Apa Kabar Pamrih Hari Ini? Masihkah Kau Setia Bersamanya?

in #story7 years ago (edited)

index.png
sumber: publicdomainvector.org

Saat duduk di bangku sekolah dasar, aku masih sangat ingat guru kelasku menjelaskan agar kami semua tidak boleh pamrih. Kalau Sahabat Steemian ada yang lupa apa itu “pamrih”, aku akan memberikan definisinya menurut KBBI V khusus buat kalian.

Pamrih adalah maksud yang tersembunyi dalam memenuhi keinginan untuk memperoleh keuntungan pribadi.

Ngomong-ngomong soal “pamrih”, aku punya sedikit kisah tentang ini. Simak kisahku ya, Guys! Barangkali ada pelajaran penting yang bisa diambil dari sini.


Pernahkah kau menolong seseorang tanpa mengharap imbalan apa pun? Bila pernah, aku tahu kau pasti orang baik. Nah, aku akan memulai kisah ini dari tempat kerjaku.

Saat pendaftaran CPNS dibuka, tiba-tiba seorang rekan beda kantor menelponku. Ia menyatakan bahwa ia meminta soft file soal CPNS pemberian kakakku yang dibelinya secara online. Sebagai teman yang baik, aku mengiyakannya. Tapi anehnya, ia berjanji akan memberikan iming-iming soal lagi kalau aku mau membagi soalku padanya.

Sejenak aku berpikir setelah kututup teleponku. “Meski kakakku memberikan soal ini dengan cara membeli, aku sangat ikhlas memberikan soal ini kepadanya. Aku tak mau mengharap imbalan apa pun darinya, tapi mengapa ia menjanjikan iming-iming? Sebab bukan hanya kali ini saja. Setiap kali orang ini meminta pertolonganku dan aku menyetujuinya, ia pasti akan berusaha memberikan imbalan lain. Padahal, aku benar-benar tulus ingin memberikannya tanpa menginginkan sesuatu pun darinya. Apa yang salah denganku?” pikirku.

Ketika jam makan siang, aku menanyakan hal ini kepada Wirda. Wirda adalah perempuan berhati malaikat dan aku bersyukur memiliki teman sepertinya. Salah satu hal yang wajib disyukuri setelah berkah kecukupan dan kesehatan adalah memiliki teman baik. Besok aku akan menceritakan kisahnya untukmu. Besok ya, Guys.

Gambar kartun muslimah sedih.jpg
sumber: ilmu pelet wanita gratis (waduh, ngeri juga sumbernya nih. Kartun ini menggambarkan wajah Wirda yang adem)

Oh iya, Wirda keheranan dengan apa yang kuceritakan. Tiba-tiba Wirda berkata, “Barangkali selama ini, ia pikir semua orang yang mau menolongnya mengharapkan sesuatu darinya, padahal tidak denganmu. Ia memang seringkali begitu. Aku juga pernah dibegitukan.”

“Aku sudah mengatakan padanya bahwa aku tak hendak meminta apa-apa darinya. Bagiku, ini tak lebih dari menjaga silaturahmi sesama teman. Tapi di matanya, semua orang yang mau menolongnya ia anggap menginginkan sesuatu darinya. Aku sungguh tersinggung,” ucapku.

“Sudah, abaikan saja orang itu. Ia memang hanya mau menolong orang lain yang juga menolong dirinya saat kesusahan. Di luar itu, ia tidak akan mau,” jawab Wirda. Kami pun melanjutkan makan siang.


Tiba-tiba aku mengingat masa kuliah. Seorang teman sebut saja Tukiyem pernah bercerita kepadaku bahwa ia telah menyesal membantu si A saat sidang skripsi.

harem-life-murid-lelaki-masuk-sma-wanita-2.jpg
sumber: camme.game.com

“Mengapa kau menyesal?” tanyaku kepo.

“Saat si A sidang skripsi, aku menemaninya dan membantu segala yang ia butuhkan. Tapi giliranku yang sidang, ia tak mau membantu dan sok sibuk. Bukankah itu namanya menjengkelkan?” tanyanya padaku.

“Tidak juga. Mengapa menjengkelkan? Maaf, aku tidak paham maksudmu,” ucapku polos.

“Sulit sekali ngobrol denganmu yah. Seharusnya ia menolong dan mendampingiku sidang skripsi sebab dulu akulah yang menemaninya,” jawabnya.

“Wah, kau sungguh-sungguh mengharapkan pamrih. Itu perbuatan terkutuk yang akan membuat jiwamu keropos. Aku tidak bohong,” jawabku.

“Kau memang tidak memahami perasaanku. Tidak seharusnya kau berkata seperti itu kepadaku,” jawabnya sambil melangkahkan kaki dengan cepat meninggalkanku.

Mungkin aku salah bicara di matanya, tapi aku tidak bohong. Jika kalian menolong seseorang dan mengharapkan balasan yang sama dari orang yang kalian tolong, maka ku katakan lebih baik kalian tidak usah memberikan pertolongan! Itu penyakit hati yang hingga saat ini masih banyak menyerang kita. Aku pun dulu pernah melakukannya saat sekolah, tapi setelah aku sadar bahwa sifat pamrih itu akan mengundang energi negatif, sejak itu pula kuusir ia jauh-jauh.

“Mari menolong orang lain dengan tulus tanpa mengharap imbalan!” ucapku.

“Ah, kau terlalu menggurui orang lain,” jawab orang lain dalam tubuhku.

“Kau lupa kalau aku memang seorang guru? Hahhahahaha,” jawabku.

“Ya, ya, aku tahu kau akan mengeluarkan jurus pamungkas itu. Dan kau selalu punya banyak alasan setiap kali aku mengkritikmu. Dasar anak bandel!!!”


“Rin, kenapa dari tadi melamun? Jam makan siang kita hampir habis. Aku ke musala duluan ya,” jawab Wirda sambil menggoyang-goyangkan tanganku. Tiba-tiba saja Wirda sudah ngeloyor ke lantai dua. Aku seperti sedang bermimpi ketika masa lalu hadir tanpa diundang.


Muaro Jambi, 05 April 2018
Follow my steemit/instagram @puanswarnabhumi !

Sort:  

Hari ini, besok dan seterusnya. Tanpa pamrih.
Tapi yakin akan mendapat berkah dariNya.

Makasih dek sudah mengingatkan. Betul. Aku juga punya cerita menarik terkait ini. Kurasa, pola pemikiran guru zaman dulu itu sama ya?

Ayo tulis bang. 😂

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.16
JST 0.030
BTC 68104.95
ETH 2641.11
USDT 1.00
SBD 2.69