[ fiksimini ] Tentang kebun dan cangkul [fiksimini] About the garden and the hoe
"... Hoe-hoe, deep hoe Planting corn in our garden ..."
Whose? Yet in fact we do not have the garden. Only the corn seeds that we have, and even then not much more than the fingers that want to stroke you. But why do you keep telling me to scratch the garden?
Do you know? corn needs loose soil such as gentleness, water splashes like sweat and sacrifice, and fertilizer fertilizer from livestock manure full of loyalty.
We do not have the garden yet, but we will try it through a handful of land that we can take from the potholes on each of our journeys.
Now is not time to hoe, we just need to learn to take care first. Learn to pluck up the dense grasses such as to wipe out a grudge with forgiveness; watering the soil and leaves like listening to a favorite song.
For a while, I just keep the hoe first. Later the hoe will go out on his own when he is needed.
Indonesia
"... Cangkul-cangkul, cangkul yang dalam. Menanam jagung di kebun kita..."
Milik siapa? Padahal senyatanya kita belum memiliki kebun itu. Hanya benih jagung yang kita punya, itupun banyaknya tak lebih banyak dari jari jemari yang ingin mengelusmu. Tapi mengapa engkau terus menerus menyuruh aku untuk mencangkuli kebun itu?
Tahukah engkau; jagung butuh tanah yang gembur seperti kelemah-lembutan, percik-percikan air seperti keringat dan pengorbanan, serta pupuk penyubur dari kotoran ternak yang penuh kesetiaan.
Kita belum memiliki kebun itu, namun kita akan mencobanya melalui segenggam tanah yang bisa kita ambil dari jalan berlubang di setiap perjalan kita.
Saat ini belum waktunya mencangkul, kita hanya perlu belajar merawat dahulu. Belajar mencabuti rumput yang lebat seperti menghilangkan dendam dengan memaafkan; menyiram tanah dan daunnya seperti mendengarkan lagu kesukaan.
Untuk sementara, Cangkulnya kusimpan saja terlebih dahulu. Nanti cangkul itu akan keluar sendiri saat dia dibutuhkan.