Hiking mount Halau-halau from Kalimantan, Indonesia
Good Morning friends @esteem every things This time I want to share the sad story that I do in this place
And here's the story ......
maybe for the climber / traveler in Indonesia this one mountain is still not popular anyway, but for the South Kalimantan climber especially in my area in Barabai - Hulu Sungai Tengah so must be very familiar with the mountain
this one. oya, actually if called a mountain also not hell, because the height of less than 2,000 mdpl may be more precisely called the hill (according to the info I get). because the customs of local people already from the first when calling the plateau area with the word 'mountain', so it's up to you want to call hills or mountains. This is the top of the gallant Hales (gn Besar) adjacent to the top of the Bini Halau-halau. This peak can be seen from a distance at a certain angle. This peak is the highest peak in the Meratus mountain range in South Kalimantan. Precisely in the district of Batang Alai Timur Regency Hulu Sungai Tengah South Kalimantan.
actually already 2 years I want to make a note about this climbing, but due to time constraints and also my lack of skill in storytelling and writing, finally this paper I finish also with albeit in an irregular grammar ... hehehe
Unlike in Java islands, for example, that every week or even every day is visited by climbers who want to climb, different here may be due to a considerable distance from the center of the provincial capital or lack of promotion from the local government or perhaps one particular reason. this area has not been officially opened as a tourist attractions by the government related climbing. That is why there are no restroom posts like in Java or other famous climbing places.
only a few groups of local climbers from the mapala, orpala, traveler etc. or outside the region come here both for the inauguration of the members of mapala and just simply want to curl the peak with a height of 1,901 mdpl this.
mass climbing is scheduled between the 15th and 19th days of August with the raising of the Red and White flag at the top of the Lau Halau-halau. So, for those who want to climb with many friends suggested follow this mass climb. if you climb only a few people without a guide afraid of things that are not diingankan, given the almost 90% of the field along a dense forest covered. for me this is the excess of Kalimantan with its natural forest with various types of trees / plants, although some have been used as plots of rupiah for certain circles.
as the Hulu Sungai Tengah (HST) community, it is a loss if I have never felt the highest peak in South Borneo ini.Berikut little story climbing trip to the summit of Halau-halau.
incidentally because I live in HST journey takes about 4 days PP to get to the top of Halau-halau. From the capital of HST Barabai takes about 1.5 hours to the village of Kiyu is the last village as well as the gateway to the top of the Meratus mountains are still beautiful. just park the vehicle in Kiyu village, guaranteed the people there friendly and so must be very safe broadvised before climbing to ask permission to local residents, because remembering the peak of Halau-halau is one of the sacred places for Kiyu villagers who still embrace the religion of Kaharingan.
Okay, the journey begins.
(TRANSLATE INDONESIA)
(Mungkin untuk para pendaki / traveler di indonesia gunung yang satu ini masih belum populer sih, tapi untuk pendaki kalimantan selatan terutama di daerah saya di Barabai - Hulu Sungai Tengah jadi harus sangat akrab dengan gunung
yang ini. oya, sebenernya kalau disebut gunung juga bukan neraka, karena tinggi kurang dari 2.000 mdpl mungkin lebih tepat disebut bukit (sesuai info yang saya dapatkan). karena adat istiadat masyarakat setempat sudah dari dulu ketika menyebut daerah dataran tinggi dengan kata 'gunung', jadi terserahkepada Anda ingin memanggil bukit atau gunung.ini adalah bagian atas Hales gagah (gn Besar) berdekatan dengan bagian atas Bini Halau-halau. Puncak ini dapat dilihat dari jarak pada sudut tertentu. Puncak ini adalah puncak tertinggi di pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan. tepatnya di Kabupaten Batang Alai Timur Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan.sebenarnya sudah 2 tahun saya ingin membuat catatan tentang pendakian ini, tetapi karena keterbatasan waktu dan juga kurangnya keterampilan saya dalam mendongeng dan menulis, akhirnya tulisan ini saya selesaikan juga dengan meskipun dalam tata bahasa yang tidak beraturan ... hehehe
tidak seperti di pulau Jawa, misalnya, bahwa setiap minggu atau bahkan setiap hari dikunjungi oleh pendaki yang ingin mendaki, perbedaan di sini mungkin karena jarak yang cukup jauh dari pusat ibukota provinsi atau kurangnya promosi dari pemerintah setempat atau mungkin satu alasan tertentu. area inibelum resmi dibuka sebagai tempat wisata oleh pemerintah terkait pendakian.itulah mengapa tidak ada pos toilet seperti di Jawa atau tempat pendakian terkenal lainnya.hanya beberapa kelompok pendaki lokal dari mapala, orpala, musafir dll. atau di luar daerah datang ke sini baik untuk pelantikan anggota mapala dan hanya ingin meringkuk puncak dengan ketinggian 1.901 mdpl ini.
