Maut Bisa Memanggil Siapapun dan kapanpun
Malam ini aku dikagetkan dengan pesan' yang masuk dari teman' ke WhatsApp ku yang menghentakkan dadaku.
Pesan itu yakni berita duka mengenai kehilangan seorang sahabat terbaik yang pernah Allah hadirkan dalam hidup. Namanya Akim Ritonga, sering aku memanggil namanya dengan sebutan "Bang Akim", ya karena lebih usianya sedikit diatasku.
Aku mengenalnya saat awal perkuliahan. Beliau adalah senior 1 tahun diatasku yang berkuliah di Fakultas Hukum, bertemu di salah satu forum yang singkat hingga membawa kami pada persahabatan yang terus berlanjut hingga berbagai kegiatan kami lakoni bersama hingga bertemu teman' sevibrasi di berbagai komunitas dan forum.
Karena kecerdasan dan luasnya pengetahuan yang dimiliki, tak jarang beliau menghidupi dirinya dengan penghasilan dari kompetisi yang dimenangkan saat menjadi mahasiswa. Tak hanya ilmu Hukum, akuntansi dan kepenulisan adalah hal membuatnya betah berlama-lama bergelut dengannya.
Kami pernah melakukan program Pengabdian di lapas Kelas IIA Lsm bersama saat itu untuk meloloskan Kompetisi PKM dari Dikti. Hingga melakukan Ekspedisi Nusantara Jaya di Pulau Breuh bersama.
Bukan cuma itu, Bang Akim adalah sosok guru yang senantiasa menghardik ketidakmampuanku. Sosok sahabat yang senantiasa merangkulku. Kebaikannya sungguh tak terbalaskan. Masih segar di ingatanku bagaimana saat kelaparan di kosnya yang sumpek di blang pulo saat uang tersisa 8 ribu lalu kami keluar untuk membeli makan nasi goreng telur dadar di seberang jalan lalu makan bersama untuk menutupi kekosangan perut hari itu.
Kami terus berkomunikasi walau jarak telah memisahkan usai memperoleh sarjana, beliau sering berkabar mengenai pekerjaan nya. Namun akhir 2019 aku mulai sulit menghubunginya. Lalu aku chat via DM Instagram, tanya gimana kabarnya jawabnya beliau sudah keluar dari pekerjaan karena sakit. Saat aku tanya sakit apa itu pun tidak dikasih tau mungkin demi menghindari kesusahan orang disekitarnya. Lalu disuruh kirimkan plakat penghargaannya yang masih tinggal sama aku ke alamat rumahnya di sumatera utara.
Selepas itu aku tak lagi dapat kabar darinya hingga tahun 2020. Dan dipertengahan malam tadi banyak teman' yang mengirim WhatsApp ke aku mengabarkan bahwa Bang Akim sudah pulang kerahmatullah sejak 27 Desember 2019 dengan penyakit paru-paru yang dideritanya.
Sungguh sangat syok dan tak menyangka secepat itu Allah memanggilnya. Aku telah benar' kehilangan satu sosok sahabat yang sangat baik. Tak ada lagi yang mengingatku seperti dulu, tak ada lagi yang memotivasiku setiap saat. Selamat Jalan bang Akim, semoga kebaikanmu memudahkan jalanmu ke surga-Nya. Aminn
By : Muhammad Irwan
16-02-2020