[CERPEN] Memori daun pisang (part 1)
source: www.pexels.com
10 tahun berlalu,
Namun lorong-lorong sekolah yang sepi ku lewati hari itu membawaku kembali ke masa ketika aku hampir mengoyak separuh rokku waktu melompati pagar sekolah 2 meter tingginya.
Bukan bandel, cuma penasaran aja, gimana rasanya bolos sekolah.
Rasanya? biasa aja, serunya cuma pas takut kepergok guru doang. Abis pengalaman itu, besok-besok aku udah nggak bolos lagi. Buat apa coba? sayang udah bayar uang sekolah mahal-mahal kok malah bolos.
Memori lucu itu muncul lagi waktu aku sampai di saat aku sampai di salah satu sudut sekolah. Aku dan puluhan siswa lainnya setiap hari ramai-ramai makan lontong Wak Bo di sudut itu. Paling unik kalau selesai makan, piring-piring yang terbuat dari plastik itu kami campakkan ke atas melewati pagar 2 meter layaknya Frisbee.
source: www.pexels.com
Bukan nggak sopan, namun itu perintah Wak Bo, wanita yang lebih muda hampir 10 tahun dari ibuku itu cukup tegas dan garang pada kami yang nggak mau ngikutin perintahnya.
Sudut itu sudah tidak ada lagi,
Digantikan warung permanen yang ternyata... Wak Bo lah kini berjualan di sana. Wah... Wak Bo udah naik kelas nih, udah jadi merchantnya sekolah biar siswanya nggak kelaperan.
Sayang, saat aku datang warung Wak Bo tidak buka, salah ku juga sih karena datang di hari minggu jadi nggak bisa mencicipi lontong Wak Bo yang nggak terlalu enak tapi bisa bikin kenyang, lumayanlah buat ganjel perut sampai sore hari.
Aku beranjak ke kelas di mana ku habiskan tahun terakhir SMAku. Kelas itu masih tidak berdaun jendela. Hanya menggunakan jerjak seperti dulu dengan curtain sebagai penutupnya. Jiah, disibak juga keliatan nih isi daleman kelasnya.
Ya Tuhan! Meja itu masih di sana,
Belum diganti! bahkan sudah 10 tahun berlalu, meja yang ku pakai dulu masih enjoy di sana. Kok masih awet aja ya?
Siswa sekolah di zamanku dan zaman sekarang ternyata sifatnya sama, meninggalkan semua buku pelajaran di dalam laci. Lacinya sampai penuh berisi buku semua. Ini nih pasti karena takut ketinggalan di rumah plus capek bawa tas berat-berat setiap hati.
sigh
Masa itu, masa putih abu-abu yang penuh kenangan manis. Saat di mana air mata, tawa canda, amarah remaja campur jadi satu dari manusia-manusia yang belajar jadi dewasa.
Kini kami tak lagi sekelas. Sibuk mengejar mimpi masing-masing, sibuk menjalani hidup, sibuk berkeluarga dan berjuang kembali agar anak-anaknya kelak merasakan indahnya masa putih abu-abu.
Thank you for the contribution. It has been reviewed.
[steemit.medan]
Congratulations @elvizakiyah! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of posts published
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
To support your work, I also upvoted your post!
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Owh...
Berarti kakak pernah bolos juga rupanya.
Kirain cuma awak