pendakian massal dijadwalkan antara tanggal 15 dan 19 Agustus dengan pengibaran bendera Merah Putih di bagian atas Lau Halau-halau. jadi, bagi yang ingin mendaki bersama banyak teman disarankan mengikuti pendakian massal ini. jika Anda mendaki hanya beberapa orang tanpa pemandu takut akan hal-hal yang tidak dapat diingankan, mengingat hampir 90% lapangan di sepanjang hutan lebat tertutup. bagi saya ini adalah kelebihan Kalimantan dengan alamnyahutan dengan berbagai jenis pohon / tanaman, meskipun beberapa telah digunakan sebagai petak-petak rupiah untuk kalangan tertentu.
sebagai komunitas Hulu Sungai Tengah (HST), itu adalah kerugian jika saya belum pernah merasakan puncak tertinggi di Kalimantan Selatan ini.Berikut sedikit perjalanan pendakian ke puncak Halau-halau.
kebetulan karena saya tinggal di perjalanan HST membutuhkan sekitar 4 hari PP untuk sampai ke puncak Halau-halau. dari ibu kota HST Barabai membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam menuju desa Kiyu yang merupakan desa terakhir sekaligus pintu gerbang menuju puncak gunung Meratus yang masih asri. parkir saja kendaraan di desa Kiyu, dijamin orang-orang di sana ramah dan harus sangat aman diliput sebelumnyamemanjat untuk meminta izin kepada penduduk setempat, karena mengingat puncak Halau-halau adalah salah satu tempat suci bagi warga Kiyu yang masih memeluk agama Kaharingan.
Oke, perjalanan dimulai.)
The route taken is: Kiyu Village - Shelter Sungai Karuh - Shelter Penyaungan - Puncak - Shelter Penyaungan - Shelter Sungai Karuh - Village Kiyu
The first climbing objective is the Karuh River shelter with an estimated time of 6 - 8 hours. The first step I took with friends on the suspension bridge at the end of Kiyu village, the river below rumbles with its small cascades. the first hour of the climb is still a gentle slope, along the production forest by stepping on the path of cement / brick that has begun to crack while crossing several rivers. shady trees almost along the path through which can reduce tired and sweat pouring ditubuh ditubuh. Plus the rumbling sound of river water adds to the atmosphere that is getting close to nature.
(TRANSLATE INDONESIA)
(Tujuan pendakian pertama adalah tempat penampungan Sungai Karuh dengan perkiraan waktu 6 - 8 jam.langkah pertama yang saya ambil dengan teman-teman di jembatan gantung di ujung desa Kiyu, sungai di bawah bergemuruh dengan jeraminya yang kecil. jam pertama pendakian masih landai, di sepanjang hutan produksi dengan menginjak jalur semen / bata yang sudah mulai retak saat menyeberangbeberapa sungai. Pohon-pohon rindang hampir di sepanjang jalur yang dilalui yang dapat mengurangi lelah dan keringat yang ditubuh ditubuh. ditambah suara gemuruh air sungai menambah suasana yang semakin dekat dengan alam.)
