Persahabatan

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi hamparan sawah hijau, terdapat sebuah pohon mangga besar yang menjadi saksi bisu persahabatan dua anak, Bima dan Raka. Sejak kecil, mereka selalu menghabiskan waktu bersama di bawah pohon itu, berbagi cerita, bermain, dan bercanda tawa.

Bima adalah anak seorang petani, sementara Raka adalah anak seorang pedagang. Meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, mereka tidak pernah memandang perbedaan itu sebagai penghalang. Justru, mereka saling melengkapi. Bima mengajarkan Raka cara menanam padi dan merawat tanaman, sementara Raka mengajari Bima cara berdagang dan menghitung uang dengan cermat.

Suatu hari, desa mereka dilanda musim kemarau yang panjang. Hasil panen berkurang drastis, dan banyak petani kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk keluarga Bima. Melihat sahabatnya dalam kesulitan, Raka tidak tinggal diam. Ia mengajak ayahnya untuk membantu keluarga Bima dengan memberikan beberapa bahan makanan dan modal agar mereka bisa bertahan.

Bima awalnya merasa sungkan menerima bantuan itu, tetapi Raka meyakinkannya bahwa sahabat sejati selalu ada dalam suka dan duka. Dengan bantuan tersebut, keluarga Bima bisa melewati masa sulit, dan ketika musim hujan tiba, panen mereka kembali melimpah.

Waktu pun berlalu, Bima dan Raka tumbuh menjadi pemuda dewasa. Mereka tetap menjaga persahabatan mereka seperti dulu. Bima menjadi petani sukses yang dikenal dengan hasil pertaniannya yang berkualitas, sementara Raka menjadi pedagang yang jujur dan berhasil. Mereka tetap berbagi ilmu dan saling mendukung, membuktikan bahwa persahabatan sejati tidak hanya bertahan di masa kecil, tetapi juga berkembang seiring berjalannya waktu.

Pohon mangga besar itu tetap berdiri kokoh di tengah desa, menjadi saksi persahabatan mereka yang tak lekang oleh waktu. Bagi Bima dan Raka, pohon itu bukan sekadar tempat bermain, tetapi simbol dari sebuah ikatan yang tulus dan abadi.