Sisingamangaraja XII melawan selama 29 tahun. Berkali kalah, enggan takluk.
Keluarga Sisingamangaraja XII dalam sekapan di Siborong-borong, Tapanuli, 1907.
Duduk di kursi, dari kiri: Boru Nadeak (istri kedua), Boru Situmorang (ibu), Boru Sagala (istri pertama). Berdiri berbaju putih adalah Ama ni Pulo Batu, sepupu sang ibu. Di belakang tanpa topi itu Hans Christoffel, komandan pasukan marsose yang mengejar Sisingamangaraja XII.
Keluarga Sisingamangaraja XII ditangkap Mei 1907, tak lama sebelum sang raja gugur. Turut dibawa putri tertuanya, Sunting Mariam, pun Buntal dan Pangkilim yang masih bocah. Keluarga ini lalu "diasuh" Belanda dan dibaptis. Anak-anaknya begitu besar "dibuang" ke Jawa, disekolahkan.
Menurut Augustin Sibarani (1980), serdadu marsose pengejar pasukan Sisingamangaraja XII kebanyakan dari Jawa, Menado, dan Maluku. WB Sidjabat (1981) menyebut sang raja gugur setelah ditembak seorang Alfuru asal Tobelo bernama Hamisi.
Sisingamangaraja XII melawan selama 29 tahun. Berkali kalah, enggan takluk. Semua berawal dari permintaan penginjil RMG Jerman agar Belanda kirim pasukan. Sebelum itu ada desas-desus persekutuan Aceh-Toba. Utusan Sisingamaraja disebut mengancam para misionaris & orang Kristen.
15 Feb 1878 pasukan Belanda tiba di Bahal Batu [tak jauh dari pusat kekuasaan Sisingamaraja di Bangkara/Bakkara tepi danau Toba] dan menyusun pos pertahanan. Hal ini mengintimidasi sang raja yang lantas umumkan perang keesokannya. Akhir bulan tsb penyerangan Bahal Batu dilakukan.
Belanda memilih bertahan, menunggu tambahan pasukan dari Sibolga. Penyerangan wilayah sekitar Bahal Batu dilakukan sepanjang Maret 1878. Ekspedisi militer penumpasan pasukan Sisingamaraja baru dilancarkan 30 April. Penginjil LI Nommensen dan A Simoneit mendampingi pasukan ini.
Bangkara diserang 1 Mei 1878, diikuti penyerbuan kampung-kampung dan pemaksaan para raja bersumpah setia pada Belanda. Proses penaklukan ini berjalan hingga pertengahan bulan. Sementara Sisingamangaraja terus bergerak, sambil konsolidasikan pasukan dan wilayah-wilayah lain.
Antara 1878-1907 pasukan Sisingamangaraja beberapa kali menyerang pos pertahanan Belanda. Selain "menyatukan" wilayah Toba, ia juga dapat bantuan dari Aceh. Gerilyanya merepotkan Belanda. Itulah sebab marsose, pasukan antigerilya terlatih, mulai dilibatkan pada awal abad 20.