The Traditional Horse Racing: A Way to Appreciate the Legacy of the Ancestors
As I mentioned in my previous post that Gayo is the land with a thousand story. It gives you peace and entertains you with the unique race. I was informed by local guys that I must visit Pegaseng, located in the west of Takengon downtown, Aceh Tengah, Indonesia. It took around twenty minutes if the traffic was smooth. That was so okay to have a short trip to this spot. Frankly, that was my first time watching the thrilling race. I meant that was kind of a shock when I found out, the brave kids took a part in this competition! Perhaps, we often see the horse racing is taken part by adults with complete equipment. Here, those are not needed. They used no safety stuff during the race. Am I kidding? No, you can see by yourself. These kids were racing among each other to reach the finish line. There were no anxious on their face, they had made good friend with their horse as if the horses had been their soul mate since they were born. This race was three time in a year. It was taken place in the different district, and it spent a week. Lucky me, I got a chance to watch this race live on the last day of the event.
Seperti yang saya sebutkan di postingan saya sebelumnya bahwa Gayo adalah tanah dengan seribu cerita. Tanah ini memberi Anda kedamaian dan menghibur Anda dengan perlombaan yang terbilang unik. Saya diberitahu oleh orang-orang lokal bahwa saya harus mengunjungi Pegaseng, yang terletak di sebelah barat kota Takengon, Aceh Tengah, Indonesia. Butuh waktu sekitar dua puluh menit jika lalu lintas lancar. Mumpung saya masih disana, saya harus mengunjungi tempat ini. Jujur, ini adalah pertama kalinya saya menonton balapan yang mendebarkan. Maksud saya, itu agak mengejutkan saat saya tahu, anak-anak pemberani ambil bagian dalam kompetisi ini! Mungkin, kita sering melihat pacuan kuda ini diikuti oleh orang-orang dewasa dengan peralatan lengkap. Di sini, itu tidak dibutuhkan. Mereka tidak menggunakan alat-alat pengaman selama balapan. Apakah saya bercanda? Tidak, Anda bisa melihat sendiri. Anak-anak ini saling berpacu untuk mencapai garis finis. Tidak terlihat rasa cemas di wajah mereka, mereka telah berteman baik dengan kuda mereka seolah binatang berotot itu adalah jodoh mereka sejak mereka lahir. Balapan ini tiga kali dalam setahun. Diadakan di berbagai daerah pedalaman selama seminggu. Beruntung, saya berkesempatan menyaksikan lomba ini secara langsung di hari terakhir acara.
It was not easy to get some best photo shots of the race if we relied on mobile camera, just like I did. I waited till the race passed and might be careful to get a shot if I was safe from the horse attack, their speed was unbelievable. It was not about the picture, but it has much more to do with courage, determination, and the spirit of victory. That all I saw in the race. They were kids, age around fifteen. On this race, their courage was like a real knight with the dark horse. The thundering of hooves and the yelling of the supporters broke the silence of the landscape. The wind wisped his mane into the air like flames. Their little muscle rippled from under the horse belly. They propelled the horses took the first lead and keep them running over the dusty track.
Tidak mudah untuk mendapatkan beberapa foto terbaik dari balapan jika kita mengandalkan kamera ponsel, seperti yang saya lakukan. Saya harus menunggu sampai kuda-kuda itu lewat dan harus berhati-hati untuk mengambil poto bila ingin selamat dari serangan kuda, kecepatannya luar biasa. Tentu, ini bukan tentang gambar, tapi ini lebih kepada keberanian, tekad, dan semangat juara. Itu yang saya lihat dalam perlombaan ini. Mereka adalah anak-anak, usia sekitar lima belas tahun. Pada perlombaan ini, keberanian mereka seperti ksatria sejati dengan kuda hitam. Gemuruh kuku dan teriakan para pendukungnya memecahkan kesunyian pemandangan alam di sekitarnya. Angin menerpa surai ke udara seperti nyala api. Otot kecil mereka bergetar dari bawah dibawah perut kuda. Mereka mendorong kuda-kuda itu memimpin lebih dulu dan membiarkan mereka berlari melewati jalur yang berdebu.
