Ekowisata Mangrove Belawan Sicanang
Belawan Sicanang nama desa pinggiran kota merupakan satu satunya tempat yang masih memiliki hutan mangrove di Kota Medan Sumatra Utara Indonesia berdampingan dengan PT. PLN yang mensuplai listrik Sumatra Utara hingga ke Aceh, di situ juga tempat bersandarnya kapal dari ukuran kecil hingga ukuran raksasa dari berbagai negara.
Masyarakat di situ masih mengantunggkan hidup dari hutan mangrove, sekedar mencari kepiting, udang dan berbagai jenis ikan dan ada pula sekelompok masyarakat peduli lingkungan hutan mangrove yang bertempat tinggal sekitar itu mengolah sedemikian rupa hutan mangrove menjadi destinasi wisata.
Selain menjaga dan menanam batang pohon mangrove dengan adanya wisata mangrove sicanang mereka mengedukasi para pengunjung tentang pentingnya menjaga hutan mangrove untuk kehidupan manusia.
Fasilitas yang disediakan di ekowisata tersebut bukan hanya trek jalan mengitari hutan mangrove, tetapi juga tersedianya fasilitas umum lainnya seperti cafe, mushola, mck, foto selfie dan spot untuk memancing dengan hanya membayar uang masuk 10 ribu rupiah.
Kita berharap dengan adanya ekowisata mangrove selain meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar juga dapat menjadi tempat belajar dan menyadarkan masyarakat untuk peduli akan alamnya khususnya hutan mangrove.
Englis
Belawan Sicanang, the name of a suburban village, is the only place that still has mangrove forests in Medan City, North Sumatra, Indonesia, alongside PT. PLN, which supplies electricity from North Sumatra to Aceh, is also where ships from small to giant sizes from various countries rest.
The people there are still waiting for life from the mangrove forest, just looking for crabs, shrimp and various types of fish and there is also a group of people who care about the environment of the mangrove forests who live around it processing in such a way that the mangrove forest becomes a tourist destination.
In addition to maintaining and planting mangrove tree trunks with mangrove tourism, they educate visitors about the importance of protecting mangrove forests for human life.
The facilities provided in ecotourism are not only road tracks around the mangrove forest, but also the availability of other public facilities such as cafes, prayer rooms, mck, selfie photos and fishing spots by only paying an entrance fee of 10 thousand rupiah.
We hope that with mangrove ecotourism, besides improving the economy of the surrounding community, it can also be a place to learn and make people aware of their nature, especially mangrove forests.
original photo and picture of @dedybadunk
if you are interested in
votefollowresteem@dedybadunk