hidup itu laksana bermain bola
Hidup itu apa? Sudahkah Anda memiliki alat atau cara pandang terhadap hidup ini? Dua pertanyaan yang (terkadang) sulit dijawab. Karena, setiap orang sudah (atau belum) memiliki jawabnya masing-masing. Ada yang menjawab "urip iku mung mampir ngombe" -- hidup itu sekadar singgah minum, hidup adalah perjuangan, maupun hidup adalah perbuatan, dan jawaban lainnya.
Semua jawaban tadi benar. Tak pernah ada jawaban salah. Namun, ada satu jawaban unik: hidup itu "bermain" bola. Memahami Kesuksesan dari Kacamata Sepakbola, membuat kita memahami bahwa ternyata hidup itu memang "bermain" bola. Kita harus percaya diri dan konsisten mencetak gol (kehidupan) sebanyak mungkin untuk meraih "kemenangan".
sesungguhnya sepakbola adalah tentang hidup kita. Sepakbola bukan sekadar tentang "sepak" (kata kerja) atau "bola" (kata benda), melainkan tentang siapa yang menyepak bola, ke mana arahnya, bagaimana filosofinya, dan apa dampaknya bagi peradaban manusia. Bahkan lebih dari itu, melalui sepakbola kita dapat melihat yang meta [yang tak terlihat] oleh ribuan mata penonton di stadion maupun jutaan pasang mata pemirsa televisi.
Permainan sepakbola diciptakan oleh manusia. Namun, sadar atau tidak, prinsip-prinsip dalam permainan ini "meniru" cara Tuhan menciptakan dunia dan segala hukumnya, baik hukum alam, moral, maupun keteraturan seluruh jagat raya. Lapangan bola adalah miniatur kehidupan. Di sana ada kedaulatan wasit yang mengadili pertandingan sebagaimana Tuhan berdaulat penuh atas hidup manusia di atas lapangan kehidupan.
Attack
Ada hukum dan aturan yang berlaku serta pengawas pertandingan, sebagaimana pula ada hukum, aturan, dan pengawas dalam lapangan kehidupan manusia di dunia. Sehebat-hebatnya Pele, Messi, atau Ronaldo, mereka adalah insan yang sepenuhnya tunduk pada wasit. Kartu kuning atau merah, offside, maupun ukuran lapangan ditetapkan tanpa persetujuan mereka. Semua sudah jadi dan ada. Pemain hanya diberi kesempatan untuk menaatinya.
Begitu juga dengan hidup ini. Manusia ditempatkan di bumi yang sudah jadi. Mereka tidak dapat menentukan siang, malam, tumbuhan maupun hewan yang hidup di bumi. Bahkan, manusia tidak diberi kebebasan untuk menentukan posisi hidung, mata, telinga di tubuhnya sendiri. Semuanya sudah ada dan manusia hanya wajib menjalani hidup sesuai aturan pengadil lapangan kehidupan yaitu: Tuhan.
Kedaulatan Tuhan telah merancang hidup ini seperti kompetisi panjang yang harus dijalani sejak kickoff (lahir) hingga peluit panjang tanda "pertandingan" berakhir (kematian atau kiamat). Dalam pertandingan di lapangan kehidupan ini, perlu strategi mantap untuk memenangkan pertandingan. Ada goal (tujuan) yang harus dituju, ada passion yang harus dipenuhi, dan ada team serve.
Sebagaimana di lapangan hijau, hidup ini penuh dengan jebakan offside, sering terjadi pelanggaran, berisiko cedera, terkadang kecolongan hingga beroleh penalti. Bahkan, terkadang mendapat peringatan atau sanksi berupa kartu kuning (sakit) maupun merah (mati). Karenanya, selain defence, dalam hidup ini kita juga harus attack. Kita harus menjalaninya dengan confidence, konsisten hingga saat injury time, dan memaksimalkan potensi untuk menggapai kemenangan (hidup).
Penautpaksaan
Layaknya menit pertandingan sepakbola, 90 menit renungan pendek yang menautkan sepakbola lapangan hijau dengan kenyataan di lapangan kehidupan. Sekalipun banyak membahas tentang sepakbola, prinsip-prinsipnya dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan yang kita jalani.
Menyaksikan 90 menit pertandingan sepakbola tak ubahnya berada di dalam ruang kelas maupun laboratorium. Makanya, jangan sampai 90 menit (bahkan lebih) itu terbuang sia-sia dalam irasionalitas fanatisme buta, tanpa pernah belajar apa pun dari pertandingan sepakbola.
-Gheeto T Wicaksono.
Congratulations @mrparsy99! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking