Cerpen seorang wanita cantik
Alfiana Rahman, nama itu selalu terngiang di telingaku sejak bertemu dengannya sekitar dua bulan yang lalu. Ia gadis yang ramah, cerdas, polos dan banyak bertanya, itulah yang membuatku merasa menjadi manusia paling pintar di dunia saat aku berada di depannya padahal kenyataannya terbalik. Dan satu lagi dia adalah gadis saleha.
Aku mengenalnya dari Rania, mereka bersahabat. Sementara Rania adalah salah satu dari sekian banyak wanita yang aku beri harapan, aku menyayanginya, dia pun begitu. Tapi hubungan kami sama sekali tidak jelas, sejenis hubungan tanpa status.
Fiana, begitu ia sering dipanggil. Mendaftar di salah satu perguruan tinggi terkemuka dengan mengikuti program beasiswa. Rania memintaku menjadi pembimbing yang akan siap menjawab jika Fiana bertanya atau menemui kesulitan dan itu kulakukan dengan baik, karena Fiana pun sangat gemar bertanya. Sementara aku selalu memberinya jawaban yang sok spektakuler aku muak sendiri.
Saat semua urusan telah selesai, aku merasa mulai merindukannya, merindukan saat ia mengirimiku pesan berisi pertanyaan-pertanyaannya, rindu saat ia mengadukan kesulitannya dan aku merindukan pikiran-pikiran cerdasnya.
Karena rindu yang mengganggu ini, aku segera mengirimi ia pesan dan memintanya untuk menjadi temanku. Fiana menyambutnya dengan senang hati aku bahagia. Lalu aku mengajaknya bertemu berdua, yah hanya aku dan Fiana. Tapi justru karena itulah ia menolak. Ah, Rafa seharusnya aku sudah bisa menduganya.
Semakin hari hatiku semakin terusik oleh sosok Fiana, cinta ini semakin bergejolak, bahkan aku telah pandai merangkai kata-kata indah bak seorang penyair ulung, ah.. cinta, dasar cinta.
“plak!” aku tersentak kaget, lamunanku buyar oleh suara pukulan keras di atas meja.
“saudara Rafa El-ghifari silahkan baca diktat kuliah yang ada di depan anda dan maju untuk menggantikan presentasi saya!” suara itu menggema di setiap tembok-tembok ruangan dan memantul menikamku.
Dengan segan kuraih diktat yang ada di depanku disertai kebingungan, yang mana? halaman berapa?
“saudara Rafa, cepatlah sedikit!” suara dosen sialan itu kembali menggema.
“sial!” makiku dalam hati. Aku melangkah gontai, sementara Tom hanya cekikikan, awas kau Tom, kubalas nanti!
Aku memulai presentasi terburuk seumur hidupku dengan gugup, tak jelas jurusannya dan berakhir dengan sebuah peringatan, nilai ujian elektroku akan dapat C. Argh… kalau terus-terusan seperti ini bisa-bisa kuliahku berantakan.
Rafa melangkah tergesa menuju ruang kuliah Fiana, membiarkan Tom mengejarnya dengan susah payah.
“Rafa, lo dikejar tukang tagih utang?” Tom bertanya diselingi napasnya yang tersengal-sengal.
“gak usah banyak tanya deh Tom. Kalau lo mau ikut, ikut aja. Kalau gak ya udah tunggu di sini.” Jawabnya acuh dan mempercepat langkahnya meninggalkan Tom.
Rafa sampai di depan pintu kelas Fiana, menunggu gadis itu keluar dengan gelisah, ah Fiana kepolosanmu telah membuat hati seorang pria jadi tak menentu.
This user is on the @buildawhale blacklist for one or more of the following reasons: