Cakra Donya "bonds of friendship between the two kingdoms" | Cakra Donya "Ikatan Persahabatan antara dua Kerajaan"

Good evening the Steemian all, may we be given the longevity and health in carrying out all activities everyday. Amin

Selamat malam para Steemian semua, semoga kita diberikan umur panjang dan juga kesehatan dalam menjalankan segala aktifitas sehari-hari. Amin

Steemian, you guys know that Aceh has ties with China, a country dubbed as country Curtain bamboo has a bond of friendship with the Kingdom of Aceh Darussalam. One of the evidence if the Acehnese have a relationship or bond of friendship with this bamboo curtain country is by having a giant Bell of the heritage of Aceh.

Steemian, tahukah kalian bahwasanya Aceh memiliki ikatan dengan negara Cina, negara yang dijuluki sebagai negara Tirai bambu ini memiliki ikatan persahabatan dengan kerajaan Aceh Darussalam. Salah satu bukti jika Aceh memiliki hubungan ataupun ikatan persahabatan dengan negara tirai bambu ini adalah dengan adanya Lonceng Raksasa peninggalan kerajaan Aceh.

The Bell of cakra Donya is the form of the Iron Crown shaped stupa 1409 M made in China, with a height of 125 cm and a width of 75 cm. Chakra means train axle, whereas Donya means the world. On the exterior there are ornate and Donya Chakra symbols shaped like Chinese and Arabic.

Cakra Donya merupakan lonceng yang berupa mahkota, besi berbentuk stupa buatan Cina 1409 M, dengan tinggi 125 cm dan lebar 75 cm. Cakra berarti poros kereta, sedangkan Donya berarti dunia. Pada bagian luar Cakra Donya terdapat hiasan dan simbol-simbol berbentuk aksara Cina dan Arab.

Admiral Cheng Ho was a leader of the muslim fleet of Imperial China carry out historic cruise to various countries in the South China Sea up to Madagsakar and never stopped to Sumatra island around the year 1415. The sojourn has managed to build a friendship, cooperation and trade-based fraternity of da'wah.

Laksamana Cheng Ho adalah seorang pemimpin muslim armada laut Kekaisaran Tiongkok yang melaksanakan pelayaran bersejarah ke berbagai negara di laut China Selatan sampai ke Madagsakar dan pernah singgah ke Pulau Sumatera sekitar tahun 1415. Persinggahan tersebut telah berhasil membangun persahabatan, kerjasama perdagangan dan persaudaraan yang berbasis dakwah.

Basically, Chakra Donya is the name of a battleship Sultan Iskandar Muda, namely the vessel Cakra Donya where a Bell is hung, in their invasion against the Portuguese in Malacca. In the past the Bell from the ship Cakra Donya, hung with chains of the anchors on the tree of the horses near Baiturrahnim Mosque in the palace complex to the Palace is emitted when the occupant must be gathered in order to listen to the announcement of the Sultan.

Pada dasarnya, cakra Donya adalah nama sebuah kapal perang Sultan Iskandar Muda , yaitu Kapal Cakra Donya di mana lonceng ini digantungkan, dalam penyerbuannya terhadap Portugis di Malaka. Pada masa lalu Lonceng dari Kapal Cakra Donya tersebut, digantung dengan rantai jangkar pada pohon kuda-kuda dekat Mesjid Baiturrahnim dalam kompleks kraton untuk dibunyikan apabila penghuni kraton harus berkumpul guna mendengarkan pengumuman Sultan.

However, since the year 1915 M this historic Bells were transferred to the Museum Aceh and placed in the dome.
The chain Donya 9.63 cm length Chakra is the iron chains that once used to hang a Bell of Cakra Donya horses on a tree in front of the Baiturrahim Mosque complex in the Palace of the Sultanate of Aceh Darussalam until 1915.

Akan tetapi, sejak tahun 1915 M Lonceng bersejarah ini dipindahkan ke Musium Aceh dan ditempatkan dalam kubah tersebut. Rantai Cakra Donya panjangnya 9,63 cm adalah rantai besi yang dahulu pernah dipakai untuk menggantung Lonceng Cakra Donya pada pohon kuda-kuda di depan Mesjid Baiturrahim dalam kompleks Istana Kesultanan Aceh Darussalam sampai tahun 1915.