Masak Bareng : Kebersamaan atau Kekeluargaan ? [togetherness and Kinship]

"Coming together is a beginning. Keeping together is progress. Working together is success."
(Datang bersama adalah suatu awal. Menjaga agar tetap bersama adalah kemajuan. Bekerja bersama adalah keberhasilan).

Kemarin, tanggal 28 Agustus 2018, kami membuat sebuah acara di kantor yang tidak terdapat sebagai bagian dari pekerjaan atau tidak ada SOP (Standar Operasional Prosedur) yang mengatur kegiatan tersebut. Pada dasarnya kegiatan tersebut dilaksanakan hanya bertujuan untuk mengenyangkan perut dengan menu Gulai Ayam dan Asam Udang. Namun dalam prosesnya, banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang bisa saya petik.

Awalnya saya tidak begitu memperhatikan sisi lain dari kegiatan tersebut, namun saat saya mengabadikan kegiatan tersebut dalam bentuk foto. Saya secara tak sengaja membuka kembali foto-foto tersebut dan mencoba memperhatikan secara seksama foto-foto tersebut. Nalar-nalar liar, hasrat hati dan hasrat jari mulai menari-nari di kepalaku dengan sejumlah pernyataan dan pertanyaan sementara. Apakah ini kebersamaan kami selama ini ? Ataukah ini hanya seremonial semata ? Atau jangan-jangan kami adalah sebuah keluarga ?

Jamaah steemit yang saya hormati..

Sejatinya sebuah kegiatan itu dibuat melalui perencanaan yang matang serta pemilihan waktu dan tempat yang sesuai, namun adakalanya sebuah kegiatan dilaksanakan dengan spontanitas dan simple. Begitu pula yang terjadi dalam kegiatan kemarin. Ide tersebut muncul pada tanggal 27 Agustus 2018 Jam 16.30 lebih kurang. Kemunculan ide ini terkait dengan adanya Mutasi Ketua kami ke Pengadilan Stabat, Medan, Sumatera Utara dan beliau hendak memotong semua ayam peliharaannya. Alasan kelakar beliau karena ayam-ayam tersebut tidak mungkin untuk dibawa mutasi ke daerah lain. Singkat cerita, meskipun secara spontanitas ide tersebut muncul, kami sebagai bawahan dengan sigap menyambut tawaran tersebut dengan usulan makan bersama di kantor.

Pagi tanggal 28 Agustus 2018, ayam-ayam telah ditelanjangi, semua auratnya telah kami buka, bahkan luluran bumbu-bumbu telah disiapkan. Jangan bertanya kapan disiapkan, namun sebelum jam 9 semua telah dipersiapkan. Sebagian kawan-kawan sibuk dengan bagian-bagian pekerjaan masing-masing. Ada yang memanggang, ada yang mengupas bawang, membersihkan sayur dan mengulek bumbu asam udang, ada pula yang hanya duduk-duduk dan mengobrol dan ada pula yang tugasnya sekedar mencicipi. Tepat jam 11.30 semua masakan berbahan dasar ayam dan udang telah siap untuk disajikan dan secara tertib acara makan bersama tersebut terlaksana dengan baik dan perutku kenyang maksimal.

Sahabat steemian

Mengingat kejadian kemarin, saya pribadi merasakan adanya kebersamaan yang muncul ketika kita bersama-sama dalam suatu kondisi, dalam kegiatan yang sama, menanggung beban yang sama. Namun ingat bahwa rasa kebersamaan ini dapat juga disudahi karena keadaan sudah menuntut untuk tidak bersama lagi. Meskipun tiap kebersamaan akan berakhir, namun kebersamaan itu indah untuk dijalani dan akan indah pula kenangannya saat diingat. Hanya saja muncul dalam benak saya apakah mengapa hal tersebut bisa terjadi ?

Untuk sementara waktu saya mencoba melihat peristiwa diatas muncul karena adanya solidaritas dan kekeluargaan. Secara terminologi, Solidaritas itu sendiri merupakan sifat (perasaan) solider; sifat satu rasa (senasib dsb); perasaan setia kawan. Dengan demikian Solidaritas berarti rasa kebersamaan, rasa kesatuan kepentingan, sebagai salah satu individu dari sebuah ikatan yang mengikat sekelompok individu tersebut, baik ikatan organisasi maupun yang sejenisnya. Rasanya tidak mungkin menjadi solid kalau rumus awal bersama tidak ada, sehingga dengan bersama memunculkan keadaan solid dan solidaritas. Rasa kebersamaan dan solidaritas ini yang kemudian menimbulkan rasa kekeluargaan.

Kekeluargaan sendiri merupakan asas penting yang banyak diterapkan di berbagai tempat, aspek, organisasi dan sebagainya. Kekeluargaan merupakan satuan mendasar dari kekerabatan. Rasa kekeluargaan tidak hanya ada pada kelompok dengan hubungan darah. Apabila suatu perkumpulan masyarakat memiliki rasa solidaritas yang cukup tinggi dan terus dipupuk, maka akan muncul istilah rasa kekeluargaan. Dalam satu keluarga yang saling memahami dan mengenal anggota keluarganya, maka akan merasa terikat dengannya, sehingga hal apapun yang terjadi dengan salah satu anggotanya berarti mengusik satu kesatuan keluarga itu. Karena keluarga berarti tidak ada yang ditinggalkan atau dilupakan.

Kesimpulan saya, bahwa dimanapun kita bekerja, latar belakang pendidikan yang berbeda, asal daerah yang berbeda serta tidak adanya hubungan keluarga bukan merupakan terwujudnya rasa kebersamaan, solidaritas dan kekeluargaan. Tetap kompak steemian indonesia, mari menumbuhkan kebersamaan, solidaritas dan kekeluargaan diantara kita.

Kami telah melakukannya dan bukti solidaritas dan kebersamaan kami dengan cepat menghabiskan gulai ayam bumbu aceh besar. Adapun bukti kebersamaan kami tidak lebih kurang dari bukti solidaritas, hanya lebih bertambah dengan adanya cuci piring bersama serta membersihkan makanan dan bersih kembali.

Demikian tulisan ini, kiranya nanti bermanfaat bagi saya pribadi dan jamaah steemit indonesia dan dunia. Terimakasih telah membaca postingan saya dan akhirnya salam hormat saya

@khaimi

---

---

---

---

[Post in Gp. Blang, Calang, Aceh Jaya](!steemitworldmap 4.640944 lat 95.587448 long MAHKAMAH SYAR'IYAH CALANG d3scr)