Ada seorang pemuda yang rutinitas hari-harinya cuma duduk di beuleukoh buat poh cakra dan merenungi nasib diri yang tak kunjung membaik. Keadaan bertambah buruk, tatkala orang-orang mengkatai dan melebelkannya sebagai seorang pemalas (buet siuroe-uroe uet bale jaga).

Image: Source

Tiap kali ia angkat bicara, orang-orang menganggap remeh dan mencibirnya dengan kalimat; buet hana, lupah saho tan, haba ube raya (bicara tak sesuai dengan perbuatan). Seisi kampung memandangnya sebelah mata, dan pernah suatu ketika ia melamar seorang gadis pujaan hati di kampungnya, orang tua sang gadis menolak mentah-mentah piangannya dan bahkan menghina.

Nasibnya terus memburuk. Ia seperti orang yang kehilangan arah dalam kehidupan. Betapa tidak, pemuda ini tergolong sangat miskin dilingkungannya, tidak ada harta benda yang ia gunakan untuk memodali hidupnya. Keinginannya untuk merantau selalu dalam angan-angan, tapi apa daya, ia harus tetap bertahan dikampung karena orang tuanya sudah tua renta dan sakit-sakitan.

Tibalah hari dimana rakyat pada waktu itu memilih pemimpinnya, dan tanpa disangka yang terpilih sebagai kepala daerah adalah saudara dekat dari si pemuda malas tadi. Satu persatu orang-orang di kampung mulai menyanjungnya, dengan harapan bisa dekat dengan kepala daerah lewat si pemuda malas itu tadi. Suatu ketika sang kepala daerah mengundang seluruh pemuka kampung untuk hadir ke pendopo dalam acara khenduri turun tanah anaknya. Pemuka kampung mencoba menghampiri kepala daerah, dan mulai membuka pembicaraan dengan membawa nama si pemuda malas, karena ia tahu sang kepala daerah masih saudara dekat dengan si pemuda malas, Ia mencerita kondisi si pemuda dan seolah-olah sangat prihatin. Padahal, si pemuka kampung hanya bertujuan ingin menuai kedekatan dengan kepala daerah.

Beberapa bulan kemudian si pemuda mulai tak terlihat di kampungnya, orang mulai bertanya-tanya, kemana si pemuda itu pindah bersama orang tuanya. Hal mengejutkan terjadi, se isi kampung terkaget dengan datangnya sebuah mobil yang mengangkut paket lebaran untuk seluruh warga. Betapa tidak, paket itu ternyata berasal dari si pemuda malas. Si pemuda malas kini sudah menjadi kontraktor ternama berkat saudara dekatnya yaitu si kepala daerah.
Image: Source Barulah orang-orang menyadari, bahwa perubahan nasib seseorang bukan berarti karena semata-mata berubah nasib dirinya sendiri, namun bisa lewat perubahan nasib orang lain. Artinya, perubahan nasib pemuda ini lewat berubah nasib saudaranya yang menjadi kepala daerah. Dalam konteks lain, perubahan nasib ini bisa lewat berubahnya nasib teman, relasi, koneksi dan bahkan sebaliknya; "Nasib Indonesia sendiri bisa berubah karena terpuruknya nasib jepang dikala itu".

Oleh karenanya, jangan sesekali gampang meremehkan nasib orang lain, meskipun ia tidak beranjak dari tempat duduknya untuk mengubah nasib. Karena bisa jadi semesta mengistirahatkannya untuk sementara waktu dan dipersiapkan untuk mengelola sesuatu yang lebih besar.

Ada banyak hal yang terjadi di dunia tanpa campur tangan manusia, dan kita akan terkaget tatkala semesta bersabda.