Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Psikologi
Setelah terbitnya tulisan saya di @steemit.com yang membahas tentang "Filsafat Ilmu Ibu dari Segala Ilmu Pengetahuan" dan yang saya share di berbagai media Online sperti Wathshap, Facebook dan Instagram tiba-tiba saya diajak diskusi dengan mahasiswa Pasca Sarjana UIN Imam Bonjol Padang yang mana beliau pernah juga mengasah keilmuannya di IAIN Padangsidimpuan pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Beliau mengajak saya berdiskusi melalui Watshap membahas tentang Tasawuf.
Nah, disini saya mencoba mengkupas sedikit tentang Ilmu Tasawuf dan hubungannya dengan Psikologi, saya mengaitkannya dengan Psikologi karena saya ingin mensingkronkannya pada konsentrasi saya saat ini dibidang Psikologi Pendidikan.
A. Pengertian Tasawuf
Berbicara tentang tasawuf sebelum mendalam ada baiknya kita kupas dulu mengenai sejarah ilmu tasawuf ini.
Berbicara tasawuf ada dua segi yang harus kita tinjau
- Dari segi Epistemologi
Pertama, Tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan “ahlu suffah” ( اَهل الصفة ), yang berarti sekelompok orang pada masa Rasulullah SAW. yang hidupnya diisi dengan banyak berdiam diserambi-serambi masjid, dan mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT. Hidup mereka lebih banyak melakukan berdiam diri di mesjid dan mereka lebih banyak mengabdikan kehidupannya kepada Allah SWT.
Kedua, ada yang mengatakan tasawuf berasal dari kata “shafa’ ” ( الصفاء ), yang berarti orang-orang yang mensucikan dirinya dihadapan Tuhan-Nya.
Ketiga, ada yang megatakan bahwa istilah tasawuf berasal dari kata “shaf” ( صف ), yang dinisbatkan kepada orang-orang yang ketika shalat berada di Shaf yang paling depan.
Keempat, ada yang mengatakan bahwa istilah Tasawuf dinisbahkan kepada orang-orang dari Bani Shuffah.
Kelima, istilah taaswuf ada yang menisbahkannya dengan kata istilah bahasa Grik atau Yunani, yakni “Saufi” ( سوف )yang maknya sama dengan kata “hikmah” ( حكمة ), yang berarti kebijakasnaan.
Keenam, ada juga yang mengatakan tasawuf itu berasal dari kata “shaufanah”, yang sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu-bulu, yang banyak sekali tumbuh di padang pasir di tanah Arab, dan pakaian kaum sufi itu berbulu-bulu sepertibuah itu pula, dalam kesederhanaannya.
Ketujuh, ada juga yang mengatakan tasawuf itu berasal dari kata “shuf” ( صوف ) yang berarti bulu domba atau wol.
Namun dari ketujuh kata tersebut yang paling dekat maknanya dengan tasawuf adalah kata yang ketujuh, yakni kata “shuf”, yang diakui oleh beberapa ulama, yakni Al-Kalabadzi, Asy-Syukhrawardi, Al-Qusyairi, dan lainnya, walaupun pada knyataannya, tidak semua kaum sufi yang memakai pakaian wol.
- Secara Terminologi
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan tasawuf swbagai berikut :
Junaid Al Baghdadi (w. 289H.) yang menyebutkan, "Tasawuf adalah riyadhah (latihan) untuk membersihkan jiwa dari sifat-sifat kebinatangan dan mengisinya dengan akhlak mulia melalui pelaksanaan ajaran agama yang benar dengan mengikuti apa yang disunnahkan Rasulullah saw.
Menurut Syamnun ia menyatakan bahwa tasawuf adalah hendaklah engkau memiliki sesuatu dan tidak dimiliki sesuatau.
Menurut Jamaludin kafie (2003, hlmn: 8-9), tasawuf adalah wasilah (medium) yang ditempuh oleh seseorang mukmin melalui proses upaya dalam rangka menghakikatkan syari’at thariqat untuk mencapai ma’rifat.
Menurut Muhammad Zaki Ibrahim tasawuf Islami mempunyai arti membersihkan diri (takhali) dari sesuatu yang hina, dan menghaisinya dengan sesuatu yang lebih baik untuk mencapai tingkat yang lebih dekat dengan Allah atau sampai pada maqam yang tinggi, baik lahir maupun bathin.
B. Asal Usul ajaran Sufisme
Berhubungan dengan kemunculan pertama kali aliran sufi, kata ‘sufi’ tidak dikenal pada jaman shahabat, lebih-lebih kata tersebut tidak diketahui dalam tiga generasi pertama yang terbaik. Istilah tersebut dikenal setelah penghujung tiga generasi pertama.
Kemunculan pertama aliran sufi di asrah, ‘Iraq. Dimana beberapa orang ingin berlebih-lebihan dalam ibadah dan dalam menghindari kehidupan keduniaan, sebagaimana tidak ditemukan di tempat lain.
Ketika aliran sufi pertama muncul tidaklah ada ciri khusus mereka yang sangat jelas, tetapi hanya sebuah masalah mulai berlebihan dalam meninggalkan kehidupan dunia, dan terus-menerus dalam dzikir (mengingat Allah) dan membiasakan dengan rasa khouf (takut) yang berlebihan dalam mengingat Allah yang kadang mengakibatkan seseorang pingsan atau mati ketika mendengar sebuah ayat yang menyebutkan sebuah ancaman adzab/siksa.
Menurut para pengikut sufiyah bahwa nas-nas Al-Kitab dan Sunnah, itu mempunyai yang zhohir (mempunyai makna tersurat yang jelas) dan yang bathin (pengertian tersirat yang tersembunyi). kelihatan bahwa sangat jelas mereka mengambil gagasan ini dari Bathiniyah. Sehingga semua jenis gagasan ini dicampur, dimulai dari sikap berlebihan dalam meninggalkan kehidupan dunia sampai membuka pintu bid’ah gagasan bahwa ketuhanan bersemayam dalam makhluk, sampai gagasan bahwa semua makhluk adalah satu hakikat, yang merupakan Allah (wihdatul wujud). Dari percampuran semua pemikiran ini lahir aliran sufi, yang muncul dalam Islam. Aliran ini berkembang pada abad empat dan lima dan mencapai puncaknya setelah itu, yang semakin jauh dari petunjuk Al-Qur’an Al-Karim dan Sunnah yang murni. Sampai para pengikut aliran sufi menyebut semua yang mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah sebagai ‘ahli syari’at’ dan ‘ahli tekstual’ (ahlul-dhaahir), sedangkan mereka menyebut diri mereka sebagai ‘ahli hakikat’ dan ‘orang yang punya pengetahuan tersembunyi’ (ahlul-batin).
C. Macam-macam Cabang Tasawuf
Ada beberapa macam cabang dari ilmu tasawuf ini.
Pertama, tasawuf akhlaqi ataupun sunni
Tasawuf ini lebih beekonsentrasi pada perilaku, akhlak ataupun budi pekerti manusia dalam perbaikan akhlaknya. Dengan sebuah metode tertentu yang telah dirumuskan, tasawuf seperti ini adalah sebuah penyupayaan diri untuk menghindari akhlak mazmumah dan dan membentuk akhlak mahmudah. Pendekatan ataupun teori seperti ini pertama kali dikembangkan oleh ulama (sufi). Ada beberapa pandangan sufi berpendapat bahwa dalam teori ini tidak hanya dari aspek lahiriyahnya saja, melainkan ada pembinaannya yang mana sebagai berikut.
a. Takhalli
Takhalli adalah langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang sufi, karena takhalli adalah sebuah usaha untuk mengosongkan diri dari perbuatan tidak baik ataupun tercela.
b. Tahalli
Tahalli ini ada sebuah upaya mengisi ataupun menghiasi diri dengan sistem membiasakan diri menjadi sifat yang baik ataupu sifat terpuji.
c. Tajalli
Tajalli adalah sebuah pembinaan pemantapan dan pendalaman materi yang sudah dilalui dari fase tahalli. Dan rangkain selanjutnya adalah tajalli yang bermakna mengungkap nur gaib.
Kedua, tasawuf falsafi yang mana didasarkan kepada gabungan dengan sebuah teori tasawuf dan filsafat atau yang bermakana mistik metafisis. Tasawuf ini dikembangkan oleh ahli-ahli sufi sekaligus para filosof.
Ketiga, Tasawuf Syi’i beranggapan, bahwa manusia dapat meninggal dengan tuhannya, hal ini beranggapan karena kesamaan esensi dengan Tuhannya, karena ada kesamaan esensi antara manusia dengan Tuhan. Menurut ibnu Khaldun yang dikutip oleh Taftazani melihat kedekatan antara tasawuf falsafi dan tasawuf syi’i. Tasawuf Syi’i ini memilki sebuah pandangan hulul atau ketuhanan iman dari mereka. Menurutnya dua kelompok itu mempunyai dua kesamaan.
Dari ketiga pembagian Tasawuf itu dua diantara Tasawuf(Falsafi & Syi’I) Islam tidak membenarkan dan malah mengingkarinya karena tidak sejalan dengan fitrah islam. Namun diluar Tasawuf(Falsafi & Syi’I)tadi, ada salah satunya yang Tumbuh dari asuhan Iman, Islam,dan Ihsan(Tasawuf Akhlaqi). Dari tasawuf ini sangat cenderung berjalan berdasarkan dari ilmu dan amal.yang benar sehingga menjadikan manusia mengabdi kepada Tuhan dengan seikhlasnya dan mendorong manusia untuk relah hidup dan matinya hanya karena Allah SWT.
