Zul, dan Mustika Merah Jambu
Kelak kita pasti akan mendapati akhir dari lorong panjang pada satu pintu pilihan yang sama-sama kita masuki ini, Zul.
Namun jika pun kau berjalan ke arahku, mengikuti jejak itu, silakan. Tidak juga kau kularang. Hidup masing-masing dan pencarian kita adalah pencarian masing-masing. Maka, berjalanlah jika ingin. Berbeloklah jika mau. Berhentilah jika hendak. Sekali lagi, jika kau berjalan mengikuti jejak-jejak yang telah kutapaki, jika di jalan kau dapati aku terbaring, entah sebab istirah atau mati, jangan peduli atau bangunkan. Ada atau tidaknya aku pada perjalananmu bukan jaminan. Aku tahu sebagian keinginanmu tapi itu tidak total. Kamu mesti terus berjalan. Jangan berhenti sampai kau dapatkan mustika keinginan.
Aku telah tiba, Zul. Dan kata "kelak" itu telah menjadi "kini". Aku tidak melihat tanda-tanda kau akan berjalan kemari. Terserah. Aku juga tidak peduli pada arah mana pilihan kau ambil untuk susuri. Aku tidak lagi mendengar tentangmu baik dari pengelana lintas atau dari gejala semesta. Tidak lagi ada firasatku untukmu tentang apa pun jua. Tidak. Aku tidak bisa mereka-reka lagi wajahmu. Tidak lagi bisa kudengar suarmu yang dulu pernah berdengung-dengung di telingaku.
Hari ini aku menulis lagi tentangmu, bukan sebab rindu. Melainkan demi menyampaikan, betapa mustika merah jambu yang kita cari itu, bila merekah di bawah siram kuasa lampu, tidak hanya membuat pemiliknya gagah pesona. Ia juga manjur untuk membuat pemiliknya panjang bahagia. Kau? Terima kasih sudah mengkhatam pencarian ini pada masa lalu. Sekarang mustika merah jambu ini benar-benar mutlak berpemilik satu.
Posted using Partiko Android