Kak Yan, sosok dibalik kenyangnya para santri

in #story6 years ago

DSC_3739 copy1.jpg

Seorang wanita yang berbalut kesabaran dan keikhlasan, bekerja membanting tulang untuk menafkahi anak-anaknya. Tak memandang apa pekerjaannya, ia tetap ingin membahagiakan anak-anaknya, supaya anak-anaknya sukses di masa depan. Centong, pisau dan alat dapur lainnya menjadi teman di setiap pagi dan malam, menahan panasnya api yang selalu berkobar di bawah kuali besar. Keringat yang membasahi tubuhnya menjadi bukti bahwa betapa besar harapan dan cita-citanya untuk mewujudkan impian anak-anaknya.
Hari-hari ia habiskan dengan ember-ember yang penuh dengan ikan. Beberapa buah plastik yang berisi tomat, cabe, bawang, kentang dan sayur-mayur tak asing lagi ia jumpai dalam kesehariannya. Rasa lelah yang ia rasakan tidak menjadi penghalang untuk melakukan pekerjaan ini. Pengabdiannya yang begitu besar terhadap Oemar Diyan telah menjulukinya sebagai koki masak terlama yang pernah ada di pesantren ini.
Bermula pada tahun 1992 sampai sekarang, ia masih tetap bersama-sama, membantu dayah tgk.chiek Oemar Diyan ini. Pengabdiannya sangatlah berarti dan sulit untuk ditinggalkan. Pengalaman yang telah berubah menjadi kenangan indah di dalam hari-harinya. Manis pahit bercampur, menyatu bersama kehidupannya. Memaknai arti dari segala perbuatannya. Dengan begitulah ia menjalani hidup, belajar menjadi orang yang lebih sabar, tekun, dan ikhlas.
Ia dikenal seseorang yang paling baik hati oleh para santri. Ia juga sudah sangat paham tentang menu dan makanan favorit santri Oemar Diyan. Masakan yang beliau buat bersama teman-temannya telah menarik selera para santri untuk datang ke dapur. Tangannya yang sangat ulet dalam meracik bumbu dan masakan yang khas menciptakan rasa yang berbeda dari yang lain.
ANDRIAN, itulah namanya. Nama yang kemudian berubah menjadi panggilan “kakyan” dan terkenal hingga sekarang ini. Senyuman yang ia beri telah menjadi kenangan bagi setiap alumni. Walaupun makanan yang di hidangkan termasuk makanan sederhana, para santiwan/ti menikmati kelezatan yang dihasilkan oleh tangan lihainya dalam memasak. Bukan hanya itu, mengingatkan para santri yang membuang nasi sembarangan juga menjadi salah satu tanggung jawabnya karena begitu sedih melihat nasi yang berceceran tanpa arti. Bahkan mengingat betapa besar ia berusaha untuk mencukupi kebutuhan semua santri setiap hari. Hari-hari ia lewati dengan panasnya kobaran api, akan tetapi semangatnya lah yang membuatnya masih bertahan hingga sekarang. Tahun demi tahun ia jalani di dapur untuk memasak makanan yang akan di santap oleh santriwan/ti dan juga ustad/zah.
Kini beliau telah bekerja selama 25 tahun. Tak ada satupun orang yang tidak mengenal rasa sambal yang ia buat bahkan sambal ini telah menjadi favorit yang selalu dirindukan oleh alumni dan para santri Oemar diyan. Pada tahun 2016, umurnya bertambah menjadi 50 tahun. Pada tahun ini Oemar Diyan mengadakan acara yang lumayan besar. Karena ketulusannya bekerja di Oemar Diyan ia berhak mendapatkan penghargaan sebagai The best award di oemar diyan pada saat penyelenggaraan anniversary 25 tahun oemar diyan, dalam katagori karyawan paling loyal.
Saat itu ia duduk manis dikursi bersama teman dan para undangan yang telah hadir di hari minggu pada tanggal 31 januari 2016. Dan di hari itulah pemanggilan katagori karyawan paling loyal, namanya dipanggil untuk naik keatas panggung. Disaat itu juga hatinya merasakan keharuan yang sangat dalam. Namun batinnya menangis mengingat masa lalunya bersama alumni-alumni yang akrab dengannya dari tahun pertama sampai sekarang.

Dari tahun 1992-2017 santri dan teman kerjanya kian berganti walaupun semangatnya hampir pudar, namun dia selalu mencoba untuk lebih semangat.
“saya terharu disaat pemanggilan nama saya, dan saya tidak menyangka jika nama saya termasuk kedalam katagori karyawan paling loyal.” Ucapnya. Disaat itu juga kawannya dan para undangan memberikan tepuk tangan yang meriah.
Rabu itulah hari beliau piket, karena sekarang temannya bertambah banyak, jadi mereka mengatur jadwal piket dari pagi sampai siang. Memasak dan membagi nasi kepada santri serta mencuci piring santriwan telah menjadi rutinitas beliau dan lelah pun seperti tak terasa lagi. Dari hasil keringatnya itu beliau sanggup menyekolahkan 4 orang anaknya, dan rezeki Allah selalu mengalir kepadanya.
Sesungguhnya Allah tidak melihat pangkat dia (manusia) di dunia, tapi Allah selalu melihat ketaqwaan yang ada dalam diri seseorang, tanpa membanding-bandingkan dari mana keturunannya.
“sesungguhnya Allah SWT lah yang maha Adil dan Bijaksana”

Sort:  

Eta neschoy eid day.amader sob muslimder anonder din eta

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 61042.80
ETH 2605.92
USDT 1.00
SBD 2.65