This horseracing was not all about money, they might have not worried if they got none, but it was about the identity of tradition that they have been preserving from many years ago. They believed the race could make the kid strong and as one of the ways to show the best care for this muscle animal. Don't ever compare with high-class horseracing, they don't want to know about the safety procedure like the gallop way. They maintained this condition as a tradition, regardless the fancy horse racing stuff. They used no pack of the saddle, no helmet, no pommel, and any other safety stuff that is commonly used in the horse race. They just need a whip to lead their horse. They whipped the horse back to get some more speed, the horses did it, as I told you, they had made good friend with these war animals.
Perlombaan ini bukan tentang uang, mereka tidak khawatir jika tidak mendapatkannya, tapi ini tentang identitas tradisi yang telah mereka jaga sejak bertahun-tahun. Mereka yakin balapan bisa membuat anak itu kuat dan juga sebagai salah satu cara menunjukkan perawatan terbaik untuk hewan otot ini. Jangan pernah membandingkan dengan pacuan kuda yang berkelas, mereka tidak ingin tahu tentang prosedur keselamatan ala gallop. Mereka mempertahankan kondisi ini sebagai tradisi, terlepas dari alat-alat balap yang mewah. Mereka tidak menggunakan paket pelana, tidak ada helm, tidak ada pomel, dan barang keselamatan lainnya yang biasa digunakan dalam pacuan kuda. Mereka hanya butuh cambuk dan terjang untuk menuntun kudanya. Mereka mencambuk kuda itu kembali untuk mendapatkan kecepatan lebih, kuda-kuda itu melakukannya, seperti yang saya katakan, mereka telah berteman baik dengan hewan perang ini.
Before the race begun. The horses were taken around for a while to loosen the tense during the competition. It was about 15 minutes, then they came into this horse racing locker along with little jockeys. In order to see the winning post, I managed to walk toward the main stage. Here, I could see the racing start, in couple minute the command was blared and the horses began to crawl the dusty track. The little jockeys, once in a time, slapped the horseback, and you know, the horse runs like the wind. What a thrilling race! They made no any mistake, they were well trained by good people and it was the time to make their master proud.
Sebelum balapan dimulai. Kuda-kuda dibawa berkeliling beberapa saat untuk menghilangkan ketegangan selama kompetisi berlangsung. Itu sekitar 15 menit, lalu mereka masuk ke loker balap kuda ini bersama dengan joki kecil. Untuk melihat garis finis, saya berhasil berjalan menuju panggung utama. Di sini, saya bisa melihat balapan dimulai, dalam beberapa menit kemudian, kuda mulai melaju, menyusuri jalur yang berdebu. Para joki, sesekali mencambuk punggung kuda , Anda tahu, kuda itu berjalan seperti angin. Sungguh perlombaan yang mendebarkan! Mereka tidak melakukan kesalahan, mereka dilatih dengan baik oleh mereka yang handal dan inilah saatnya membuat tuannya bangga.
I was still there when the sun began to show its power, hot air mixed with the dust flew over. I managed not to stop and tried to enjoy the race with other supporters. Mostly, the supporters were the kids who never stop yelling while racing, it was no matter if the sun was chasing their little bodies. They were taken by their parent to watch the race as if they told the kids, be like a warrior. Yes! I could see their eagerness during the race, the breeze won't stop their little voice. This annual event had dragged people to uphold the spirit of tradition that would be passed to these generations and it also told me about how life should be. The horse racing is the prove of preserving identity and integrity of local wisdom. Through this event, people were encouraged to see the others like themselves. That what I caught from this amazing race.
