SALAH KIRA
Usianya menginjak 40 tahun saat aku menjadi rekan kerjanya, sudah tiga tahun aku tidak lagi bekerja disana, itu artinya ia sudah 48 tahun sekarang.
Ia tidak begitu akrap dengan sesama pria, pun dengan wanita, ia lebih sering menyendiri dengan hanya membaca koran atau buku pelajaran. Ia sangat tertutup, aku tidak pernah melihatnya bercengkrama, berbagi cerita atau sekedar bertegur sapa dengan siapapun. Baik dengan yang lebih tua apa lagi dengan yang lebih muda.
Kecuali dengan ku, entah mengapa ia sangat terbuka dan banyak bicara, tertawa nya juga lebar kadang hingga terkekeh. Padahal ia yang punya sumber cerita, aku hanya sesekali saja menimpali sesuka hatiku.
Sebelum itu, aku sudah mendengar kisahnya dari orang-orang, mereka bilang ia egois, cepat emosi, cepat marah, pelit, kasar, dan masih banyak sifat buruk dan selalu yang buruk-buruk saja yang mereka utarakan jika itu sudah menyangkut tentang dia.
Namanya Sultan Takrir, anak-anak menyebutnya pak Sutan yang kadang kala diplintir menjadi Pak Setan, tetapi denganku ia tidak demikian, ia malah sangat baik. Tidak ada satu sifat pun yang sama persis seperti yang mereka ceritakan padaku.
Ia memiliki kebun yang sangat luas, konon kebun itu adalah warisan neneknya yang diturunkan untuk orang tua dan orangtuanya mewariskannya lagi untuk dia sebagai anak tunggal. Kebun itu ditumbuhi perbagai jenis pohon. Seperti: durian, mangga, rambutan, jambu dengan berbagai varian rasa dan warna. Belum lagi manggis, kedondong, Langsat dan masih banyak lagi. Setiap musim tentu ada saja yang dipanen.
Bulan 11, tahun 2010 aku mulai menjadi rekan kerjanya, sejak saat itu setiap panen ia selalu membawakan buah-buahan itu untukku, ia letakkan di atas meja. Ia memintaku untuk tidak memberikan atau membagikannya pada siapapun, khusus untuk dibawa pulang.
Bermacam spekulasi berdatangan, aku tidak peduli, pun dia. Hingga tiba saatnya aku bertanya.
Mengapa tidak menikah, aku hanya memastikan apakah ia jatuh hati padaku, aku ingin membuktikan apakah rumor yang beredar benar, bahwasanya aku berhasil mengubah kebiasaanya, dan itu karena ia punya rasa.
"Aku tidak menganggap mu wanita"
Perasaan ku tidak karuan saat itu, rasa malu dan pilu bercampur menjadi satu. Lalu ia menjelaskan bahwa:
"Wanita itu banyak maunya, egois, cepat marah, cepat emosi, tidak mau mengalah, tidak mau mengakui kesalahan,tidak mau bersabar, boros, merasa paling pintar, paling hebat, paling baik.
Wanita lihai bermain drama, bisa tertawa lalu menangis kapan saja, seolah-olah mereka tertindas, sangat terluka dan menderita, pandai memanfaatkan keadaan lalu menuntut sesukanya.
Aku hanya diam, kata-kata yang ia lontarkan itu menjadi hantaman keras bagiku.
Aku malu, karena over Percaya Diri, aku seolah-olah sudah mengantongi kepastian bahwa ia suka padaku dan aku akan menolaknya mentah-mentah. Padahal kenyataannya, jangan sekedar suka, malahan aku tidak dianggapnya wanita, karena itu aku pilu luar biasa.
Dengan suara parau aku mengumpulkan kekuatan, lalu aku bertanya,
"Apakah suatu saat nanti kau akan menikah"
Dengan tegas ia menjawab:
"Tidak, tidak pernah, dan tidak akan pernah". Aku sudah tenang sendiri, aku bisa menikmati kehidupan dengan aman dan nyaman tanpa gangguan, yang lebih penting aku bisa beribadah dengan tenang. Karena yang aku lihat saat ini, pernikahan bukan lagi untuk menyempurnakan ibadah, tetapi malah menjadi malapetaka. Jadi, aku sudah memutuskan bahwa aku tidak akan menikah sampai kapanpun.
Kalau kau ingin menjauhiku seperti yang lain silahkan saja. Aku tidak masalah, karena aku lebih baik hidup apa adanya, dari pada mereka hidup penuh kepalsuan, mereka hanya buang-buang waktu, mereka berfikir bahwa pura-pura bahagia itu tidak butuh tenaga, tidak butuh masa dan biaya.
Adakah sedikit saran untukku? Aku bertanya tanpa beban.
Ia menjawab
"Jika kau nanti menikah, menikahlah dengan pria yang sebenar-benarnya pria".
Aku bingung, lalu ia menambahkan.
Pria yang sebenar-benarnya adalah mereka yang tidak punya satupun sifat-sifat buruk seperti yang melekat pada diri wanita yang sudah aku sebutkan tadi.
Paham???
Aku hanya mengangguk perlahan.
To my liking I am Ere for The Fruits
Seadog a Sailor I am , Ahoy ahoy
A Captain I am, don't get a chance to set ashore
Perhaps to my liking , I do like your post and set ere for a reading.
Ta @ayijons , I will set my Anchor Ere again
Arrghh, I'd like to drag me anchor through her lagoon! Arggh!
I have to go I don't understand your linguage and some Fruits I have taken , Mersi
Keren mbak cerpennya @ayijons
Pandai juga bermain kata 🤩🤩🤩
Posted using Partiko Android
He he. Tengkiuuuu.
😊😊
Posted using Partiko Android