Bunga Matahari
Itu adalah sebuah sore pada pertengahan Juli. Hari dimana pertama kali kita berjumpa. Kau mengenakan kemeja yang kau gulung sampai siku. Ransel biru yang tampak penuh tersampir di kursi sebelahmu. Satu gelas kopi susu sudah di atas meja begitu aku sampai. Asap-asap tipisnya mengepulkan kehangatan yang pelan-pelan menyusupi hati kita. Kau tersenyum memperlihatkan sederet gigimu yang rapi. Aku ikut tersenyum, melontarkan satu dua kalimat sapa lalu menarik kursi dan duduk di hadapanmu. Kita mulai bercerita. Tentang kau dan rutinitasmu. Tentang aku dan hari-hariku. Atau tentang apa saja yang terlintas di kepala kita. Di luar, angin kencang yang sudah berhari-hari menerpa Banda Aceh menggugurkan daun-daun trembesi, sementara kita membicarakan banyak hal sambil tertawa sesekali.