Ca dan Ve
"Kau sibuk siang ini?" pesan dari Ca masuk saat Ve sedang bersiap-siap untuk malas-malasan.
Libur panjang ini sepertinya memberi pengaruh bagi Ve. Ia jadi malas keluar rumah. Bahkan untuk beranjak ke kamar mandi pun rasanya enggan. Ingin terus merapatkan punggungnya di kasur. Kapan lagi bisa menikmati me time sepuas-puasnya.
Ve selalu menikmati waktunya saat seorang diri. Paling sering ia habiskan untuk membaca. Diselingi dengan mendengarkan musik di iTunes. Kalau sedang berlimpah kuota internet, ia habiskan untuk menonton film. Hari ini, ia sudah bertekad untuk tidak akan beranjak dari tempat tidurnya. Sampai pesan dari Ca masuk ke ponselnya.
"Nggak ada. Di rumah saja," balasnya cepat.
Ve tak ingin membuat Ca menunggu terlalu lama. Ia tahu betul sifat Ca yang tak sabaran itu. Kadang-kadang itu jadi sumber keisengan Ve untuk mengusili Ca.
"Ke mana kita?" tanya Ca lagi.
"Ke mana?" Ve balik bertanya.
Begitulah mereka. Ketika yang satu bertanya, seringkali dijawab dengan pertanyaan pula. Bagi Ve, tak penting mereka ke mana, asalkan bersama Ca. Mengaso di kolong jembatan atau duduk di halte sambil menyaksikan lalu-lalang kendaraan pun tak masalah. Asalkan bersama Ca.
"Aku kangen." Ve tak sanggup menunggu hingga nanti. Ca itu seperti candu sudah.
"Kau pernah masuk ke dala gua?" tanya Ve setelah keduanya bertemu.
"Belum," jawab Ca dengan raut wajah bingung.
Ca tahu benar kalau Ve tahu dirinya bukan pecinta olahraga ekstrem semisal penjelajah gua. Pertanyaan barusan terasa ganjil di telinga Ca.
"Kira-kira kalau ada orang yang masuk ke dalam gua mereka butuh apa ya?"*
Ca tampak berfikir sesaat. Ia menyelidik. Memandang Ve curiga. Jangan-jangan Ve sedang ingin mengetesnya.
"Cahaya. Senter?"
"Yap."
"Lalu?"
"Seperti itulah kehadiranmu dalam hidupku. Seperti cahaya senter yang kecil, tapi mampu memberi arah. Membuatku jadi bersemangat menapaki langkah demi langkah yang kulalui."
Ca tersenyum dengan kejujuran Ve. Ia merasa tersanjung. Itu artinya kehadirannya dalam hidup Ve benar-benar ada. Seseorang yang penting.
"Cahaya itu memang kecil, tetapi membuat kita mampu melihat apa yang ada di sekitarnya. Stalakmit dan stalaktit yang tadinya terlihat seperti cakar-cakar menyeramkan menjadi indah dan berwarna-warni. Dinding gua yang sebelumnya terkesan dingin dan angkuh, berubah menjadi pelindung yang memberikan rasa aman. Permukaan gua yang licin dan terjal mendadak menjelma menjadi permainan engklek yang membuat kita harus melompat-lompat. Kau tahu permainan engklek, kan?"
Ca dan Ve tergelak. Sejenak mereka bernostalgia ke masa kecil.
"Apa itu artinya sebelum bertemu aku hidupmu gelap?" ledek Ca sambil memamerkan cengirannya.
Ve kembali tergelak.
"I don't know. Kita nggak tahu apakah sebelumnya hidup kita gelap atau terang, sampai akhirnya kita sadar ada cahaya yang menyala atau padam di dalam hidup kita..." jawab Ve sambil menikmat manik mata Ca dengan tatapannya.[]
*Terinspirasi dari salah satu dialog dalam film Dunia Dalam Kita
Posted from my blog with SteemPress : https://senaraicinta.com/2018/12/25/ca-dan-ve/
Congratulations @ihansunrise! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :
Click here to view your Board
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Do not miss the last post from @steemitboard:
Hello @ihansunrise, thank you for sharing this creative work! We just stopped by to say that you've been upvoted by the @creativecrypto magazine. The Creative Crypto is all about art on the blockchain and learning from creatives like you. Looking forward to crossing paths again soon. Steem on!