Meeting with old friends who have been on the rise in the world of Q Academy Indosiar 2015. (Pertemuan dengan sahabat lama yang pernah naik daun di dunia Q Academy Indosiar 2015).
In mid 2015, accidentally me and Mex met at the mosque town of Krueng Geukuh after prayer ashar. That we have not seen since 2008. We were friends while studying at the campus of Almuslim Bireuen. As I recall, Mex is a student at the Faculty of Science majoring in English. And I'm a engineering faculty student. In addition to being a student, Mex has a talent in the field of body art. Mex joined in a dance group in Lhokseumawe.
After graduating in 2011, Mex and I joined a community of art and literature in Bireuen, under the name of Rangkang Sastra Community. Then not long in Rangkang Literature, Mex me and I start to vacuum the activities because they have their own work outside. Mex as a contract teacher, and I as a debt collector in a motorcycle company.
Days change day, month turns month, year turns year. Until mid 2015 we met by not in deliberate. God alone determines everything. After the ashar prayer at Bujang Salim mosque, Mex chided me and we sat on the terrace of the mosque to tell each other about anything. I asked about work and family.
"Work where now, Mex? Are you married?" two questions at once I asked him.
Mex replied:
"I do not have a full-time job, I've got one wife and one child.What about you, Broe!"
"Same, I'm married and have a son.I am currently working at FIFGROUP, as a debt collector."
"O .. yes yes yes! So debt collector is a lot of money, Broe !?" Mex replied with a laugh.
"Not really, even now I do not have the pleasure of my work." I looked down as I took a pack of cigarettes from a small bag.
"Why is that?" Mex asked again with a curious face.
"Oh, no, do not talk about it again, it's not that important." I say, flicking a fire at the end of a cigarette. And I scatter the smoke into the air.
Mex laughed and offered him a cigarette. Mex refused. He said he had not smoked for a long time.
"Mex, what do you do now?"
"Right now I am a member of nasyid with my friends in Lhokseumawe."
"So, that's it?"
"Yeah."
I was silent for a long time. While smoking, my head spun, remembering about Mex's very simple life. Being a member of a nasyid group is not like a band that can do concerts and get paid handsomely. Nasyid is a group in the field of singing that carries the songs kasidah. I think, singing kasidah songs is the coolest job thing in the world today. And I imagine how Mex can support his family when his income is small. But I still praise his work. Do not lower it.
"Wow, great Mex! You've got your job done, it must be one day you're successful with your nasyid group!" I say encouragingly.
Life is colorful. Even the colors of life are many different flavors. Between sweet and bitter. All life forms are only God who becomes the director. Mex's face always offers pleasure. Mex always smiles and laughs. Mex's smile is really wide in front of me.
"I'm also sure, someday we will all be successful and have its own happiness." Mex said as he went to the first step and put on his shoes.
"Where are you going, Mex?"
"We're practicing in town all the time, all the members are already at the camp! We'll see you again, Broe."
"Okay, Mex, but you and your friends sign up in the talent search contests where you know you'll succeed .."
"Yes, Broe, our plan is so!"
Then Mex said goodbye to me. I saw him walking toward the gate of the mosque. Then across the road through many vehicles. Instantly, Mex disappeared from my sight.
However, I did not expect after a month from my meeting with Mex at Bujang Salim mosque, Krueng Geukuh town, Mex appearing on TV with Islamic uniforms. Mex and his friends sing in front of renowned artists who jury them in the event of D'Academy talent search like Saiful Jamil, Iis Dahlia, Cici Paramida, Sholeh Mahmud Nasution, Titi DJ, Tompi, etc.
This afternoon, exactly at Dedek's house; who once had a talent as a dangdut singer as well as a member of a traditional dance group from the Almuslim campus, in a groundbreaking event his first son Dedek, me and Mex met again and had a picture taken together. At first, I had time to ask about his life now.
"Mex, how are you doing now?"
Smiling, Mex answered happily.
"Alhamdilah, fine and healthy, Broe Aroel!" []
Lhokseumawe, 17 Des 2017.
Group Nasyid Salsabil
| BAHASA INDONESIA |
Di pertengahan tahun 2015 lalu, tidak disengaja aku dan Mex, bertemu di masjid kota Krueng Geukuh usai shalat ashar. Bahwa kami sudah lama tak bertemu semenjak tahun 2008. Kami berteman sewaktu kuliah di kampus Almuslim Bireuen. Seingatku, Mex mahasiswa di Fakultas Ilmu Pengetahuan jurusan Bahasa Inggris. Dan aku mahasiswa fakultas teknik. Selain menjadi sebagai mahasiswa, Mex punya bakat di bidang seni gerak tubuh. Mex tergabung dalam sebuah grup dance di Lhokseumawe. Usai tamat kuliah di tahun 2011, Mex dan aku bergabung dalam sebuah komunitas seni dan sastra di Bireuen, dengan nama Komunitas Rangkang Sastra. Lalu tak lama di Rangkang Sastra, aku dan Mex mulai vakum kegiatan karena punya pekerjaan masing-masing di luar. Mex sebagai guru kontrak, dan aku sebagai debt collector di sebuah perusahaan kredit motor.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Hingga di pertengahan tahun 2015 kami bertemu dengan tidak di sengaja. Hanya Allah yang menentukan segalanya. Usai shalat ashar di masjid Bujang Salim, Mex menegurku dan kami duduk di teras masjid untuk saling bercerita tentang apa saja. Aku menanyakannya soal pekerjaan dan keluarga.
