Iju, Petani Organik dari Blang Bambi-Pidie
Suatu sore di bulan Juli 2017 lalu, saya main ke persawahan yang terletak di belakang kampung saya, Desa Dayah Sukon Bambi, Kab. Pidie, Provinsi Aceh. Seperti biasanya, di musim pasca panen padi, masyarakat di kampung yang berprofesi sebagai petani kembali terjun ke sawah bercocok tanam.
Berbagai aneka tanaman seperti bawang merah, cabai, tomat, dsb, menghiasi sawah-sawah di sekeliling kampung saya. Banyak pemuda kampung yang menghabiskan waktunya dengan menyiram tanaman di sore hari, sore itu saya bertemu dengan seorang pemuda ulet, masyarakat di kampung memanggilnya Iju. Boleh dikatakan ini orang sudah "PNS" di sawah. Bukan Pegawai Negeri Sipil, tapi Pekerja Non Seragam barangkali :)
Iju, adalah salah satu warga kampung saya yang pernah "ret di cong u" (jatuh dari pohon kelapa) sehingga salah satu kakinya pincang. Namun, semangatnya dalam bekerja atau bertani patut di beri penghargaan oleh Dinas Pertanian saya rasa.
Betapa tidak, dengan kondisi fisiknya yang tidak lagi normal ia mampu bercocok tanam dengan volume yang lumayan besar. Saat itu, ia mampu menanam 200 kilogram bawang merah berdua dengan istri tercinta.
Saya coba berinteraksi dengannya, dari hasil percakapan kami, dia memprediksi;
kalau 200 kilogram bawah merah yang ia tanam maka hasil panennya bisa mencapai 1 ton dengan estimasi 1:10. Artinya, 1 kg bisa menghasilkan 10 kg bawang merah dengan durasi waktu sekitar 60 - 70 hari tanam hingga panen.
Ada satu hal lagi yang membuat saya kagum dengan pemuda ini, ketika saya tanya dari mana modal bercocok tanam ini, ia menjawab modalnya dari hasil bercocok tanam sebelumnya, artinya ia menggandakan hasil sebelumnya untuk ditanami lagi dengan jumlah yang lebih besar. Sama sekali tidak ada campur tangan pemerintah baik dalam hal modal usaha atau sekedar subsidi alat pertanian.
Dalam pikiran saya langsung muncul pertanyaan, apakah Pemerintah Aceh atau Pemkab. Pidie atau Dinas Pertanian terkait sudah melaksanakan program pemberdayaan petani untuk meningkatkan produktifitas sektor pertanian di Aceh? Bayangkan, setiap tahun kita punya APBA 14 triliun lebih dan punya APBK 2 triliun lebih.
Jika satu persen saja dari nominal di atas digelontorkan untuk menstimulus para petani kita, maka bisa dibayangkan berapa kali lipat produksi hasil pertanian kita bisa meningkat. Sebagai contoh, satu orang Iju, bisa memproduksi 2 ton bawang merah dengan modal 200 kg. Bagaimana kalau ada 1000 Iju lainnya yang di support oleh pemerintah, maka bisa saja dalam durasi dua bulan petani kita bisa memproduksi 2.000 ton bawang merah dalam sekali panen.
Namun kembali lagi ke pertanyaan di atas, sudahkah pemerintah kita fokus menggenjot produktifitas hasil tani masyarakat kita?
Petani perlu diberdayakan, apalagi petani-petani organik (profesi utama) seperti Iju, yang setiap hari aktifitasnya sudah pasti di Sawah. Sebaliknya, belakangan justru banyak muncul petani-petani non-organik atau petani dadakan yang hanya mengandalkan kedekatan dengan kekuasaan untuk menyedot anggaran sektor pertanian melalui proposal-proposal kegiatan namun hasilnya hanya dalam bentuk laporan kegiatan tanpa produksi nyata di lapangan.
Sekian, semoga bermanfaat untuk para petani! :)
kali nyoe tapula bawang beu itimoh bitcoin heheeh, upvoted
Hana bantah, Jak ta pula bitcoin 😂
bijeh di malaya dimeukat hahah
Hahahaaaa
Bereh that hasil lagoe. Bisa menghemat dengan mengurangi pupuk kimia
Payah tren u Blang kalinyoe Bg @andifirdhaus 😂
Kadang kala ketika sudah masa panen, harganya yang membuat kita merasa sedih..
Disitulah butuh campur tangan pemerintah utk membuka akses pasar luar rakan @ojaatjeh
Ka mulai tren u blang...tinggai gle ngen laot teuk sagai utk peu sempurna
Kalinyoe payah kawe bace ngen eungkot kereuling di alue glee pak @rezaacoi 😂