Pasar Tradisional
Pasar tradisional secara definitif &de facto adlh tempat transaksi jual beli yg dilakukan secara sederhana dengan keunikan tawar menawar secara langsung.
Bahwa di pasar tradisional terdapat keramah-tamahan, tempat dimana tdkk ada perbedaan SARA (setahu saya), penjual bersikap ramah, tersenyum tulus (bukan karena ketentuan SOP yg mengharuskan utk bersikap: senyum, salam, sapa, santun), membuat calon pembeli merasa nyaman & melakukan komunikasi dg akrab seakan sdh saling kenal.
Di pasar tradisonal adalah tempat penerjemahan " Obah Mamah ~ siapa yg mau beraktifitas akan mendapatkan rejeki". Sopo sing gelem Obah, bakal iso mamah~ siapa saja yang mau gerak, tentu bisa mendapatkan rejeki (nafkah). Bahkan ketika tak punya modal sepeser pun, asal mau gerak pro aktif di pasar, bantu angkut-angkut, akan dapat bayaran kan? Kalau mau jualan, gelar alas atau papan, akan ada yang menitipkan barang untuk dijual dengan sistem bagi hasil.
Seperti seorang simbah yang berjualan parutan kelapa di sebuah Pasar. Menurut beliau, kelapa yg diparut tsb titipan org lain, juga bawang putih, tempe, telur ayam, semua dagangannya adalah titipan?
Di pasar tradisonal, kita akan melihat cermin konkrit bagaimana semangat kerja mereka yang berjibaku dlm berjualan, tdk ada yg menjadikan usia tua, kondisi fisik sebagai halangan untuk tetap produktif.
Di pasar tradisonal, kita juga akan melihat ekspresi nyata semangat hidup, dimana tdk sedikit yg berjualan beras, pisang, daun pisang, sapu lidi, ayam, telur, dan komoditas lainnya dari hasil kebun dan pekarangan rumah sekitarnya.
Mereka tidak mencari untung, mereka hanya melakukan ikhtiar dan berusaha kreatif utk semaksimal mgk mencari rejeki utk melanjutkan hidup. Bagi mereka, berangkat ke pasar berjualan dan berharap membawa pulang kebutuhan dapur, syukur Alhamdulillah jika masih bisa membawa uang utk kebutuhan rumah lainnya.
Jadi, masihkah ingin menawar serendah-rendahnya saat belanja di pasar tradisional? Apalagi terhadap pedagang yg berjualan demi menyambung hidup hari ini?
Repost from https://www.ririekhayan.com/2016/01/pesona-pasar-tradisional-yang-kaya_89.html?m=1