Dibalik cerita petani
Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah pada kesemapatan kali ini saya mencoba kembali merangkai kata demi kata sebuah cerita, yang mungkin hanya beberapa orang saja yang merasakan dan memikirkan menghargai sebuah pekerjaan yang paling mulia, yaitu seorang petani.
Terlahir dari keluarga petani merupakan kebangaan tersendiri bagi saya, dimana banyak pelajaran yang saya dapatkan dari keluarga seorang petani.
seperti ama(ayah) dan ine(ibu) yang membuat motivasi terbesar bagi saya, megajarkan caranya keiklasan mereka saat merawat setiap tamanan yang di tanam baik tanaman kopi, maupun senuen mude(tanaman muda). Dulu ayah saya seorang TNI lulusan terbaik kedua se Aceh, namun banyak yang membuat saya bingung dan bercampur pertanyaan hati mengapa beliau memutuskan keluar dari seorang tentara, dan memilih menjadi seorang petani.
Semua pertanyaan dan kebingungan tersebut terjawab, ayah hanya beralasan tak ada pekerjaan semulia petani yang mampu memberi nafkah yang halal di setiap keringat ketika bekerja, hanya petani yang mampu memberikan kehidupan di setiap masyarakat di belahan dunia mana pun, tampa petani manusia dimuka bumi ini tak akan merasakan kenikmatan makanan di setiap tanaman yang ditanam petani.
Begitu juga saya, dari hasil petanilah saya di besarkan dan dari pekerjaan petanilah saya bisa belajar samapai jenjang sarjana pada saat ini.
Yang mebuat saya bigung banyak di antara kita masih meremehkan pekerjaan petani ini, mereka beranggapan petani hanyalah pekerjaan rendahan dan pekerjaan pilihan terakhir ketika tak mampu lagi mendapatkan pekerjaan yang di inginkan. Tak berhenti disitu, banyak di antara anak muda yang lahir dari keluarga petani malu dengan pekerjaan orang tua nya, pikiran yang salah seperti ini seharusnya di buang jauh-jauh dari pikiran dan ideologi pikiran.
Mengapa harus malu dan gengsi, cobalah keluar dari zona nyaman dan mencoba terjun kelapangan dan melihat secara langsung saat petani bekerja, kita akan melihat keiklasan dari mata mereka, waktu bekerjaan yang tampa ada berhenti hanya saat makan dan minum, kerigatan yang mereka keluarkan tak akan mampu di beli dengan nilai uang mana pun, hanya mampu dihargai dan di doakan muda-mudahan kesehatan dan rejeki mereka di tambah oleh Allah SWT. Bangga lah ketika memiliki pekerjaan petani dan bangga lah ketika memiliki orang tua seorang petani, banyak regenerasi yang cerdas berbakat lahir dari keluarga petani dan mampu kuliah kejenjang master dan gelas dokter.