.
after meeting the bridge with two streams (at the same time the last water source) there are just a few hills that make a pretty ngos-ngosan but still a fairly slick cement road. an hour of ngos-ngosan through some hill earlier we will meet a small cottage belonging to the local community that is used as a place to rest when they grow crops or gardening. Angsau, once the locals call this place. a short break in this cottage is a great idea, because the breath that has begun at the end of the horn considering the climb that has been passed quite steep and draining power.
(TRANSLATE INDONESIA)
(setelah bertemu jembatan dengan dua aliran (sekaligus sumber air terakhir) hanya ada beberapa bukit yang membuat ngos-ngosan cukup tapi masih jalan semen yang cukup licin. satu jam ngos-ngosan melalui beberapa bukit tadi kita akan menemui sebuah pondok kecil milik masyarakat setempat itudigunakan sebagai tempat untuk beristirahat ketika mereka bercocok tanam atau berkebun.angsau, setelah penduduk setempat memanggil tempat ini. istirahat sejenak di pondok ini adalah ide bagus, karena nafas yang sudah dimulai di ujung tanduk mengingat pendakian yang telah dilewati cukup curam dan menguras tenaga .)
In front of the eye, a fairly steep incline awaits. a moment of slow break continued, from here the terrain continues to climb only occasionally encountered a flat field. From here most of the climbers began to be tested for their patience, but with a strong passion it can certainly be a ...
it was around the year 80 an he said the path that we passed this is the path of the timber company, but do not know exactly the company they stop because of what. The traces of the former company they will be partly still felt that a fairly large road traversed. ###### several steps accompanied by rest for a few seconds, so the next several hours until the road began to narrow, the cement road was changed with the ground premises slightly rocky small .
(TRANSLATE INDONESIA)
(Di depan mata, tanjakan yang cukup curam menanti. Saat istirahat lambat berlanjut, dari sini medan terus menanjak hanya sesekali ditemui medan datar. Dari sini sebagian besar pendaki mulai diuji kesabarannya, tetapi dengan semangat yang kuat itu pasti bisa menjadi ...
sekitar tahun 80 an dia mengatakan jalan yang kami lalui ini adalah jalur perusahaan kayu, tetapi tidak tahu persis perusahaan yang mereka hentikan karena apa. jejak bekas perusahaan mereka akan sebagian masih merasa bahwa jalan yang cukup besar dilalui. beberapa langkah disertai dengan istirahat selama beberapa detik, sehingga beberapa jam berikutnya sampai jalan mulai menyempit, jalan semen itu berubah dengan tanah denga tanah sedikit berbatu.)
To make it easier to travel, goods such as carrier etc. we leave it in the tent, just carry the necessary tools only. but it is guaranteed to be safe to leave the goods here. To reach the peak it only takes about 45 minutes with the terrain continue to climb with the path of mossy tree roots, every now and then we have to bow and head because of tree trunks. not too spend extra energy we finally ..... taraaaaa .... we even in Puncak Halau-halau, the highest peak in the Meratus mountain range of South Kalimantan. Just 1,901 mdpl, but not easy to climb, it takes time for mental struggle and energy to be sacrificed. not too broad this peak plain, but enough to accommodate about 6-8 pieces of tents.how proud to see the green around with the beautiful expanse of Meratus mountain forest that stores hundreds or even thousands of species of plants and animals in it later for the life of our children and grandchildren later.
after the snap-snap and narcissistic, the sun has begun to sting we decided to go down.the trip down slightly faster than the nanjak, well its name is also down..heeehee ... For some groups of climbers, from the peak or Penyaungan there are directly down to the village of Kiyu (about 10 - 12 hours drive), but me and my friends decided to spend the night at the River shelterJust like most climbers, with the aim of saving power for the next day.journey from summit to river Karuh about 4-6 hours. Again the river waterfall Karuh favorite place to release fatigue and tired when finished muncak .... I swear, this night's sleep is very sound ... hihihiiii
(TRANSLATE INDONESIA)
(menanjak hanya sesekali ditemui medan datar. Dari sini sebagian besar pendaki mulai menetap kesabarannya, namun dengan semangat yang kuat itu pasti bisa menjadi ...
