Pawai Menyambut Hari Kartini Di PAUD Hidayatul Mardiyah Kampung Parakanjati

Selamat pagi sahabat Steemian, apa kabarnya hari ini ? Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan, kesehatan dan kebahagiaan kepada kita semua Aamiin.

Hari ini aku ingin berbagi cerita tentang kegiatan di sekolah anak keduaku Aisyah di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di kampung Parakanjati kelurahan Susukan, kecamatan Bojonggede, kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat, Indonesia. Kemarin hari Senin tanggal 29 April 2019 di sekolah anakku Aisyah diadakan acara pawai menyambut hari Kartini. Hari Kartini biasanya diperingati setiap tanggal 21 April. Kebetulan tanggal 21 April 2019 jatuh pada hari Minggu sehingga acara pawai menyambut hari Kartini dilaksanakan pada hari Senin kemarin. Meskipun agak telat tetapi murid-murid PAUD sangat antusias mengikutinya.

Berikut ini adalah beberapa foto-foto pawai dan peragaan busana pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia :

Murid-murid PAUD Hidayatul Mardiyah bersiap-siap untuk pawai keliling kampung di sekitar lingkungan sekolahnya. Sebagian anak membawa, memegang dan memakai papan dan kertas bertuliskan slogan-slogan yang mencerminkan kepribadian Raden Ajeng Kartini, pahlawan wanita Indonesia. Salah satu slogan khas Kartini adalah : "Habis gelap terbitlah terang". Pawai Kartini-an diadakan sekaligus menyambut bulan suci Ramadhan (bulan puasa bagi umat Islam) sebagian murid juga ada yang membawa slogan tulisan seperti ini : "Marhaban Ya Ramadhan (selamat datang bulan suci Ramadhan)".

Sebagian besar murid-murid memakai pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia. Pakaian adat yang dipakai ada yang koleksi pribadi, ada yang baru dibeli oleh orang tuanya ada juga yang menyewa di salon kecantikan yang menyewakan pakaian adat.

Karena keterbatasan dana dan bulan ini banyak pengeluaran keuangan untuk biaya sehari-hari dan biaya sekolah anak-anakku, aku sengaja tidak menyewa pakaian adat untuk anakku Aisyah. Sewa pakaian adat bagiku harganya cukup mahal sekitar seratus dua puluh ribu sampai seratus lima puluh ribu Rupiah tergantung jenis pakaian adatnya dan riasannya (make-up). Anakku Aisyah hanya memakai pakaian sederhana, baju putih lengan panjang dan rok panjang kotak-kotak yang terbuat dari bahan sarung. Aku pakaikan aksesoris kalung berbentuk miniatur angklung (alat musik tradisional yang terbuat dari bambu) yang aku beli di Bandung beberapa bulan yang lalu. Aisyah juga memakai kerudung putih dan memakai selempang bertuliskan "Marhaban Ya Ramadhan". Meskipun penampilan Aisyah sangat sederhana tetapi lumayan menghemat biaya pengeluaran sewa pakaian adat dan kalaupun Aisyah memakai pakaian adat dengan dandanan berlebihan aku yakin pasti Aisyah tidak akan merasa nyaman. Baru dipakaikan lip balm (pelembab bibir) saja Aisyah sudah merasa tidak nyaman.

Guru-guru di PAUD Hidayatul Mardiyah turut menemani dan mendampingi murid-muridnya pawai keliling.

Sebagian orang tua murid juga mengikuti anak-anaknya pawai keliling.

Setelah pawai keliling murid-murid kembali ke sekolahnya dan duduk di kursi yang sudah disediakan karena acara dilanjutkan dengan peragaan busana pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia.

Berikut ini adalah beberapa foto-foto peragaan busana adat ala murid-murid PAUD Hidayatul Mardiyah :

Alisia memperagakan busana pakaian adat dari Padang, Sumatera.

Alidzar memperagakan busana pakaian adat dari pulau Bangka Belitung.

Aisyah memperagakan busana muslimah. Anakku terlihat malu-malu dan agak bingung harus bagaimana menampilkannya karena memang tidak ada latihan persiapan sebelumnya aku hanya mengajarkan sekilas saja selebihnya aku biarkan dia berkreasi sendiri sesuai keinginannya. Sama halnya dengan teman-temannya banyak yang grogi dan bingung harus bagaimana karena memang di sekolah dan mungkin juga di rumahnya belum diajarkan cara untuk memperagakan busana dengan baik dan percaya diri.

Tetapi aku salut dan bangga dengan anakku Aisyah karena sudah mau berani tampil maju ke depan ditonton oleh teman-temannya, guru-guru dan juga orangtua murid. Ada satu orang temannya yang malu tidak mau maju untuk tampil ke depan memperagakan busana yang dipakainya karena mungkin biasa dimanja oleh orang tuanya.

Nayla dan adiknya Jihan tampil kompak berdua dengan busana muslimah. Penampilan Jihan yang imut, lucu dan bersemangat membuat semua yang hadir tertawa melihatnya.

Naura tampil memperagakan busana muslimah.

Naysilla tampil dengan busana adat Betawi.

Kinara memperagakan busana muslimah Jawa Sunda.

Uqon tampil gagah dengan pakaian adat Betawi dan dia juga menunjukkan jurus-jurus silat yang diajarkan oleh ayahnya.

Arkaan memperagakan busana muslim.

Reza tampil dengan pakaian adat Jawa.

Tiga orang murid memperagakan pakaian polisi anak.

Berikut ini adalah beberapa foto-foto para pemenang lomba peragaan busana :

Alisia, Alidzar dan Zulaikha menjadi pemenang lomba peragaan busana pakaian adat terlengkap dan terfavorit. Hadiah berupa 🏆 piala penghargaan dan bingkisan topi cantik dibagikan oleh guru.

Zulaikha menjadi pemenang pertama lomba peragaan busana adat terlengkap dan terfavorit versi juri.

Alidzar menjadi pemenang kedua lomba peragaan busana pakaian adat terlengkap dan terfavorit versi juri.

Kinara, Ardan dan Uqon menjadi pemenang lomba peragaan busana muslim dan muslimah.

Uqon menjadi pemenang pertama lomba peragaan busana muslim Betawi.

Semua murid-murid juga mendapatkan snack berupa lontong, donat meisis dan risoles isi wortel kentang serta mendapatkan bingkisan menarik berupa topi cantik dan keren. Semua dana untuk hadiah dan konsumsi diperoleh dari sumbangan orang tua murid masing-masing hanya lima belas ribu Rupiah. Lebih murah dibandingkan biaya lomba di sekolah-sekolah lainnya.

Itulah ceritaku tentang kegiatan pawai menyambut hari Kartini sekaligus menyambut bulan suci Ramadhan. Terima kasih telah meluangkan waktunya untuk membaca postingan sederhana ini, kurang lebihnya mohon maaf. Selamat pagi dan selamat memulai aktivitas.