Visit Aceh - Indonesia #2 Mountain Bur Klieten - Aceh tengah (Bilingual)
Dear steemian may we always be given health wherever we are.
this time I want to share a little about my trip with the team to one of the tops that has its own unique value for us and everyone who loves adventure.
Dear steemian semoga kita selalu diberikan kesehatan dimanapun kita berada.
kali ini saya ingin berbagi sedikit tentang perjalanan saya bersama tim ke salah satu puncak yang memiliki nilai unik tersendiri untuk kami dan semua orang yang menyukai pertualangan.
Bur Klieten is located in the southeast of the lake Lut Tawar Takengen, a mountain that rises to the sky with an altitude of 3000 meters above sea level. The mountain in the hill of this row, is known haunted. But if we come with a sense of friendship and bring a mission of peace, nature will also be friendly with us. There was a teardrop, upon seeing Takengen from the peak of Bur Klieten, Bintang Subdistrict, Central Aceh. An unlikely sight of all humans can see firsthand. It turns out to get the photo as you see it is not as easy as turning the palm of the hand. We had to climb the mountain with steep conditions, bushes, full of thorns, through the path.
Bur Klieten berada di sebelah Tenggara danau Lut Tawar Takengen, merupakan gunung yang menjulang ke langit dengan ketinggian 3000 meter DPL. Gunung dalam pelukan bukit barisan ini, dikenal angker. Namun bila kita datang dengan rasa pershabatan dan membawa misi kedamaian, alam juga akan bersahabat dengan kita.
Ada tetesan air mata, saat melihat Takengen dari puncak Bur Klieten, Kecamatan Bintang, Aceh Tengah. Sebuah pemandangan yang tidak tentu semua manusia bisa melihat langsung. Ternyata mendapatkan foto seperti yang saudara lihat ini bukanlah semudah membalikan telapak tangan. Kami harus mendaki gunung dengan kondisi terjal, belukar, penuh duri, melalui jalan setapak.
The trip also takes 13 hours. Automatic when up to the peak in the afternoon, after the start at sunrise. We have to spend the night in this mountain area. Certainly must be able to fight cold bone piercing. Equipment for sleeping in the forest is required. So with the preparation during the forest, everything must kiami prepare. Starting from food, medicine, to sleep equipment. The heavy backpack we carry to the top. On average our team carries a load of backpacks of 80 kilograms. In addition to the equipment for cooking and which I mentioned earlier, also must be included 10 liters of water, rice, until the equipment to wrap the body. Lumanyan heavy, requiring physical to be stamina.
Perjalananya juga membutuhkan waktu selama 13 jam. Otomatis bila sampai kepuncaknya pada sore hari, setelah di start pada saat matahari terbit. Kami harus bermalam di kawasan gunung ini. Tentunya harus bisa melawan dingin yang menusuk tulang. Perlengkapan untuk tidur di dalam hutan wajib dibawa. Demikian dengan persiapan selama dalam hutan , semuanya harus kiami siapkan. Mulai dari makanan, obat-obatan, sampai dengan perlengkapan tidur. Lumanyan berat ransel yang kami bawa sampai ke puncak. Rata- rata tim kami membawa beban ransel mencapai 80 kilogram. Selain perlengkapan untuk memasak dan yang sudah saya sebutkan sebelumnya, juga harus dimasukan air 10 liter, beras, sampai keperlengkapan untuk membalut tubuh. Lumanyan berat, membutuhkan fisik yang harus stamina.
Walking for 13 hours with a load on the shoulders, quite tiring. With weights in our heavy backpacks we take a break when eating, or drinking to recuperate. A long journey by climbing between the bush and thorns we passed. But the fatigue was gone and turned into a teardrop, when I saw Takengen, Gayo country, from the top of this mountain. A very beautiful country is like a surge. With sincerity, what I see with the Mahagapa team, we are sometimes five of us, sixth doing mountain climbing. We have a code name according to the state of the mountain. I wooden kul (big wood). Some of us called Gele, Gerupel, Lekap, Beringen, Kelowang, Kuwel Kimpul, all the names we call came from the forest. What I saw with Bur Kelietan's team, was like watching a country reached by the clouds. this is Gayo. The beauty of our Gayo from the White Elephant worship for you all. See Gayo our photo works from reaching cloud clouds.
Berjalan mendaki selama 13 jam dengan beban di pundak, cukup melelahkan. Dengan beban di ransel yang lumanyan berat kami istrirahat sejenak ketika makan, atau minum untuk memulihkan tenaga. Perjalanan panjang dengan mendaki diantara semak dan duri kami lalui. Namun rasa lelah itu hilang dan berubah menjadi tetesan air mata haru, ketika melihat Takengen, negeri Gayo, dari puncak gunung ini. Negeri yang sangat indah bagaikan surge. Dengan ketulusan hati, apa yang saya lihat bersama tim Mahagapa, kami kadang kala berlima, berenam melakukan pendakian gunung. Kami memiliki nama sandi sesuai dengan keadaan gunung. Saya kayu kul (kayu besar). Ada yang kami panggil Gele, Gerupel, Lekap, Beringen, Kelowang, Kuwel Kimpul, semua nama yang kami panggil itu berasal dari hutan. Apa yang saya saksikan bersama tim dari Bur Kelietan, bagaikan menyaksikan sebuah negeri yang dijangkau awan. inilah Gayo. Keindahan Gayo ini kami dari Gajah Putih mempersembahan buat saudara semuanya. Lihat Gayo hasil karya jeptran kami dari jangkau awan awan.
thank you to all my loyal readers, dont forget to upvote-reestem-follow me @syukur
terima kasih untuk semua pembaca setia saya, jangan lupa untuk upvote-reestem-follow saya @syukur
This post has received a 6.3 % upvote from @boomerang.