Margaret Cinta yang Hilang dalam Kapal Gurita 1996 – Bagian 2

in #steempress6 years ago


Penumpang di samping Margaret seorang lelaki dengan paras menawan. Berkulit sawo matang, mengenakan baju koko, celana kain hitam dan kopiah hitam bermotif reuncong.

Sesekali lelaki itu menoleh temannya di bangku belakang. Tak lama lelaki itu menimbang-nimbang.

“Anda akan ke Tangse juga?” begitu sapa lelaki berjenggot tipis itu, diiringi senyum.

Margaret yang semula kaku, kini berubah senang. Pikirannya akan seorang laki-laki berkopiah, dipandang alim oleh seluruh masyarakat Aceh, tidak akan berbicara dengan perempuan ternyata sirna. Nilai tambah pada lelaki bersahaja itu adalah mampu berbahasa Inggris dengan benar.

“Benar, saya akan melakukan penelitian di sana,” Margaret langsung ke pokok permasalahan. Perbincangan mereka berlanjut, Margaret menceritakan tujuannya ke tanah Aceh, perkuliahannya yang tinggal menghitung bulan, suasana Aceh yang mencekam, rasa was-was, serta keindahan lautan Aceh yang menggoda.

Lelaki itu, yang kemudian menyebut dirinya Ahmad, antusias memperkenalkan Aceh kepada Margaret. Perempuan berambut pirang itu menyimak dengan penuh keyakinan. Seakan ilmu baru yang belum pernah dan tidak akan pernah ia dapatkan di tempat lain.

Bayangan akan Islam, keras, kasar, tak bermartabat, perlahan-lahan hilang entah ke mana. Pandanganya berubah begitu mendapat perlakuan istimewa dari Ahmad. Ahmad mengaku dirinya seorang guru, mengajarkan pemahaman agama serta al-Quran kepada sesama.

“Ajarkan saya tentang Islam, Ahmad?” ujar Margaret. Matanya bersinar. Seperti baru saja mendapatkan energi ribuan volt.

“Dengan senang hati,” jawab Ahmad. Pun dengan mata dan ekspresi berkaca-kaca. Islam adalah agama, sama dengan agama samawi lain. Diturunkan Tuhan untuk kemaslahatan umat. Mengajarkan baik buruk. Menyuruh berkelakuan baik dan meminta meninggalkan yang tidak baik. Berpakaian sopan. Bertutur kata teratur. Menjaga emosi. Menjaga segalanya!


“Katamu, kau mengajar al-Quran, bukan?”

“Benar,”

“Bukankah al-Quran itu dalam bahasa Arab?”

“Betul, seluruh isi al-Quran berbahasa Arab,”

“Mengapa kalian mempelajari bahasa Arab, itu kan bukan bahasa kalian sendiri?”

“Sebagai umat Islam kami wajib mengetahui bahasa Arab, Islam diturunkan di Arab, maka al-Quran berbahasa Arab,”

“Seandainya Islam tidak diturunkan di Arab apakah akan berubah?”

“Iya, contohnya Nasrani, bukannya bahasa asli Injil adalah Ibrani?”

Margaret mengiyakan.

“Peradaban Arab sangat besar pengaruhnya pada masa itu, orang berkelakuan jahil, yang buruk bisa menjadi baik, yang baik bisa berubah buruk, maka itu alasan Islam diturunkan di Arab!”

Margaret masih mendengarkan.

“Sebagai bangsa yang punya peradaban tinggi, mereka mensesaki kehidupan dengan sastra, karya sastra mereka sangat menawan, bahasa yang mereka tulis memesona setiap pembaca, namun karya sastra itu tak ubah hasrat mendapatkan perempuan dengan penuh napsu!”

Margaret memandang keluar. Pandangannya terpesona. Jalan berliku. Bukit dilewati.

“Di manakah kita sekarang?”

“Lembah Gunung Seulawah!”

Margaret melongo. Dari jendela kaca minibus itu angin menusuk tulangnya. Dahsyat sekali lukisan-Nya! Alami.

“Lanjutkan kisahmu!”

“Lalu Islam datang, melalui al-Quran Islam memperkenalkan karya sastra maha karsa. Sastra yang ditulis-Nya tak terbantah, bahasa yang diuraikan-Nya tak ada tandingan, makna yang dimuat-Nya membekas di hati sampai kini!”

“Begitu hebatkah kitabmu, Ahmad?”

“Kehebatan al-Quran bukan saja menghipnotis bangsa Arab dengan peradaban mereka yang jahiliyah, kandungan al-Quran diadopsi oleh bangsa-bangsa lain sampai akhir masa. Al-Quran sendiri sudah menjelaskan bahwa suatu masa kitab ini akan menjadi kitab seluruh umat, walau umat tersebut tidak mentuhankan Tuhan umat Islam!”

Margaret terpukau.

“Ajarkan saya membaca al-Quran, Ahmad! Katamu, ini adalah kunci membuka pintu agamamu!”

Mulailah Ahmad memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah. Kepintaran Margaret mampu mengimbangi kecepatan Ahmad dalam mengajar. Tidak sampai lima belas menit perempuan itu sudah mengenal huruf-huruf Arab berikut dengan titik dua, titik tiga, titik bawah dan titik atas.

Ahmad tidak habis pikir, bagaimana kejeniusan perempuan ini? Terbuat dari apa kecerdasan perempuan barat ini?

Perjalanan mereka terus melaju kencang. Margaret pun tak kalah kencang mempelajari setiap bacaan al-Quran. Ahmad mengajarkan dengan metode iqra’, mengeja kata perkata, sampai bisa membaca al-Quran sebenarnya.

Kesabaran Ahmad, kesungguhan Margaret, hasilnya perempuan bermata biru itu bisa mengeja alfatihah tanpa bantuan Ahmad.

Margaret tersenyum. Haru.

Ahmad membalas senyum. Simpul. Melirik teman-temannya di bangku belakang.

Lima menit setelah itu minibus sudah berhenti di tanah Tangse, basah berkabut.

***


Posted from my blog with SteemPress : http://ceritapria.xyz/2018/08/margaret-cinta-yang-hilang-dalam-kapal-gurita-1996-bagian-2

Sort:  

Halo @bairuindra, terima kasih telah menulis konten yang kreatif! Garuda telah menghampiri tulisanmu dan diberi penghargaan oleh @the-garuda. The Garuda adalah semua tentang konten kreatif di blockchain seperti yang kamu posting. Gunakan tag indonesia dan garudakita untuk memudahkan kami menemukan tulisanmu.Tetap menghadirkan konten kreatif ya, Steem On!

Terima kasih banyak

Coin Marketplace

STEEM 0.21
TRX 0.26
JST 0.038
BTC 95931.40
ETH 3358.80
USDT 1.00
SBD 3.04