Strengthening Digital Literacy Through Steemit | Steemit Memperkuat Literasi Digital |
Meetup is one of the activities needed to strengthen the ability to communicate and strengthen the community which is one of the important aspects to succeed in Steemit.
Many argue Indonesian has not finished with the world of literacy when advances in digital technology invaded into private spaces. As a result, interest in reading and writing is still low, the maturity of the mind has not formed, many Indonesian citizens stutter utilize digital technology. What's the bad impact?
The hoax information easily penetrates people's minds (even into business fields) so the user becomes easily affected and draws conclusions from misinformation and data. Society becomes the object of political and economic interest through hoax information. Another impact is the misuse of technological advances for pornography, terrorism, and other cybercrimes.
In such conditions, advances in digital technology enter. Indonesian society is increasingly distant with the world of conventional literacy (what term is this?). Thus, it can be seen the number of publishing and book sales decreased along with the declining interest in reading. A group of other people who are building a conventional literacy culture, suddenly have to build a digital literacy culture. Millenial generation, live directly with digital literacy without getting to know conventional literacy.
Indeed, what is digital literacy?
I found many definitions of literacy, including digital literacy. National Institute for Literacy, defines literacy as an individual's ability to read, write, speak, calculate, and solve problems at the level of expertise required in work, family, and society.
Education Development Center (EDC) places more literacy than literacy, but includes the ability of individuals to use all their potential and skill in their lives. In this view, literacy encompasses various aspects such as social, financial, data, health, and so on.
According to Paul Gilster in his book Digital Literacy (1997), digital literacy is the ability to understand and use information in various forms from a wide variety of sources that are accessed through computer tools.
Digital literacy is an individual's interests, attitudes and abilities using digital technology and communication tools to access, manage, integrate, analyze, and evaluate information, build new knowledge, create, and communicate with others in order to participate effectively in society.
I tend to respect the above definition to understand digital literacy compared to others. In the links below, there are several definitions according to the experts. It looks like a student's thesis when we just dwell on definitions and forget substantially.
The presence of Steemit platform strengthens the understanding of digital literacy, not only for Steemit account users, but for everyone. The highly diverse Steemit Content, which includes articles on digital technology and blockchain in multiple languages, adds to the knowledge of digital literacy.
Especially for Steemians, this platform became the spirit to strengthen the culture of digital literacy. However, as with the book, Steemit is a cover. Steemians get nothing from Steemit when all the activities are not done.
When focusing only on Steem and Steem Dollars, literacy culture cannott build up optimally.
All activity in the world of digital literacy according to the expert, is in active Steemians activity. In Steemit we can access, manage, integrate, analyze, and evaluate information, build new knowledge, create, and communicate with others.
Well, of all these activities, do we have the maximum to do and take advantage of these activities?
Again, do not just focus on Steem and Steem Dollars when we call the benefits in Steemit. In Steemit, we can access various sources of information, not just limited to cryptocurrency, blockchain, and various other articles. Steemit is a vast ocean.
Therefore, professional management is required in Steemit. Management deals with accounts and information systems and other relationships. We are in a blockchain system that is integrated with many things. The ability to analyze and evaluate is needed to gain benefit and success in Steemit. Many new Steemians have now seen more exist than other players because of the ability of analysis and evaluation. Those who are successful always renew new knowledge. The dynamics in Steemit are so fast that they often fall behind when a day does not follow.
The ability to communicate--both spoken and written--becomes an important aspect of survival in Steemit, and this is part of the digital literacy culture. Through this capability, we build community strength both at home and abroad. Few successful people alone in Steemit, many of whom are successful with the community.[]
Memperkuat Literasi Digital Melalui Steemit
Banyak yang berpendapat, Indonesia belum selesai dengan dunia literasi ketika kemajuan teknologi digital menyerbu sampai ke ruang-ruang pribadi. Akibatnya, minat baca dan tulis masih rendah, kematangan pikiran belum terbentuk, banyak warga Indonesia gagap memanfaatkan teknologi digital. Apa dampak buruknya?
