Kulepas Engkau Pergi....

in #travel6 years ago

download_1526093438696.jpeg

PERPISAHAN selalu berakhir duka lara. Apalagi pada belahan jiwa. Tak kuasa berkata-kata, kecuali memandanginya. Tubuh kecil lelaki 12 tahun itu belumlah pandai mengenakan sarung yang diikat dengan tali pinggang.

Menahan air mata untuk jatuh dihadapannya begitu sulit. Apalagi kemudian saat berpelukan terjadi. Lelaki 12 tahun yang mengenakan sarung dan berbaju koko itu melepas jatuh beberapa mutiara cair dari kedua bola matanya.

Awalnya lelaki 12 tahun ini membiarkanku memeluknya tanpa balas memeluk. Kurasakan kerapuhanku sebagai Amanya. Beberapa bait kata kusiram kedalam jiwanya. Dia kemudian balas memelukku.

Pelukan ini seolah tak ingin kulepas. Tapi tak bisa. Aku kemudian berpura –pura kuat dan memegang kedua pipinya. Lelaki 12 tahun dengan tinggi diatas satu meter itu berkaca-kaca. Matanya merah dan berurai air mata.

Akh……Anakku. Dia kemudian bersalaman dengan adiknya Alifah Timami, Syarifah Caya Humaira dan kakaknya Shafa Nurillah. Tak ada tangis saat Dia bersalaman dengan dua adiknya yang belum mengerti apa-apa.

Sementara dengan sang kakak, dia juga berusaha kuat. Tapi giliran dengan Inenya, kembali dia menangis. Tapi tak terisak dan sedu sedan. Hanya air matanya saja yang mengalir di pelukan Inenya.

Sejumlah kata nasehat keluar dari mulut Inenya. Inenya tak menangis, sepertinya Inenya kuat atau sengaja menguatkan diri agar sang anak laki satu-satunya itu betah di tempat barunya ini. Setelah dia mengikhlaskan kepergian kami, kamipun bergegas pulang.

Orang tua mana yang kuat melepas anaknya hidup berpisah. Apalagi di usia dini. Tapi memilih masa depan anak agar lebih baik secara ilmu pengetahuan dan agama, tentu harus dilakukan manakala orang tua secara sadar paham arti pendidikan.

Pilihan melepas anak menuntut ilmu di pasantren adalah salah satunya. Sistim di pasantren sudah dibuat bagaimana seorang anak tamatan Madrasah Ibtidaiyah (Sekolah Dasar) diinapkan dan diajar. Membuat bagaimana mereka betah dan mengisi waktu dengan ilmu dan keterampilan demi hari esok.Bukan untuk hari ini.

Jika diikutkan rasa kasih sayang seorang Ama/Ine, anak masih kecil, belum mandiri, belum bisa dipisahkan dari orang tua. Bagaimana makan dan tidurnya dan sejumlah persoalan lain, membuat orang tua seperti saya tak akan melepaskan anaknya merantau dan berpisah.

Tetap dalam ketiak orang tua . Apalagi orang tua seperti saya yang pemahaman ilmu dan agama masih apa adanya. Tidak pula disiplin mengajarkan anak saat berada dirumah dengan ilmu pengetahuan dan nilai –nilai agama serta contoh. Bukan teori. Seperti mematikan tv dan ikut mengajarkan anak-anak melantunkan ayat-ayat suci.

Membenarkan bacaan anak-anak saat shalat dan mengaji. Semuanya adalah kewajiban orang tua. Tapi hidup di zaman saat ini, serba instant dan mudah membuat orang tua seperti saya, lebih suka memberi alasan dan mencari kambing hitam demi pembenaran ketidakmampuan dan ketidakdisiplinan orang tua terhadap tanggungjawab pendidikan agama anak-anaknya.

Tapi ketika ada pilihan yang baik dan mampu dilakukan, seperti memasukkan anak-anak ke pasantren, tentu alasan ketidakmampuan orang tua mengajarkan anak akan nilai-nilai agama secara langsung, bisa diterima. Dari pada tidak ada pilihan, tidak mau tahu, tidak peduli dan hanya berpikir keduniaan. Menanam padi pasti tumbuh rumput. Tapi menanam rumput saja tak akan tumbuh padi.

Apalagi jika ditambahkan alasan lain, sibuk mencari uang, nafkah, ngak sempat, capek dan lain-lain.Ini menurut pendapat awamku. Untuk itulah aku memilih berpisah dengan anakku. Menurutku ini jalan yang baik, menapikan perasaanku,Inenya dan saudaranya. Setelah terlebih dahulu aku memberinya penjelasan dan keikhlasannya.Selebihnya, aku dhaif, kuserahkan pada Sang Khaliq. Sebagai pemilik Ilmu dan masa depan serta Ruh. Aku berharap penuh padaNya.

Sehari di Pasantren Gontor 10 Darul Amin Seulimum Aceh Besar. Pasantren yang merupakan cabang ke 10 dari Pondok Modren Gontor Ponorogo Jawa Timur telah beberapa tahun berdiri. Santri kelas 6 dari Gontor 10 kini menuntut ilmu di Gontor Pusat, Ponorogo.

Di hari pertama berada di Gontor 10, (25/6), para orang tua santri diinapkan di beberapa kamar yang disiapkan Pondok. Tamu pondok, seperti orang tua santri diurus oleh Mapenta (Majlis Penerimaan Tamu ) yang menyediakan nasi dan minum orang tua santri.