"Kerja dimana sekarang, Mex? Apa kamu sudah menikah?" dua pertanyaan sekaligus kuajukan kepadanya.
Mex menjawab:
"Aku tidak punya pekerjaan tetap. Aku sudah punya satu istri dan satu anak. Bagaimana denganmu, Broe!"
"Sama, Aku sudah menikah dan memiliki satu anak laki-laki. Saat ini aku bekerja di FIFGROUP, sebagai penagih hutang."
"O.. ya ya ya! Jadi debt collector banyak duit lah, Broe!?" balas Mex sambil tertawa.
"Tidak juga. Bahkan saat ini aku tidak memiliki kesenangan dari pekerjaanku." aku menunduk seraya mengambil bungkusan rokok dari tas kecil.
"Kenapa begitu?" tanya Mex lagi dengan wajah penasaran.
"Ah, Sudah lah. Jangan bahas masalah itu lagi. Itu tidak begitu penting." ucapku sambil menjentikkan api di ujung sebatang rokok. Dan aku menghamburkan asap ke udara.
Mex tertawa dan menawarkannya rokok. Mex menolak. Katanya dia sudah lama tidak merokok lagi.
"Mex, apa pekerjaanmu sekarang?"
"Saat ini aku jadi anggota nasyid bersama kawan-kawan di Lhokseumawe."
"Jadi, cuma itu?"
"Iya."
Lama aku terdiam. Sambil merokok, kepalaku berputar, mengingat tentang hidup Mex yang sangat sederhana. Menjadi anggota dari sebuah grup nasyid tidak lah seperti grup band yang bisa melakukan konser dan dibayar mahal. Nasyid adalah sebuah grup di bidang tarik suara yang membawakan lagu-lagu kasidah. Pikirku, melagukan lagu-lagu kasidah adalah hal pekerjaan paling tidak keren di jaman sekarang. Dan aku terbayang, bagaimana Mex bisa menafkahi keluarganya bila penghasilannya kecil. Tapi aku tetap memuji pekerjaannya. Tidak merendahkannya.
"Wow, hebat Mex! Kau tekuni pekerjaanmu itu terus. Pasti suatu hari kau sukses bersama grup nasyidmu itu!" ucapku menyemangati.
Hidup ini memang penuh warna. Bahkan warna-warna kehidupan ini banyak yang berbeda rasa. Antara manis dan pahit. Segala bentuk kehidupan ini hanya Allah yang menjadi sutradaranya. Wajah Mex selalu menawarkan kesenangan. Mex selalu tersenyum dan tertawa. Senyuman Mex sungguh lebar di hadapanku.
"Aku juga yakin, suatu saat nanti kita semua akan sukses dan punya kebahagiaan tersendiri." ujar Mex sambil berlalu ke anak tangga pertama dan memakai sepatunya.
"Mau kemana, Mex?"
"Sebentar lagi kami latihan di kota. Semua anggota sudah merapat ke kamp! Kapan-kapan kita berjumpa lagi, Broe."
"Oke, Mex. Tapi coba kamu dan teman-temanmu itu mendaftar di kontes-kontes ajang pencarian bakat. Mana tau kalian berhasil nantinya.."
"Iya, Broe. Rencana kami memang begitu!"
Lalu Mex pamitan padaku. Kulihat ia berjalan menuju pintu gerbang masjid. Lalu menyeberangi jalan yang dilalui banyak kendaraan. Sekejap, Mex hilang dari pandanganku.
Namun, aku tak menyangka setelah sebulan dari pertemuanku dengan Mex di masjid Bujang Salim, kota Krueng Geukuh, Mex nongol di TV dengan baju seragam bernuansa islami. Mex dan teman-temannya bernyanyi di depan artis-artis ternama yang menjadi juri mereka di ajang pencarian bakat D'academy seperti Saiful Jamil, Iis Dahlia, Cici Paramida, Sholeh Mahmud Nasution, Titi DJ, Tompi, dll.
Siang tadi, tepatnya di rumah Dedek; yang dulunya mempunyai bakat sebagai penyanyi dangdut sekaligus anggota grup tarian tradisional dari kampus Almuslim, dalam sesi acara turun tanah anak pertamanya Dedek, aku dan Mex berjumpa lagi dan sempat berfoto bersama. Tadinya, aku sempat menanyakan perihal tentang hidupnya sekarang.
"Mex, bagaimana keadaanmu sekarang?"
Sambil tersenyum, Mex menjawab dengan penuh kebahagiaan.
"Alhamdillah. Baik-baik saja dan sehat, Broe Aroel!"[]
Lhokseumawe, 17 Desember 2017.
-Aroelika Munar-
Mantab..Saleum meuturi di Steemit @steemnaishacake :)
Oke pak dili...