RE: Perubahan Sosial dalam Menghadiri Acara: Kenal Tuan Rumah, Jatah Makan, dan Gengsi Sosial
Saya suka postingan bapak,hal yg dirasa sederhana tapi bukan sepele.
Di daerah saya tradisi undangan ya begitu,datang dan salaman ,amplop.
Seminggu kalau lagi musimnya kita bisa dapat undangan 4 atau lima,rata-rata kenal semua karena daerah kami belum begitu ramai penduduknya .Tetapi di beberapa desa dan kecamatan lebih padat.
Soal papan bunga juga semakin membudaya...masalahnya persis seperti yang bapak ceritakan,padahal menurut saya itu mubazir saja.
Isi amplop,lebih parah ...didepan gerbang masuk ada meja tamu sekalian panitia yang bertugas membuka dan mencatat isi amplop yang dibawa oleh para undangan. Alasannya untuk mempersingkat waktu.Kalau dihitung setelah pesta usai butuh waktu lama sementara pembubaran peta harus segera dilaksanakan secepatnya. Bila tak sempat datang kita harus menitipkannya,tuan rumah akan mengirimkan sebungkus "bontot"sebagai bukti bahwa kiriman sudah diterima.
Masakan untuk pesta,pertama untuk yang "rewang"atau membatu kerja sukarela di dapur.Sebelum pulang disediakan makan siang sekalian keranjang "bontot"untuk yang dirumah.Kedua,"tonjok-an" yaitu bungkusan makanan isi lengkap diantar kerumah-rumah orang yang kita undang. Terakhir hidangan prasmanan untuk tamu-tamu undangan.
Bayangkan rumitnya ...undangan,tuan rumah sama-sama direpotkan.
Bapak @kba13 kita pesta di Gunung Meriah Aceh Singkil?
kayanya lebih parah yang ini hehehe