sekitar tahun 80 an dia mengatakan jalan yang kami lalui ini adalah jalur perusahaan kayu, tetapi tidak tahu persis perusahaan yang mereka hentikan karena apa. jejak bekas perusahaan mereka akan sebagian masih merasa bahwa jalan yang cukup besar dilalui. beberapa langkah terpisah dengan istirahatselama beberapa detik, beberapa jam berikutnya sampai jalan mulai menyempit, jalan air mani itu berubah dengan tanah denga tanah sedikit berbatu.)
! [image] ()
Agar lebih mudah bepergian, barang-barang seperti pengangkut dll. Kita tinggalkan di tenda, cukup bawa alat yang diperlukan saja. tetapi dijamin aman untuk meninggalkan barang di sini. untuk mencapai puncaknya hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit dengan medan terus menanjak dengan jalur akar pohon yang berlumut, sesekali kita harus membungkuk dan kepala karena batang pohon. tidak terlalu mengeluarkan energi ekstra kita akhirnya ..... taraaaaa .... kita bahkan di Puncak Halau-halau, puncak tertinggi diPegunungan Meratus dari Kalimantan Selatan.hanya 1,901 mdpl, tetapi tidak mudah untuk mendaki, dibutuhkan waktu untuk perjuangan mental dan energi untuk dikorbankan. tidak terlalu luas dataran ini, tetapi cukup untuk menampung sekitar 6-8 buah tenda. betapa bangga melihat hijau di sekitar dengan hamparan indah hutan gunung Meratus yang menyimpan ratusan ataubahkan ribuan spesies tumbuhan dan hewan di dalamnya nantinya untuk kehidupan anak cucu kita nanti.
setelah snap-snap dan narsis, matahari sudah mulai menyengat kami memutuskan untuk turun.perjalanan turun sedikit lebih cepat dari nanjak, nah namanya juga turun..heeehee ...untuk beberapa kelompok pendaki, dari puncak atau Penyaungan langsung turun ke desa Kiyu (sekitar 10 - 12 jam perjalanan), tetapi saya dan teman-teman saya memutuskan untuk bermalam di tempat penampungan SungaiSeperti kebanyakan pendaki, dengan tujuan penghematan daya untuk hari berikutnya. Perjalanan dari puncak keSungai Karuh sekitar 4-6 jam.lagi air terjun sungai tempat favorit Karuh melepas kepenatan dan lelah ketika selesai muncak .... Aku bersumpah, tidur malam ini sangat terdengar ... hihihiiii)
The fourth day :
Karuh River - Kiyu (return)
after cooking, breakfast and packing things, we also went back to the village of Kiyu. Travel about 4-6 hours. The climb this time was ended safely. Alhamdulillah.
things that are always reminded, take home your garbage while climbing, the mountain is not a trash can. Keep always our natural preservation wherever we are.
(TRANSLATE INDONESI)
(setelah memasak, sarapan dan mengemas barang-barang, kami juga kembali ke desa Kiyu. Perjalanan sekitar 4-6 jam. Pendakian kali ini berakhir dengan aman. Alhamdulillah.
hal-hal yang selalu diingatkan, bawa pulang sampah saat mendaki, gunung bukan tempat sampah. menjaga pelestarian alam kita di mana pun kita berada.)
So few notes climbing the summit of Halau-halau, although the words and sentences in writing is still shambles. please correction, hopefully useful.
Do not forget to support my blog and upvote my blog ya friends all ,, thanks
(TRANSLATE INDONESIA)
(Begitu sedikit catatan yang mendaki puncak Halau-halau, meskipun kata-kata dan kalimat dalam tulisan masih berantakan. mohon koreksi, semoga bermanfaat.
Jangan lupa dukung blog saya dan upvote blog saya ya teman semua ,, terimakasih)