Cinta Dan Kecoak
Dari mana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati!
Syahdan, seorang gadis muda, manis, wajah aceh oriental. Masih SMU pula. Ibarat buah, ia begitu ranum. Menjadi rebutan para remaja muda. Namun, tak ada yang berani mendekatinya. Ia bak singa betina. Cantik dari jauh, galak bila dihampiri.
Ratna namanya. Yang setiap senin pagi. Pasti pingsan. Yang selalu harus masuk ke ruang UKS SMU. Hanya untuk disadarkan kembali.
Atau, jika tak jua sadar juga, ia harus dipulangkan. Hingga suatu hari, seorang pemuda desa, berani mendekatinya. Dan akhirnya, Ratna pun jatuh cinta kepadanya.
Kawan, Ratna itu, ibu kandung saya. Dan pria itu, adalah Juanda, ayah kandung saya.
Pernah, saya menanyakan kepada ayah. Bagaimana ia berani mendekati wanita yang terkenal judes di sekolahnya.
Ayah, dengan santai menjawab. Karena kodok!
Apa? Kodok? Sejak kapan kodok menjadi asbab cinta? Lalu berlangsung sampai ke pelaminan, hingga akhirnya, maut memaksa cerita perjalanan cinta mereka berakhir.
“mamamu, itu takut sama kodok. Walaupun dia begitu berani sama biawak, coba lempar kodok. Pasti mama pingsan. Dan ayah hadir sebagai orang yang mengantar mamamu pulang sekolah.” Ah, masuk akal! Idenya menarik, simpel, tapi tepat sasaran.
Waktu berlalu, saya tumbuh sebagai pria muda dewasa. Kerja di sebuah lembaga Bencana Tsunami. Dalam bekerja, saya satu team dengan seorang gadis. Yang cantik, pintar, Muslimah, Aceh banget pokoknya.
Akan tetapi, ia paling jutek dari sekian ramai perempuan di Lembaga itu. Ia, wanita cuek akan pria yang berada di sampingnya. Salah sedikit, di semprot. Ganjeng sedikit, dipastikan sendal melayang. Mirip, seperti singa betina dalam cerita Ayah.
Hari itu, malam begitu dingin. Angin bertiup kencang. Saya, memilih tidur cepat. Tak ingin lagi berkeliling kota Sabang. Lebih baik memeluk guling. Sembari bermimpi, bersanding Bersama bidadari. Yang mukanya teduh. Yang jilbabnya biru, yang manis senyumnya. Alamak…!
“yud..Yud..Tolong!” teriak seorang gadis di luar kamar.
Malam itu, saya dan si gadis, serta seorang pria lagi, kami ditugaskan ke Sabang. Untuk mendata Local Wisdom daerah mengenai bencana alam. Dan, ini, musibah datang. Tengah malam. Jam 3 pagi.
Saya bangun, buka pintu kamar, dan ia berdiri kaku, mukanya pucat. Keringat dingin terlihat dari jidatnya yang putih. Jilbabnya, hanya disangkutkan seadanya.
“kenapa Put?”
“tolong, di kamar ada kecoak terbang” jawabnya dengan wajah yang masih ketakutan. Saya tahu, ia tak becanda.
Apalagi yang harus saya tunggu? Segera melangkah mantap. Mengejar kecoak. Saatnya membuktikan teori ayah dan kodoknya.
Hasilnya?
Ah kawan, kalian sudah tahu kelanjutannya…
&&&
Intinya adalah, terkadang, untuk mengejar sesuatu itu tidak sesulit yang kamu bayangkan. Cukup dengan kecoak atau kodok, sudah mampu mewujudkan cintamu!
Memang cinta tak bisa ditebak ya bg @anakkorea
Begitulah bang. Terkadang dia datang ntah dari mana mana hahaha
Dimana bedanya Cinta sama Nafsu bang?
Antara Depe dan lucinta Luna bro. 😂😂