Tak Pernah Lelah
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi sawah hijau dan langit biru yang luas, hiduplah seorang pria bernama Pak Hasan. Ia bukan orang kaya, bukan pula pejabat, tetapi setiap orang di desa mengenalnya sebagai sosok yang tak pernah lelah membantu siapa pun yang membutuhkan.
Sejak muda, Pak Hasan terbiasa bekerja keras. Ia kehilangan ayahnya di usia belia, dan sejak saat itu, ia menjadi tulang punggung keluarga. Tidak ada keluhan dalam hidupnya, hanya semangat yang tak pernah padam.
Setiap pagi, sebelum matahari terbit, ia sudah bangun untuk bekerja di ladang. Setelah itu, ia membantu tetangganya yang kesulitan—ada yang sawahnya kebanjiran, ada yang atap rumahnya bocor, ada pula anak-anak yang ingin belajar tetapi tidak mampu membeli buku. Bagi Pak Hasan, kebahagiaan bukan tentang seberapa banyak yang ia miliki, tetapi seberapa banyak yang bisa ia bagikan.
Namun, hidup tidak selalu mudah. Suatu hari, Pak Hasan jatuh sakit. Tubuhnya lemah karena terlalu banyak bekerja dan kurang istirahat. Warga desa merasa kehilangan—tanpa Pak Hasan, mereka seperti kehilangan cahaya yang selama ini menerangi jalan mereka.
Tetapi, bahkan dalam sakitnya, Pak Hasan masih tersenyum. “Aku tidak pernah lelah,” katanya dengan suara pelan. “Selama aku bisa, aku akan terus membantu.”
Melihat ketulusan hatinya, warga desa pun bertekad untuk membalas kebaikan Pak Hasan. Mereka bergotong royong merawat ladangnya, memperbaiki rumahnya, dan mengumpulkan uang untuk membiayai pengobatannya.
Saat Pak Hasan akhirnya sembuh, ia terkejut melihat desa yang penuh dengan semangat kebersamaan. Ia menyadari bahwa kebaikan yang ia tanam selama ini telah berbuah.
Di bawah langit senja yang indah, ia tersenyum dan berkata, “Mungkin aku tak pernah lelah membantu orang lain, tapi sekarang aku tahu… Aku juga tak pernah sendiri.”