Lelaki yang kupanggil Bapak

Aku sudah duduk berjam-jam memandangi bangunan tinggi menjulang di kota Surabaya, menatap jalanan yang tak pernah kosong di bawah sana. Membiarkan pikiranku mengembara. Aku ingin menulis tapi setiap kali ingin menuliskan tentangnya aku selalu kehabisan kata. Aku sudah terlebih dahulu terharu dan kemudian rindu.

---

Dulu. Jauh dari hari ini. Aku patah hati sekali hingga rasanya sesak. Seperti tidak ada udara yang mengisi rongga dadaku. Mimpiku masuk ke sekolah pemerintahan gagal. Aku tak bercerita pada siapapun bagaimana kecewanya aku tapi dia tau segalanya. Dia menguatkanku.

Bahkan beberapa tahun setelah kejadian itu aku lulus dan di terima kerja. Aku memutuskan tidak mengambilnya. Banyak orang menghakimi keputusanku tapi dia ada di sampingku dan mengatakan percaya dengan keputusan yang aku ambil.

Lalu sekarang ketika aku memutuskan bekerja. Dia orang yang paling depan mendukungku dan kemudian berkata, "jangan lupakan mimpimu."

Dia ayahku. Seseorang yang ku panggil dengan panggilan bapak. Orang yang selalu berdiri di belakangku dan memberiku semangat. Dan aku gadis dewasa yang akan selalu menjadi putri kecilnya.

Di tugu pahlawan ini. Jika ditanya siapa pahlawanku, maka aku akan menyebut namanya.