Cerpen: AYAH ..............
Ayah adalah seorang pria yang tangguh, umurnya sekarang menginjak 42 tahun. Uban nya sudah mulai tumbuh tampak kerut di dahinya. Mungkin ini faktor usia ayah yang sudah berkepala empat. Ayahku seorang yang kadang harmonis dan kadang juga kejam, mungkin karena aku sering bermain sampai lupa waktu pulang karena itu ayah memarahiku. Tapi dari semua itu, aku tahu bahwa ayahku sangat menyayangiku. Tangan ayahku sangat lentik, ayah mahir dalam menjahit dan mendesain baju. Ayah menyulap semua kain – kain yang bergulung –gulung menjadi baju- baju yang indah dan siap di pakai. Mungkin tanpa ayah kain tak bisa disulap menjadi baju yang banyak mamfaatnya. Aku bangga padanya, beliau adalah pahlawan kita, dan juga pahlawanku.
17 Agustus 1972 itulah hari kelahiran pahlawanku. Bertepatan dengan itu juga hari kemerdekaan Indonesia. Semua bumi pertiwi bergetar, bersorak sorai merayakan hari kemerdekaan, semua rakyat Indonesia patut bangga terhadap pahlawan- pahlawan yang telah memperjuangkan Indonesia merdeka dengan sepenuh hati berharap agar anak cucunya tidak merasakan pahit getirnya para pejuang peperangan.
Aku memang sangat mengigat tanggal kelahiran ayahku tercinta, dan aku kira kalian juga begitu mengigatnya, karna bertepatan dengan hari kemerdekaan Negara kita Indonesia. Andai saja aku bisa menambahkan daftar pahlawan Indonesia, aku akan deretkan nama ayahku disana.
Aku tak berkutik memikirkan bagaimana cara mengucapkan selamat ulang tahun untuk ayahku karna jarak kami sangatlah jauh. Aku sedang menuntut ilmu di pesantren yang berada di Aceh Besar tepatnya di kampung Krueng lamkareng, Indrapuri tempatnya ditutupi oleh gunung-gunung yang rapi bak pasukan paskibra pengibar bendera merah putih diistana merdeka. ( 2 JAM aku memikirkan itu ).
‘’Ingin sekali meminjam hp ke pembimbing asrama, argh…tapi apa alasannya?’’ tanyaku dalam batin
Begitu lama aku memikirkan itu rasanya aku ingin kabur dari pesantren, pulang kerumah. Tapi, hal ini tak mungkin terjadi, mustahil rasanya. Ini akan menambah daftar pelanggaranku. Dan itu pasti membuat ayah tidak menyukainya, ayah pasti akan memarahiku.
‘’ Miftah ibumu datang!’’ ujar Fitri hasanah. Aku terbangun dari lamunanku. Ideku tiba – tiba muncul bak angin sepoi-sepoi yang tertiup sejenak.
‘’ Miftah ana pinjam hp-nya yaya…’’ ujarku setengah meregek kepadanya.
‘’ Iya, bentar ya ana minta dulu’’
‘’Oke! Makasih iya!’’
Miftah berlalu, tak terlihat batang hidungnya di koridor asrama. Dia pergi menjumpai ibunya.
‘’ Alangkah baiknya kalau kawan, tanpa kau mungkin hati ini resah’’ aku membatin. Yah, walaupun ideku melanggar peraturan tentang pasal tidak boleh meminjam hp pada wali santri. Tapi, tak apalah asal tidak ketahuan sekali ini, lain kali tak akan kuulangi lagi.
‘’ Ini hp-nya! Telepon aja’’ ujar miftah sambil menyodorkan hp-nya kepadaku.
‘’ Ah, iya makasih!’’
Tak sabar ingin menekan tuts hp, cepat – cepat aku menekan nomor ayahku yang memang sudah sangat terhafal di memori otakku ini. Telepon pun diangkat!
‘’ Assalamualaikum ayah!’’
‘’ Walaikumsalam nak’’ jawab ayahku dengan suara seraknya dari hp.
‘’ Ayah jum’at datang kan? Tolong bawain….. blablabla……’’ basiku ke ayah.
‘’InsyaAllah ya nak, mungkin kalau ayah mendapatkan tawaran kerja mendadak, ayah tidak bisa datang. Jangan menangis di pesantren!’’ usil ayahku.
‘’ Sudah besar gak mungkin nangis lagi ayah’’ cetusku, ayah memang masih sering mengigatkanku betapa cengengnya diriku ketika kelas satu dikarenakan tidak betah di pesantren, sampai – sampai aku tak mau bicara dengan ayah karna marahnya aku kepadanya atas keterlambatan ayah menjengukku hari jum’at. Argh… betapa bodohnya aku dulu! sekilas cerita duluku. To the point lagi.
‘’Ayah, selamat ulang tahun ya! Akak sayang ayah ‘’
‘’Iya, nak’’ jawab ayah singkat.
Setelah basa – basi di telepon, akupun menyudahi percakapanku dan mengembalikan hp ke Miftah. Argh… leganya hati ini. Ayah tidak suka diucapkan ulang tahun itu terdengar jelas dari suaranya, karena beliau beranggapan itu menyerupai perayaan kaum kafir. Tapi, tak apalah yang penting aku bisa melepaskan rinduku kepadanya. Walaupun aku tak memberikan hadiah apapun untuknya. Tapi, lantunan do’a disetiap sholatku kupanjatkan untuk-nya. Berharap aku selalu bisa membahagiankannya,mereka yang menyayangiku sepanjang masa.
‘’Kasih sayang ayah ibu tak terhingga sepanjang masa!’’
Writter by: Alfiana Reffiyani
Untuk Kegiatan Sosial
NOTE, Sebahagian penghasilan/pendapatan dari akun ini akan digunakan untuk kegiatan Sosial
Follow @bible.com