Informasi hoax mudah merasuki pikiran masyarakat (bahkan menjadi ladang bisnis) sehingga pengguna menjadi mudah terpengaruh dan mengambil kesimpulan dari informasi dan data salah. Masyarakat justru menjadi objek kepentingan politik dan ekonomi melalui informasi hoax. Dampak lainnya adalah penyalagunaan kemajuan teknologi untuk pornografi, terorisme, dan kejahatan siber lainnya.
Dalam kondisi seperti itulah, kemajuan teknologi digital masuk. Masyarakat Indonesia semakin berjarak dengan dunia literasi konvensional (istilah apa pula ini?). Maka, bisa diihat angka penerbitan dan penjualan buku kian menurun seiring dengan menurunnya minat baca. Sekelompok orang lainnya yang sedang membangun kultur literasi konvensional, tiba-tiba harus membangun kultur literasi digital. Generasi milenial, langsung hidup dengan literasi digital tanpa sempat mengenal literasi konvensional.
Sesungguhnya, apa itu literasi digital?
Saya menemukan banyak definisi mengenai literasi, termasuk literasi digital. National Institute for Literacy, mendefinisikan literasi sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat.
Education Development Center (EDC) menempatkan literasi lebih dari sekadar kemampuan baca tulis, tetapi mencakup kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skil yang dimiliki dalam hidupnya. Dalam pandangan ini, literasi mencakup berbagai aspek seperti sosial, keuangan, data, kesehatan, dan sebagainya.
Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy (1997), literasi digital adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer.
Literasi digital adalah ketertarikan, sikap, dan kemampuan individu menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat, dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.
Saya cenderung respek dengan definisi di atas untuk memahami literasi digital dibandingkan dengan yang lain. Pada tautan di bawah, ada beberapa definisi menurut para pakar. Ini terlihat seperti skripsi mahasiswa ketika kita hanya berkutat dengan definisi dan melupakan substansial.
Kehadiran platform Steemit memperkuat pemahaman mengenai literasi digital, tidak saja bagi pengguna akun Steemit, tetapi bagi semua orang. Konten Steemit yang sangat beragam, di antaranya berisi artikel-artikel mengenai teknologi digital dan blockchain dalam berbagai bahasa, menambah pengetahuan mengena literasi digital.
Apalagi bagi Steemians, platform ini menjadi ruh untuk memperkuat budaya literasi digital. Namun, sebagaimana buku, Steemit adalah sampul. Steemians tidak mendapatkan apa pun dari Steemit bila seluruh kegiatan yang ada tidak dilakukan.
Bahkan ketika fokus hanya pada Steem dan Steem Dollars, maka budaya literasi tidak bisa terbangun maksimal.
Seluruh aktivitas dalam dunia literasi digital menurut pakar, ada dalam aktivitas Steemians aktif. Di Steemit kita bisa mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat, dan berkomunikasi dengan orang lain.
Nah, dari semua kegiatan tersebut, apakah kita sudah maksimal melakukannya dan mengambil manfaat dari aktivitas tersebut?
Sekali lagi, jangan hanya fokus pada Steem dan Steem Dollars ketika kita menyebut benefit di Steemit. Di Steemit, kita bisa mengakses berbagai sumber informasi, tidak hanya terbatas dengan cryptocurrency, blockchain, dan berbagai artikel lainnya. Steemit adalah samudra yang mahaluas.
Karena itu, dibutuhkan pengelolaan yang professional di Steemit. Pengelolaan berkaitan dengan akun dan sistem informasi dan hubugan lainnya. Kita berada dalam sistem blockchain yang terintegrasikan dengan banyak hal. Kemampuan menganalisa dan mengevaluasi dibutuhkan untuk mendapatkan benefit dan sukses di Steemit. Banyak Steemians baru memiliki kini terlihat lebih eksis dibandingkan pemain lain karena adanya kemampuan analisis dan evaluasi. Mereka yang sukses selalu memperbaharui pengetahuan baru. Dinamika di Steemit sangat cepat sehingga sering tertinggal bila sehari saja tidak mengikutinya.
