kita kelak ketika memiliki jabatan di sebuah instansi. Kita harus belajar banyak dari kasus "pembakaran" jantung kampus tercinta kuta ini.
Tks @nasrud selalu ada pelajaran dari setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita ini
Jroh gurei @zainalbakri
April lalu saya pernah berkunjung ke Unimal. Semoga pemerintah segera membangun kembali yang lebih baik. Kampus harus menjadi pilar yang menyertai pembangunan daerah
amiin... bang @rismanrachman
Terbilang nekad dan konyol,
dari kacamata kita yg normal ya.... @kunrishartanto