Ketek Krueng Tingkeum
boldKetek Krueng Tingkeum
Dalam setahun terakhir, jika Anda pengguna jalan Banda Aceh Medan khususnya yang melintasi wilayah Keude (kota kecamatan) Kutablang, Anda akan disuguhi pemandangan menarik, ketek Krueng Tingkeum, ya salah satu alat penyeberangan alternatif darurat untuk menyeberangi Krueng (sungai) Tingkeum dari Keude Kutablang atau Gampong (nama lain penyebutan untuk desa di Aceh) Tingkeum Manyang ke Gampong Lhoknga yang berada di seberang sungai atau sebaliknya.
Penyeberangan alternatif ini tercetus oleh masyarakat setempat setelah rusaknya jembatan Kutablang sebagai penghubung kedua Gampong tersebut yang berada di jalan lintas Sumatera Banda Aceh Medan. Oleh masyarakat setempat dibuat Ketek atau Rakit, yang dibuat dari perahu bermesin 10 PK, yang perahu tersebut dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga terlihat seperti perahu tongkang kecil, yang disekelilingnya mempunyai tiang-tiang sebagai pengaman terhadap penumpang, dan mempunyai atap untuk melindungi penumpang dari terik matahari dan hujan. Awalnya ketek tersebut digunakan untuk mengangkut orang dan sepeda motor, namun melihat antusiasme pengguna jalan dalam menggunakan ketek, beberapa bulan kemudian ketek dibuat dengan skala yg lebih besar untuk mengangkut mobil. Jika untuk sepeda motor bisa menampung sekitar 15-20 sepeda motor berikut orangnya sekali angkut, namun untuk mobil hanya bisa mengangkut 3 mobil sekali angkut. Jika sepeda motor plus penumpang nya memasang tarif Rp. 5000 (lima ribu rupiah) sekali angkut, namun untuk mobil plus penumpang tarifnya Rp. 30.000 (tiga puluh ribu rupiah) sampai Rp. 35.000 (tiga puluh lima ribu rupiah) sekali angkut, khusus untuk anak sekolah tarifnya hanya Rp. 1000 (seribu rupiah) per siswa. Dari hanya satu dua buah usaha ketek tersebut, tidak lama kemudian menjamur, sehingga mencapai 20an lebih usaha ketek.
Namun demikian, jika pengguna jalan tidak ingin menggunakan jalur penyeberangan alternatif ini, bisa menggunakan jalur alternatif darat. Jika pengguna jalan dari arah Medan menuju Banda Aceh menggunakan jalur selatan via Gampong Blang Me kecamatan Kutablang dan keluar dari Gampong Pante Lhong kecamatan Peusangan Siblah Krueng, maka jika dari Banda Aceh hendak ke Medan memakai jalur utara via ujung jembatan melewati Gampong Tingkeum Baroh kemudian keluar via ujung jembatan Gampong Tingkeum Manyang.
Namun kini, kita tidak bisa melihat lagi aktivitas Ketek, karena tutue (jembatan) Kutablang telah selesai dibangun yang baru. Sehingga pengguna jalan sudah bisa melewati jembatan baru dengan nyaman. Aktivitas jembatan ini terhenti akibat jembatan mengalami kemiringan setelah penyangga jembatan dihantam kayu-kayu gelondongan besar yang hanyut dibawa air pasang setelah beberapa hari hujan deras disepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Peusangan. Rusaknya jembatan Kutablang, di satu sisi sedikit menghambat aktivitas pengguna jalan yang ingin ke atau dari Banda Aceh, namun di sisi lain mendatangkan keberkahan bagi warga setempat yang berdomisili di gampong-gampong di seputaran jembatan Kutablang. Bagi yang memiliki modal bisa mendirikan usaha ketek penyebrangan tersebut, yang kemudian merekrut pemuda-pemuda setempat untuk bekerja pada usaha tersebut. Dibalik musibah yang Allah berikan, ada hikmah yang bisa kita petik sebagai manusia yang mengharapkan ridha-Nya.
ka abeh masa bot ketek ..
Postingan yang bagus bg @sir.arafat01
Tapi ka hana lagot le ketek bg, ka na tutu