D. Hubungan tasawuf dengan Psikologi
Psikologi juga memiliki ke eratan dalam ilmu tasawuf, kenapa saya katakan memiliki keretan?. Bahwasnya Psikologi sangat konsen membahas tentang nilai jiwa ataupun ruhaniyah manusia dinama kajiannya lebih ditekankan pada aspek personality (kepribadian) yang lebih dekat disebut dengan transpersonal psikologi, kalau saat dulu dikenal sebagai kesehatan mental.
Permasalahan tentang kepribadian atau biasa disebut dengan mental, hal ini meliputi semua unsur jiwa yang dimana termasuk pikiran, emosi, sikap, dan persaaan. Yang mana semua hal ini akan sangat mempengaruhi perilaku diri dalam menghadapi masalah dalam kehidupan. Dalam hal inilah muncul dua kondisi manusia yaitu yang sehat mentalnya dan yang kurang sehat mentalnya. Yang disebut dengan orang yang sehat mentalnya adalah orang yang mampu mengatasi segala persoalan dirinya. Semisalnya begini, ketika saya sedang dirundung dengan sebuah masalah maka saya tidak mudah stres dalam permasalahan tersebut, dan saya akan mencari sebuah solusi dalamecahka masalah saya, juga memcari sebab dari permasalan itu, agar ketika sudah mampu meretasnya, kedepan saya akan menghindari persoalan yang bisa memicu pada permasalahan tersebut. Untuk menyelesaikan sebuah permasalahan dalam jiwa salah satunya jalan pencapaiannya adalah melalui jalan tasawuf. Jalan tasawuf ini adalah sebagai metode pendekatan diri kepada Sang Pencipta Allah SWT.
Berbagai jalan yang harus di tempuh ataupun berbagai pendekatan yang harus ditempuh adalah
- Pendekatan hati
Mengabdi kepada Allah dan mendekatkan diri kepadaNya adalah salah satu praktek dasar menempuh jalan tasawuf, penfekatannya harus dibumbui dengan rasa cinta dan kepasrahan diri terhadap segala kuasanya. - Pendekatan Akal
Psikolog dan sufi juga akan merasionalkan akal para manusia untuk lebih memahami tentang baik dan buruk dari sebuah perilaku yang sudah ia lakukan. - Pendekatan Kelompok
Sebagai makhluk sosial kita lebih cenderung untuk berkelompok dan berkomunitas dalam kehidupan. Cara pendekatannya yang dibangun adalah sebuah nilai positif semisal, pengajian mingguan, kegiatan-kegiatan di majelis-majelis dan dalam kegiatan tersebut harus la ada seorang yang mampu memberikan pembelajaran kepada kita agar terbentuk sebuah ruhaniyah yang baik dalam diri. - Pendekatan Dzikir
berdzikir adalah sebuah jalan mengingat Allah. Tentu dalam berdzikir ini ada yang bersifat jahr, dengan lisan, ada yang bersifat kalbu dengan hati. Dengan senantiasa berdzikir inilah kita akan senantiasa memusatkan perhatian kita kepada Allah.
Hal-hal seperti ini juga adalah terapi yang dibangun oleh para Psikolog dan di sampaikan para akademisi psikologi untuk membangunkepribadian yang baik dan bernilai positif. Maka, tasawuf sangat erat juga kaitannya dengan ilmu psikologi.
Salam penggiat keilmuan (Psikologi)
KSI Chapter Jakarta
@apilopoly
@andrianhabibi
@musismail
@willyana
@blogiwank
@ngartof
@bagindo
@mhdsyafriadi
@ronimarwan
@imansembada
@azariatika
@komando12
@jaryat
@imans (menunggu)
@konakaart
@ari.keling
@rayfulmudassir
@dofaaliza
@divinnahb
@imansembada
@fidaarfah
@viviehardika
@batuejourney
@citrarahman
@ahmadunyh
Akun Grup Whastapp:
(https://chat.whatsapp.com/6nntswYesuq6kjUdshNXTk)
Buat Steemian yang merasa dirinya telah membuat akun di steemit.com tapi belum tergabung dalam KSI ChapterJakarta, silakan follow link GrupWhatsapp di atas. Link tersebut akan langsung mengintergrasi Steemian ke dalam grup.
Setelah tergabung di dalam grup, silakan isi poin di bawah ini:
Perkenalan diri singkat:
Nama akun:
Facebook:
Twitter:
IG:
Tulisan yang sangat bermutu dan pasti bermanfaat. Membahas taswuf sekaligus psikologi. Tak sekadar nulis dan posting fi steemit.... Good good good
.... Saya juga suka tasawuf....
Hahajajaja ditangkap sama @cheetah. Dia bilang postingan di atas sudah pernah di posting di blog: http://islaminstituthere.blogspot.com/2014/10/sejarah-ilmu-tasawuf-perkembangannya.html
Gpplah. Yang penting komen!