Kemampuan berkomunikasi—baik lisan maupun tulisan—menjadi aspek penting untuk bertahan di Steemit, dan ini adalah bagian dari budaya literasi digital. Melalui kemampuan ini kita membangun kekuatan komunitas baik di dalam maupun luar negeri. Hanya sedikit orang yang sukses sendiri di Steemit, yang banyak adalah sukses bersama komunitas.[]
Referensi:
- https://gurudigital.id/jenis-pengertian-literasi-adalah/
- https://lifestyle.kompas.com/read/2018/01/30/193015920/menkominfo-mulailah-literasi-digital-dari-keluarga
- https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/buku-literasi-digital/
- https://theconversation.com/model-literasi-yang-bermanfaat-untuk-indonesia-bukan-sekadar-melek-huruf-82508
- http://www.sumberpengertian.co/pengertian-literasi
- https://www.literasipublik.com/pengertian-literasi
- http://www.komunikasipraktis.com/2017/04/pengertian-literasi-secara-bahasa-istilah.html
Aceh akan alami revolusi nlbesar terkait literasi digitsl dalam 5 tahun ke depan.
Dan kita harus mulai dari sekarang dengan para aktivis Steemit yang militan seperti @bahagia-arbi dll. Siapkan blue print dari sekarang, meski sekarang sedang kita mulai.
Ya kemampuan komunikasi sangat penting sekali untuk bisa bertahan bukan hanya di Steemit.
Besar harapan, bahwa Steemit bisa menjadi literasi digital yang mendorong literasi konvensional. Sebab berbicara soal "rasa", manusia sulit terpisah dengan rasa alamiah yang terus akan diingat. Misalnya dalam konteks ini, rasa membaca dari buku fisik dan yang hanya buku digital, itu sangat berbeda. Makanya pula banyak yang rela membayar mahal untuk buku fisik karena mencari kesenangan rasa alamiah tersebut.
Sukses selalu para Steemian.
Saya juga merasa lebih nyaman dengan literasi konvensional. Kalau dalam contoh yang disebutkan @anggreklestari, membaca buku langsung lebih nyaman dibandingkan dengan e-book yang membuat mata cepat lelah.
Ditambah lagi aroma buku gak bisa tergantikan dengan ebook.
Kyknya pemerintah Indonesia jg sedang menggalakkan program literasi, termasuk pemerintah SUMUT.
Beberapa sekolah bahkan berinisiatif membuat seminar rutin ttg literasi ini bg...
salam dr Medan.
Sesekali undang Steemian @jamanfahmi, untuk ikut berdiskusi tentang budaya literasi digital melalui platform Steemit.
Tampa sebuah komunitas belum tentu orang akan maju di steemit ini bang, hanya itu saja, salam komunitas KSI BARSELA.
Pencerahan yang luar biasa bg @ayijufridar , semoga dunia literasi kedepannya semakin berkembang,.salam literasi...
Mengingatkan saya kembali betapa indahnya meetup 1 Chapter Pidie.... Mantapppp bang @ayijufridar, terus berkarya n salam sukses.
Sesudah membaca beberapa referensi, menyimpulkan dalam sebuah artikel ini dan mudah dipahami oleh steemian. Terima kasih bang.
Postingan yang sarat dengan komprasinya yang tepat @ayijufridar. Benar, banyak orang yang telah tidak begitu aktif menulis tapi ketika muncul platform steemit, energi dan produktivitas menulisnya jadi meningkat.
Saya sendiri, selain menulis kolom di sebuah koran dan memelihara blog dan akun youtube, sepertinya yang menjadi prioritas pertama adalah steemit. Kenapa?
Pertama: bangunan persaudaraan yang telah terbentuk agar tidak terputus, kedua: perkembangan informasi yang brrgerak cepat, ketiga: ingin berekspresi dan berkarya yang lebih baik lagi.
Setidaknya, saya punya mimpi, mudah-mudahan bisa melakukan beberapa kontes penciptaan karya puisi dan cerpen pada platform ini.
Terimakasih telah membagikan postingan ini @ayijufridar.
Salam KSI
Irman Syah || @mpugondrong