Mencintai Gadis Yang Pernah Nakal
MENCINTAI GADIS YANG PERNAH NAKAL
Love Is Blind, begitulah kata turis luar negeri, cinta itu buta,
begitu kata pujangga sejati, atau kata mereka yang menjadi korban
sinetron-sinetron ftv. Begitulah anggapanku untuk mereka yang berkata cinta itu
buta.
Namun, beranjak sedikit dewasa, aku mulai mengerti saat kembali
mendengar kata cinta itu buta, sebab tak hanya di tv-tv, aku melihatnya nyata,
dengan teman-temanku sebagai pemerannya, berganti-ganti scene aku mengamatinya.
Seorang pria gendut menikahi gadis seksi nan cantik, seorang gadis
hitam menikahi pria menawan juga bangsawan, atau mungkin saja contoh yang
paling terkenal Beauty and the Beast, atau bisa jadi itu memang kisah
nyata yang di filmkan, tapi entahlah.
Hingga akhirnya fenomena itu menghampiri hidupku, aku terserang
sindrom “Cinta itu Buta”, salah satu peristiwa yang tidak pernah bisa kulupakan
hingga sekarang.
Saat itu aku masih seorang mahasiswa di salah satu unuversitas di
Sumatera, dan aku juga punya latar belakang seorang santri, tepatnya SMP dan
SMA aku mondok di salah satu pesantren di Sumatera, Lulusan pesantren,
begitulah kata mereka.
Seperti biasanya, aku dan beberapa kawanku sering Shalat Magrib
berjamaah di Mesjid Agung setempat, dan biasanya setelah Shalat kami sering
bersantai di tangga mesjid untuk menunggu waktu shalat Insya, Namun malam itu
di tempat kami biasa menunggu ada tamu, dua wanita dengan cadar duduk di sana,
aku sempat berpaling pada kawanku lalu mengajak mereka untuk duduk di sebelah
sana saja, sambil menunjuk ke arah sisi lain mesjid. Namun dengan Senyum
mengejek, kawanku berkata itu tempat kita, mungkin itu tamu untuk kita,
ejekannya dimulai, sebab mereka tau aku sedikit gemeteran jika berhadapan
dengan makhluk berhati lembut itu.
Kamipun memutuskan duduk di sebelah mereka, belum lima menit kami
duduk, kawanku langsung agresif dan mendekati gadis bercadar tersebut,
sepertinya gadis tersebut memang sedang menunggu, karena terlihat asing di
tempat itu.
“Maaf Ukhty, ada yang bisa kami bantu “Tanya kawanku yang super
agresif itu
“Terima Kasih, Kami hanya sedang menunggu teman” jawab salah
seorang ninja itu
“oe, sepertinya ukhty bukan orang sini ya ?” rasa ingin tau kawanku
mulai membengkak
“Iya, sebenarnya kami ingin pergi ke rumah teman, tapi tidak tau
alamatnya, jadi kami menunggunya di sini “jawab gadis ninja itu dgn sedikit
penjelasannya
“oe, biar kami mengantarnya “aju teman saya dengan cepat,
“tidak usah repot, kami di sini saja, sebentar lagi mungkin kawan
kami sampai “jawab gadis ninja itu
“yasudahlah !!! memangnya Ukhty mondok dimana “teman saya kembali
bertanya
“di pesantren ******* “jawabnya singkat
Sontak kalimat itu membuat aku terkejut, ternyata mereka tetangga
pondokku.
Teman sayapun mengalihkan pandanngannya, lalu tersenyum, firasatku
mulai buruk, sepertinya bakat Ospeknya tumbuh, berkembang dengan cepat.
Kawanku menarik
tangaku, kemudian berkata pada gadis ninja itu
“ini teman saya
juga alumni salah satu pesantren di sana “jelasnya
“Oe “jawab gadis
ninja itu bersamaan
Akupun hanya
tersenyum, sambil plengak-plongok, tidak ada pertanyaan dan pernyataan
apapun,,, untung saja kawan yang menjemput mereka telah tiba, jadi saya tidak
harus lama-lama merasa bodoh di depan mereka.
Itu tamu tak
terduga ,,, !!!
Selanjutnya, besok
malamnya kembali seperti semula, namun sedikit berbeda pada cuaca yang sedikit
mendung, dan jumlah kami yang sedikit berkurang, malam itu kami hanya berdua
saja.
