80 Hari Mengelilingi Dunia Steemit, Memperingati Hari Ke-80 Aku Di Steemit
Hari ini, 12 April 2018, tepat hari ke-80 aku di steemit.
Untuk tulisan ini aku ingin mengucapkan thanks berat buat Bang @musismail, Bang @blogiwank dan Adinda @willyana, yang sudah mengajakku menikmati "sesatnya" perjalanan di steemit
80 Hari Keliling Steemit
Dalam “80 Hari Keliling Dunia” (80 Days Around the World), sebuah karya monumental Jules Verne, dua pelarian Fogg dan Passepartout harus memanfaatkan semua fasilitas yang tersedia pada masa-masa 1870-an untuk bisa dapat menyelesaikan waktu yang telah ditentukan yakni 80 hari.
Tetapi, mungkin aku tidak seberuntung kedua pelarian itu, karena setelah 80 hari ternyata baru sebagaian kecil dunia steemit yang bisa tergapai. Semua fasilitas kendaraan yang tersedia juga telah aku pergunakan untuk bisa mengelilinginya, esai, foto, puisi, komentar, atau juga bergabung di komunitas.
Dalam sebuah bingkai monitor laptop atau PC atau juga sebuah tablet, aku melihat Steemit memiliki sebuah keluasan, bahkan sangat luas dibandingkan dunia nyata. Mengapa aku katakan sangat luas, karena aku sendiri telah berada di dalamnya sedikit banyak telah pula mencoba untuk mengukur jarak tempuh yang harus dicapai. Steemit telah menjadi subyektif dan obyektif dalam dunia "aku". Kita membangun dan kita pula menikmati bangunan itu.
Sementara, mungkin dengan subyektivitasku cukup dengan sebuah peta dan buku ensiklopedi untuk mengenal obyek dunia nyata. Tak perlu metodologi yang rumit-rumit atau mengikuti sistem tertentu untuk menjelajah dunia. Bahkan juga tak harus hadir (being). Kita bahkan tidak perlu menyusahkan diri menjadi builder bagi dunia, cukup jadi penikmat saja
Tetapi di steemit apa dan bagaimana peta itu? Aku yakin, jika dunia yang dimaksud Jules Verne itu adalah steemit, maka dia pun harus mengubah judul novelnya itu. 100 hari, 1000 hari atau berhari-hari tanpa kepastian untuk menuntaskan mengelilingi dunia. Tak akan cukup 80 hari, seperti yang sudah kurasakan sendiri.
Awal Januari 2018 lalu, setelah membaca sebuah postingan Bang @musismail di grup WA Ruang Sastra tentang "menguangkan puisi", saya pun menelurusi tentang steemit. Setelah membacanya, kemudian aku melakukan registrasi. Empat hari kemudian saya di-approve. Tanpa bekal pengetahuan yang pasti mengenai platform ini, saya langsung saja mulai memposting sebuah konten berjudul Hujan Tak Jadi Reda. Aku kemudian menunggu apa yang akan terjadi.
Tidak terjadi apa-apa!
Saya mulai menimbang-nimbang lalu bimbang. Katanya bisa mendatangkan keuntungan finansial? Tetapi mana, mana keuntungan finansial itu. Ada aku lihat ada kacamata di postinganku itu bertengger berhari-hari, yang tidak akan bisa untuk aku belanjakan. Jadi dari mana jatuhnya dollar itu?
Sebentar, saya mau tertawa dulu.
Sebenarnya, saya sendiri sangat menyadari, bahwa akan tolol sekali jika berpikiran sekali kirim tulisan, maka akan ada uang datang. Sampai harimau punya sayap tidak akan pernah terjadi. Apakah aku terlalu lugu dan sederhana? Tetapi rasanya itu bukan lagi pemikiran yang sederhana dan naif, namun sudah benar-benar pemikiran di bawah standar sederhana.
Pertengahan Januari lalu, @musismail @blogiwank dan @willyana berada di Bengkulu untuk mengurusi rencana kegiatan Festival Sastra Bengkulu dan peluncuran buku “Soekarno, Cinta dan Sastra”. Aku dan @willyana janjian untuk bertemu.
Sabtu malam, di bawah tenda sebuah acara di Universitas Hazairin Bengkulu, kami pun bertemu. Berempat kami kemudian mengobrol sambil mendengar orang-orang bernyanyi atau baca puisi di panggung di depan tenda.
Setelah obrolan ke sana ke mari, topik kami lalu berpindah ke steemit. Dari topik ini, sepertinya tidak berpindah-pindah lagi. Hanya steemit. Dan, pada saat itu juga Bang @musismail memasukkan aku ke grup Steemit Budaya.
Aku harus mengubah rencana perjalanan!
Dalam obrolan malam itu, mereka bertiga memberikan penjelasan singkat tentang steemit kepadaku. Beberapa hal tentang blockchain tidak begitu asing bagiku, karena aku sendiri sudah menggeluti dunia blockchain cukup lama, yakni sejak 2014 lalu. Dua buah komputer personalku di rumah pun sampai saat ini masih terus mencangkul dan menambang cryptocurrency.
Tetapi menambang di steemit? Apa pula itu?
Dari penjelasan mereka, maka aku harus merombak ulang rencana dan pemikiran yang di bawah standar sederhana tadi tentang steemit.
Hari ini adalah hari ke-80 perjalananku mengelilingi steemit. Ah, belum... belum terkelilingi, bahkan mungkin belum bisa diukur sejauh apa perjalanan yang sudah aku tempuh.
Aku masih menjadi pelarian yang dikejar-kejar oleh detektif Mr. Fix yang ambisius. Sementara, aku telah melupakan ambisi, karena yang harus aku lakukan sekarang adalah terus berjalan dengan semua kendaraan yang ada, sampai merasa yakin telah bisa mengukur sejauh apa aku telah mengelilingi dunia steemit ini.
Sampai kapan? Tentu tak mungkin aku jawab, karena bagiku menulis adalah pekerjaan yang tidak mengenal pensiun; tidak ada kata berhenti untuk menulis.
Ya, katakan sajalah, sejauh aku masih mau menulis.
Emong Soewandi || @emong.soewandi
Terus saja berkeliling dan tentu menulis, memanfaatkan hayat dikandung badan. Insya Allah menjadi amal ibadah. Aamiin
Insya Allah, Bang. Semoga dengan sedikit kapasitas yang ada selalu bisa berbagi.
Terus menjelajah dan tetaplah semangat menulis bang Emong. Akan indah pada waktunya. Sukses selalu
Semoga tetap semangat dalam menjelajah di samudera steemit. Salam kenal dari Bireuen Aceh bang.
Congratulations @emong.soewandi! You received a personal award!
Click here to view your Board
Congratulations @emong.soewandi! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
More Attention More Gain