Selama sehari penuh, para santri baru dan santri kelas dua hingga lima sudah punya jadwal sendiri. Praktis tak ada waktu berleha-leha. Kecuali ba’da Ashar yang agak longgar karena setelah shalat Ashar, santri punya waktu untuk mencuci dan berolah raga.

Magrib shalat berjamaah dan dilanjutkan dengan mengaji dan makan malam. Mandiri, itulah salah satu yang diterapkan Gontor. Tak ada perbedaan santri yang orang tuanya kaya atau miskin. Semuanya sama dengan pola yang sudah diterapkan.

Tak heran jika para santri berdasi, berkemeja dan bersepatu pantopel. Mereka tampak elegan dan ilmiah dengan dua bahasa, Arab dan Inggris. Gontor 10 terletak Sekitar lima kilometer setelah Saree.

Berada tak jauh dari jalan negara Banda Aceh-Sigli. Bangunan permanen dengan atap berwarna biru. —-

Pilihan memasukkan anakku ke Gontor 10 dilandasi beberapa hal. Seperti anak-anak dijarkan mandiri dan disiplin dengan sistim yang dibuat Gontor. Nyaris tak ada waktu luang kecuali belajar dan belajar.

Sementara ekstra kulikuler disediakan berbagai jenis olah raga dan bela diri serta kepanduan (Pramuka). Dua hari setelah berpisah dari anak lelakiku satu-satunya. Situasinya kuyakin sudah aman. Dia sudah punya kawan dan disibukkan dengan belajar mengisi waktunya.

Malah Inenya yang masih belum rela melepas anaknya pergi sejauh 250 kilometer darinya. Dua hari setelah berpisah dengan anaknya, Inenya masih menangis dan mengingkari perpisahan dengan berbagai alasan dan perasaannya.

Akh istriku,… masih bertindak dengan perasaan..(Ashaf)
(Sumber : http://www.lintasgayo.com/26015/kulepas-anaku-pergi.html,)

9 mai 2018, untuk kali kedua, kulepas lagi dia pergi, di Bandara Sultan Iskandar Muda. Usianya sudah lebih tua, 16 tahun. Namanya Sona Farouq Akram.

IMG_20171130_142451.jpg

IMG_20180509_070538_HDR.jpg

Setelah dua tahun di Gontor 10, Seulimun. Kelas intensif. Tahun ketiganya, siswa disana harus sekolah di Gontor 1, Ponorogo.

Di bandara itu, Inenya Sona, tidak lagi menangis. Dia menangis saat Ustad Husni, pimpinan Gontor 10 memberi wejangan.

Air matanya mengalir deras hingga matanya sembab dan memerah. Dikatakan Ustad Husni, sambil menangis, bahwa semua anak pada dasarnya pintar.

Hanya saja mereka tidak menggunakan waktu dengan tepat. Untuk itulah, Ustad menerapkan kedisiplinan. "Terkadang saya marah dan memukul mereka. Tujuan saya agar mereka menjadi generasi emas di masa depan. Mendahulukan ahlak dan etika", kata Ustad Husni sambil mengelap air matanya dengan tisu.

IMG_20180509_074538_HDR.jpg
(Ustad Husni, Pimpinan Gontor 10).

Dijelaskan Ustad Husni, Gontor didirukan tahun 1926. Pendirian Gontor bermula, ketika
Seminar internasiona tahun 1926. Di Arab Saudi.

Kala itu masih sedikit sekali orang Indonesia yang mahir berbahasa Arab. Pulang seminar, didirikanlah Gontor.

"Gontor berprinsip tidak akan pernah ikut Ujian Nasional (UN). Karena, santri Gontor ujian lisan 15 hari dan ujian tulisan 15 hari", tandas Ustad Husni.

"Anak Saleh dan lurus harus dibina. Menuntut ilmu agama adalah jihad", sebut Ustad. Disiplin, membuat 5000 santri Gontor, bisa ditangani dalam satu periode sekolah.

IMG_20180509_093321_HDR.jpg

Kami, aku dan istriku. Ingin merekam jejak anak-anakku dengan track record yang benar. Sesuai kehendakNya. Karena hidup bukan hanya disini. Tapi juga disana. Semoga kelak mereka, berarti, bagi dirinya dan lingkungannya. Ada manfaat kehadirannya. Bukan saja untuk diri sendiri. Tapi orang lain.

IMG_20180509_100933_HDR.jpg

Sort:  

Semoga jadi anak amal shaleh ya @winruhdikopi

Amin yaa Allah @suhadi-gayo, buge, berizin

Semoga Jadi pemimpin masa depan Gayo....

Terlalu tinggi @nyakyus89 semoga dia berarti untuk dirinya sendiri dulu. Lingkungannya, hidupnya berarti bagi bagi orang lain saja, itu sudah prestasi yg membanggakan, begitu kata Rasulullah... Semoga, buge

InShaa Allah sepulang menimba ilmu menjadi Anak yang berbakti pada orang tua dan berguna bagi nusa dan bangsa. Aamiin

Alhamdulillah bg.. Berizin

Alhamdulillah

semoga mendapatkan Ilmu yang bermanfaat si wen bang.

Amin yaa Allah.. Buge

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.16
JST 0.029
BTC 76408.37
ETH 2936.47
USDT 1.00
SBD 2.63