Baru saja tiba di
pintu gerbang mesjid, mata kami langsung tertuju pada tiga gadis yang sedang
duduk di tempat favorit kami, sepertinya gadis kemarin malam, bisik hatiku.
Namun kami hanya
samar-samar acuh, meski sekali-kali mencuri-curi pandang pada mereka, kemudian
kami langsung menuju ke tempat wudhuk, dan bergegas shalat.
Setelah shalat seperti biasa, kami duduk di tangga itu, tapi mereka
tidak ada di sana, gadis ninja itu.
Teman saya berkata
“mereka tidak ada”
Aku acuh saja
“mungkin pulang” jawabku singkat
Kemudian kami
duduk di sana, sambil bercerita seperti biasa, berbagi kisah, berbagi
pengalaman, berbagi ilmu tepatnya, 15 menit berselang, tiba-tiba gadis itu
muncul, dan duduk di sebelah kami, sedikit agak jauh tepatnya.
Sekarang keadaan
sedikit berbeda, kami berdua, mereka bertiga, namun meskipun demikian firasatku
sedikit membaik karena si agresif itu tak datang malam ini.
Namun hal aneh
terjadi, tiba-tiba saja gadis ninja itu mendekati kami,
“Akhy, boleh kami
kenalan ?” tanya salah seorang ninja itu
Hal ini membuat kami terkejut, aku (Nasri) dan kawanku (Anun) yang
sedikit gendut dan brewokan itu menyenggol tanganku, sepertinya dia malu-malu
mau,,,
“Iya, Boleh kok” Jawabku dengan gagap gugup
Kemudian semua terdiam, aku tidak tau harus berkata apa, dan
kawanku juga sama, hanya sesekali membuang pandangannya ke luar sana.
Fikiranku berkerja keras, suasana mendung tidak menghalangi
keringat tumpah, hawa hangat yang seakan muncul dari ketakutan dan keinginan,,,
“Boleh bagi No Telp nya saja Ukhty, sepertinya waktu Azan sudah
tiba “kataku yang sedikit gagap memecah kebuntuan
“Oe ya, boleh kok “jawabnya !
Akhirnya kamipun
bertukar No Telp, lalu kami Izin untuk wudhuk, begitu juga mereka, karena Azan
memang sudah berkumandang.
Sepulangnya dari sana, komunikasi antara kami pun dimulai, Widia,
Nisa, dan Riska, tiga nama gadis ninja itu.
Namun secara tidak sadar dan mungkin karena faktor nyambung dan
kenyamanan, atau bisa juga karena sama gilanya denganku, akhirnya aku lebih
Dekat dengan Widia, aku tidak tau apa kawanku juga dekat dengan dia atau yang
lainnya.
Aku tidak mau tau, biar mereka saja yang memutuskannya sendiri,
tanpa harus aku bertanya.
Aku dan widia semakin dekat, kamipun mulai bercerita tentang
keluarga, saling bergantian, bercerita tentang masa lalu dan sekali-kali
berbicara tentang rindu dalam malu-malu atau kadang tersirat pula rasa cemburu.
Aku tidak tau apa kenyamanan ini telah mengahadirkan cinta, atau justru
sebaliknya “salah mengartikan sebuah kenyamanan”.
Waktu terus berjalan, hampir setiap malam kami telponan, bertukar
fikiran, berbagi kisah, kadang pula berdebat dengan hal yang jika di fikirkan
tidak ada perlunya, tapi kenyamanan mengharuskan kami melakukan hal itu, hingga
suatu saat aku tercengang dan terkejut dengan ucapannya saat itu.
“Akhi, sebenarnya aku gadis yang sangat nakal “Ucap Widia
“Memangnya Kenapa ? “aku bertanya dengan sedikit tertawa
“Namun dia membalas dengan nada datar “Serius !
“Aku terdiam, sepertinya dia mulai serius, sejak malam pertama kami
telponan sepertinya tidak ada nada bicara yang seperti ini, seperti rasa
mencoba keluar dari zona nyaman itu ada !
Dia melanjutkan cerita :
“sebenarnya aku gadis yang nakal dulunya, sebelum aku akhirnya di
buang ke pesantren oleh orang tuaku, atau ikut serta pula keinginan hijrahku,
di masa SMA, aku pernah berpacaran dengan 10 laki-laki dan ini hanya dalam
waktu 2 tahun, meski tidak ada cinta, aku menikmati dosa tersebut !
