Kenangan: Panen Perdana Buah Matoa
Matoa (Pometia pinnata) di halaman belakang rumah dulu bibitnya diberi oleh adikku, 2005 silam. Memang, aslinya matoa adalah tanaman endemik Papua, namun bibit yang diberikan kepadaku katanya adalah hasil pengembangan pembibitan di Provinsi Riau.
Setelah lewat 6 tahun, pohon itu telah tinggi dan rimbun. Daunannya yang gugur betul-betul membuat sampah yang menggunung di halaman belakang.
Sebetulnya aku sangsi dia akan berbuah, karena sebagaimana pohon buah-buahan lainnya tidak ada yang baik dan banyak buahnya di kota. Dengan wilayah di dataran tinggi, yang suhunya sangat dingin, tentu kurang ideal untuk bertanam tanaman buah-buah secara alami.
Hingga sekitar pertengahan September 2015 aku memutuskan untuk menebang matoa itu. Pertama, kuatir akarnya akan merusak pondasi rumah dan tembok, karena memang ditanam terlalu dekat dinding dan tembok pagar belakang. Kedua, ini yang mungkin menjadi alasan utama, pohon itu tidak berbuah atau menunjukkan tanda-tanda akan berbuah, sementara batangnya sudah tinggi besar dan sudah lewat usia ideal (6-7 tahun) untuk berbuah.
Aku pun telah menemui tetanggaku yang punya senso (chain saw), mengutarakan niatku untuk meminjam alat pemotong-mesin itu untuk aku pakai hari Minggu besok. Dia mengizinkan, tetapi dia masih mau memakainya besok, karena dia sudah berjanji dengan kakaknya untuk memanen tanaman kayu sengonnya.
Baik, kalau begitu hari Minggu depan saja.
Sepakat!
Ternyata... ternyata pengunduran waktu untuk menebangnya itu memberikan sebuah keberkahan.
Sore harinya, ketika aku sedang asyik di depan komputer di ruang kerja, istri memanggil-manggilku dari halaman belakang.
Cepatlah! teriaknya. Semangat betul.
Ada apa? Apa tali jemuran putus? Atau jemuran kerupuk mentahnya di atap gudang diserak-serakkan kucing?
Setelah aku mendatanginya, ia sambil menunjuk-nunjuk ke arah rimbunan daun pohon matoa, ia bertanya apa yang putih-putih di antara daunan itu bunga matoa.
Kuperhatikan baik-baik... Ya, Tuhanku, matoa berbunga!
Benar. Matoa kami berbunga.
Sungguh tak bisa dipercaya, matoa yang kami kira tak akan berbuah itu telah berbunga.
Minggu demi minggu, bunga-bunga matoa itu semakin banyak. Dan... aku pun sudah lupa dan melupakan untuk menebangnya.
Lalu, Desember 2015, datanglah masa yang menyenangkan bagi keluarga kami. Panen matoa.
Hampir 1 karung lebih matoa itu bisa kami panen. Sambil memetiknya, di atas pohon aku mencicipi buah yang sering disebut-sebut sebagai "buah surga dari Tanah Papua" itu.
Gabungan rasa rambutan, lengkeng, cita rasa daging kelapa muda dan sedikit aroma durian, membuat orang yang pertama kali makan buah matoa seperti mimpi, tak terceritakan tapi benar-benar merasakan sensasi.
Tentu, tidak boleh kami sendiri yang merasakan kelezatan buah itu. Kepada orang tua banyak aku kirim. Tetangga kiri kanan juga harus dibagi biar pun berdikit-dikit, bahkan ada beberapa tetangga yang "nodong" minta lagi.
Panjat sendiri, ujarku kepadanya.
Asyiiik! teriak mereka.
Hahaha... benar-benar salah satu dari mereka memanjatnya dengan yang lain membawa tangga yang lebih panjang lagi yang dipinjam pula dari tetangga lain.
Tahun kemaren, matoa tidak begitu baik berbuahnya. Sepanjang tahun curah hujan begitu tinggi, sehingga selalu menggugurkan bunga-bunganya....
Kepahiang, 25 Maret 2018
Kutulis kisah ini di saat istirahat dari latihan teater di Universitas Bengkulu, lalu kuselesaikan di rumah @caboediwijaya
Emong Soewandi || @emong.soewandi
World of Photography Beta V1.0
>Learn more here<
Thank you for participating in #goldenhourphotography
You have earned 5.90 XP for sharing your photo!
Daily photos: 1/2
Daily comments: 0/5
Multiplier: 1.18
Server time: 03:28:20
Total XP: 197.40/200.00
Total Photos: 35
Total comments: 8
Total contest wins: 0
Follow: @photocontests
Join the Discord channel: click!
Play and win SBD: @fairlotto
Daily Steem Statistics: @dailysteemreport
Learn how to program Steem-Python applications: @steempytutorials
Developed and sponsored by: @juliank
Buah matoa, bagai buah surga rasanya mendengar cerita ini. All in one rasanya, ada cita rasa kelengkeng, rambutan, kelapa muda, dan durian. Benar-benar buah impian. Tak sia-sia penantian selama 7 tahun demi menikmati buah surga itu.
Nanti kamu akan mencicipinya. Mudah-mudahan tahun ini akan kembali berbuah lebat.
Alhamdulillah. Betul-betul barokah......
Menikmati salah satu kebesaran Tuhan untuk negeri Indonesia...
Untung tak jadi ditebang, ah jadi pingin juga ni pak @emong.soewandi melelh liur lihat foto buah mentoa sudah terkupas kulitnya.
Benar. Bang. Buahnya yang segar, mengobati jerih payah dan kesabaran menanamnya.
Makasih sudah berkunjung, Bang @isnorman
Kenangan yang indak dan lezat.. 😊