Saya masih di sisi arena balapan saat matahari mulai menunjukkan kekuatannya, udara panas bercampur debu terbang menyisir nyaris tiap kepala. Saya berusaha tidak berhenti dan mencoba menikmati balapan bersama dengan pendukung lainnya. Sebagian besar, pendukungnya adalah anak-anak yang tidak pernah berhenti berteriak saat melihat penunggang favoritnya melaju, tidak masalah apakah matahari sedang mengejar tubuh kecil mereka. Mereka dibawa oleh orang tua mereka untuk menyaksikan balapan seolah ingin mengatakan kepada anak-anak mereka, jadilah seperti seorang pejuang. Iya! Saya bisa melihat semangat mereka saat balapan, angin sepoi-sepoi tidak akan menghentikan suara kecil mereka. Acara tahunan ini telah menggugah penduduk setempat untuk mempertahankan semangat tradisi yang nanti akan diteruskan ke generasi ini dan juga memberi tahu saya tentang bagaimana seharusnya hidup ini harus dihadapi. Balapan kuda adalah bukti sebagai pelestarian identitas dan integritas kearifan lokal. Melalui acara ini, mereka didorong untuk melihat yang lain seperti mereka. Itu yang saya tangkap dari balapan yang menakjubkan ini.
Perlombaan pacuan kuda yang sangat menantang. Sebuah warisan tradisi adat yang sangat bernilai. Terima kasih telah berbagi bang @abdulhawab. 🏇👍😊😁.
Hehe...betul @rizasukma. Lelah terbayar setelah menyaksikan acara perlombaan ini. tradisi yang menguji nyali. Terima kasih brade,
Balapan kuda lebih dikenal pucuan kuda mantap, sunguh satu hiburan di ranah gayo yang turun temurun, sampai kegenerasi sekarang @abduhawab
Betul sekali bang. terima kasih
Pertunjukan ini yang paling ingin saya lihat jika ke Takengon.. Terima kasih sudah berbagi Bang @abduhawab.. :)
Ya, InsyaAllah nanti bisa kesana. Terima kasih sammy
Aminn.. Oke bang.. Sama-sama :)
Dokumentasi cerita yang sangat bagus bng @abduwahab
Cocok kalau di jadikan cinematic 😙
Nyan di take ngoen pak @abduhawab kon.!
Get free upvotes your post https://mysteemup.club
Saya ingat akan kata nenek saya dulu;"Gadoh anek mupat jrat, gadoh adat pat tamita"
Tradisi dan budaya yang harus kita bersama-sama jaga. Termasuk pacuan kuda tanah gayo ini. Sukses selalu @abduhawab
betul sekali. ini merupakan salah satu wujud bahwa mereka sangat menghargai tradisi..terima kasih @musliwadi
inilah yang khas dari dataran tinggi Takengon, masyarakatnya masih menjaga baik tradisi pacuan kuda, saya sering ke Takengon, tapi belum pernah sekalipun menyaksikan pacuan kuda ini secara langsung, tapi dengan melihat hasil jepretannya bng @abduhawab ini, saya seperti sedang berada diantara para penunggang kudanya. bng @abduhawab juga tampak keren sekali dengan gaya pose berkacamata hitam dengan pantulan sinar matahari keemasan
hehe...terima kasih @midiagam.
sama-sama bng @abduhawab
Sep bereeehhh...
Nyoe racikan maut, deskriptif abeh. Lagee lon kalon keudroe.
hehe...tengoh merunoe bang. Terima kasih sudah menemani sepenggal malam dengan kami...
Mendebarkan dan sangat mengagumkan. Saya juga baru pertama kali menontonnya kemarin. Tapi sayang, kuda-kuda disana kerap disiksa supaya mau menurut. Disitu saya merasa sedih bg @abduhawab.
oh ya,, saya tidak tahu soal itu bang. yang saya lihat kegigihan kuda dan jokinya..tapi seru perlombaannya.terima kasih bang
Iya bg @abduhawab, sebelum kuda nya masuk kedalam kamar start. Kadang suka dicambuk supaya mau menurut. Tapi, saya tetap kagum dengan segala pertunjukan pacu kude, apalagi keliahaian joki dan animo yang luar biasa dari masyarakatnya. Thanks for ur sharing. Regards.