“kenapa diam ? tanya widia padaku
“aku sedang mendengar ceritamu, tapi aku tidak tau harus berkata
apa “pungkasku
Kemudia dia melanjutkan ceritanya :
“begitu murka rasanya mengingat masa itu, “isak tangisnya mulai
terdengar, aku bahkan tidak tau harus berucap apa, “bodoh” teriaku dalam
kepala,
“aku pernah berciuman dengan dua laki-laki diantaranya, tanpa rasa
cinta, dan aku yang memulainya” lanjut ceritanya yang membuat aku bingung
setengah mati
Ini masa lalunya, ini aibnya, ini kekurangannya, masa kelamnya,
tapi kenapa dia bercerita hal ini padaku, kenapa dia harus jujur tentang hal
seperti ini ? kenapa ?
Aku hanya meronta
di dalam kebisuan, tak berani bertanya apapun padanya !
“Akhy, ini semua benar-benar terjadi, jadi jangan anggap aku wanita
baik-baik, karena aku jauh dari kata baik itu, bahkan di pesatren juga ada
beberapa Ustadz yang mendekatiku, tapi aku menjauh, sadar bahwa gadis sepertiku
tak pernah pantas untuk laki-laki sebaik mereka. Gadis yang pernah durhaka pada
kesuciannya !
Aroma kenyamanan dan kedekatanpun seakan berubah, suasana dingin
dan sejuk menjelma api yang membakar, api cemburu, api menyesal, seperti menyesal
telah tahu sebanyak itu, dan mungkin antara penasaran jika tidak tahu.
“Bagaimana jika
aku jatuh hati padamu ? tanyaku menyairkan suasana
“jangan terlalu cepat memutuskan, nanti akhy kecewa, pikirkan orang
tuamu jika tau anaknya mencintai gadis kotor sepertiku, menyesal akan datang di
pengakhirannya” kata widia menjelaskan
“tapi aku merasakan kenyamanan, bahkan engkau jujur pada aibmu sendiri,
yang bahkan aku saja sebagai seorang laki-laki tidak berani “Jelasku
“itu serta merta agar orang-orang tidak menilaiku gadis yang baik
dengan pakaianku sekarang, sebab jauh sebelum ini, aku wanita murahan yang
mengobral kecusian” katanya dalam tak bisa terbendung
“oke oke, lupakan,! sekarang kita berbicara masa depan, bukan masa
lalu, sebab setiap orang baik punya masa lalu dan setiap orang jahat punya masa
depan, bukankah itu sama saja ? harap-harap tanyaku tak punya jawaban
“iya, tapi setidaknya orang yang dekat denganku pantas untuk
mengetahuinya, agar kelak dia tidak harus tau pada orang lain, dan itu membuat
aku takut “widia menjelaskan
Pembicaraan itupun kian berlanjut hingga larut malam, aku tidak
ingin mendengarkannya lagi, tapi dia terus bercerita tentang kekurangannya yang
justru aku tidak berani mengatakannya.
Namun aku percaya satu hal, bahwa semua yang dia katakan karena
rasa percayanya padaku, percaya aku dapat menyimpan rahasianya, bukankah saat
telah di percayai dia telah memberikan hidupnya ? bukan Cuma waktunya ? sebab
kepercayaan adalah harga mati dalam setiap hubungan, meski dalam kontek apapun
itu.
Tapi untuk kali ini aku percaya Cinta itu buta. Aku tak peduli
anggapan orang lain. Aku tak peduli kecaman orangtua dan keluarga besarku. Aku
juga tak peduli sikap genitnya dahulu terhadap banyak lelaki. Karena yang
kutahu, aku harus memperjuangkan cinta ini. Aku harus memperjuangkannya sampai kebahagiaan
yang di restui itu tiba. Suatu saat aku akan memiliki restu semuanya, aku
percaya itu.
Bireuen, 2017
#blogger #blog #indonesia #story #cerita #sajak #puisi #rindu #pathdaily #bitcoin #steem #quote #quotes #viral #cinta #gadis #nakal
Great. Thanks for sharing. I vote for you and begin to follow you. And Resteemed...