(Cerpen) Pada Suatu Ketika...
Suatu ketika Cinta pernah mengajukan pertanyaan kepada Benci, apakah Benci pernah jatuh cinta.
"Bagaimana mungkin aku jatuh cinta? aku ini benci segala sesuatu!", jawab Benci sinis.
"Pertanyaanmu aneh Cinta!...apa coba maksudnya..?!", ujar Benci dengan tatapan menyelidik. Cinta hanya terdiam...mengernyitkan dahi seperti tengah mencerna jawaban Benci. Sejurus kemudian ia bertanya lagi kepada Benci, setengah berbisik...
"Masa sih?!..."
"Sama sekali tak pernah?" Cinta seolah meragukan jawaban Benci.
"Tidak pernah!", jawab Benci dingin sembari menggelengkan kepala.
"Sekalipun?? sepersekian detik barangkali?...atau sekilas...sekelebatan lah gitu..??", cecar Cinta penasaran.
"Tidak pernah!! mana mungkin aku bisa jatuh cinta! apa kau sudah gila?! pertanyaan bodoh!!", Benci begitu ketus menanggapi. Ia nampaknya merasa risih dengan pertanyaan Cinta yang dianggapnya nyeleneh.
"Aku kan sudah bilang...aku benci segala sesuatu! Jadi mana mungkin aku bisa mencinta!!", ujar Benci menegaskan kembali jawabannya kepada Cinta. Dan Cinta pun kembali terdiam. Di dalam benaknya ia menjadi tak habis pikir bisa-bisanya Benci tak pernah jatuh cinta, meski hanya untuk sesaat. Berbeda dengan dia yang selalu mencintai, selalu jatuh cinta, kapanpun dimanapun dan kepada siapapun. Bahkan kepada Benci ia juga cinta!
Ada apa dengan Benci? Kenapa ia membenci segala sesuatu? Batin Cinta bertanya-tanya.
Cinta melamun..ia masih terngiang jawaban-jawaban Benci, khususnya ketika Benci mengatakan dengan tegas bahwa tidak mungkin ia bisa cinta. Takkan pernah!!
Cinta merasa aneh...seperti ada yang ganjil...tapi entahlah...
Selagi pikirannya menerawang dan masih tenggelam dalam kebingungan, tiba-tiba ia dikejutkan oleh Benci yang balik melontarkan pertanyaan kepadanya.
"Sekarang giliranku yang bertanya", kata Benci membuyarkan lamunannya.
"Apakah kau pernah membenci sesuatu?", tanya Benci.
"Tentu saja tidak pernah", jawab Cinta polos.
"Apa kau yakin?", tanya Benci lagi.
"Ya! Aku yakin betul...", jawabnya.
"Aku mencintai segala hal. Apapun itu. Jadi tidak mungkin aku membenci. Tidak pernah", lanjut Cinta lembut meyakinkan. Tapi Benci malah mengulangi pertanyaannya...hanya saja kali ini dengan nada yang sedikit tinggi.
"Kau yakin kau tak pernah membenci sesuatu?! apapun itu?!...sekalipun?! setitikpun?!!", tanya Benci...
Dengan nadanya yang seperti itu, Benci tidak saja meragukan perkataan lawan bicaranya, namun juga menunjukkan adanya rasa penasaran yang menyelimutinya. Entah apa yang ada dipikiran Benci.
"Tidak pernah!! Aku tak pernah benci apapun atau siapapun. Aku bahkan tak mengerti seperti apa rasanya membenci...", jawab Cinta. Benci hanya terdiam mendengar jawaban Cinta.
Sepertinya, jawaban polos dari Cinta tak membuatnya percaya begitu saja. Rupanya Benci kini bertingkah layaknya Cinta manakala Cinta bertanya padanya bbrp saat yang lewat. Barangkali Benci tak menyadarinya. Demikian pula Cinta... pada saat yang sama ia
sepertinya mulai dihinggapi rasa risih dengan pertanyaan Benci, terlebih-lebih dengan nada pertanyaannya itu. Cinta merasa heran Benci seolah tak mempercayai kejujurannya... Cinta menarik nafas agak dalam..kemudian menghembuskannya pelan...hatinya seolah gamang.
Benci terdiam...seperti tengah merenungi sesuatu. Hatinya mulai bertanya-tanya, bagaimana bisa Cinta tak pernah sedetikpun benci kepada sesuatu. Apakah Cinta tak memiliki rasa benci sama sekali? atau ketidaksukaan pada sesuatu?? Bagaimana mungkin?? Kok bisa?? Benci membatin penuh heran...ia masygul...namun masih menyimpan penasaran. Hatinya masih ragu dan sulit percaya.
Suasana menjadi hening untuk beberapa saat. Masing-masing terdiam seolah hanyut dalam perenungan. Ada sesuatu yang kini menggelayuti pikiran mereka. Tapi persisnya mereka pun tak tau. Satu sama lain masing2 tengah diliputi kebingungan..., hingga tiba-tiba keduanya dikejutkan kedatangan sang Rasa, sosok yang mereka hormati dan pertuankan, yang langsung menegur mereka.
"Kalian berdua sungguh aneh. Saling bertanya sesuatu namun tak bisa mengerti jawabannya. Yang ingin kalian ketahui itu apa sebenarnya??"
Rupanya sang Rasa sejak tadi memperhatikan mereka.
"Ketahuilah wahai Cinta, sesungguhnya kamu itu pembenci sejati. Dan kau Benci, adalah pecinta yg abadi!!. Apakah kalian tidak menyadarinya smsekali?? Kau Cinta... bencimu thdp kebencian adalah sedemikian rupa hingga kau menjelma menjadi kecintaan yg murni. Lantaran kebencian semacam
itulah yg menjadikanmu cinta kepada segala sesuatu seolah-olah hanya itulah rasa yang tersisa dari dirimu. Andai kau tak punya kebencian seperti itu, maka kau tak akan menjadi Cinta yg sekarang ini. Pikirkanlah baik2..
Dan kau wahai Benci, sesungguhnya kaulah pecinta yg abadi. Segenap rasa bencimu terhadap segala sesuatu adalah cermin kecintaan yang tertinggi atas kebencian itu sendiri. Camkanlah itu!!"
Cinta dan Benci pun sama-sama terdiam mendengar perkataan sang Rasa. Suasana menjadi hening seolah tengah menyelimuti kebisuan mereka berdua. Entah apa yang kini mereka pikirkan. Sementara itu, sang Rasa beranjak pergi meninggalkan mereka...
(selesai)
Super Boost Your Post To Sky
Cheap resteem service you will ever get.
ORDER NOW CLICK HERE
Hey, just wanted to let you know I gave you an upvote because I appreciate your content! =D See you around
Be advised @mucha.photograph
The comment from @greentomorrow is far from being sincere. It has been identified as being copy/pasted comment spam intended to trick their targets into upvoting them. Please, refrain from doing so. They have been reported to @steemcleaners as well as downvoted and we are giving people a heads-up until they are dealt with. Thank you!