Tentang Gle Meulinteueng
Mari kita telusuri sejarah demi sejarah. Ada banyak sejarah yang perlu kita tahu dan penting untuk dipublikasikan, agar khalayak ramai juga mengetahui, sebab ini penting tentang daerah kita dan dari situlah kita belajar dan sedikit memahaminya.
Jika kita pernah menyusuri jalan Tangse-Keumala, pasti tahu di mana letak Gle Meulinteung. Dinamakan demikian sebab tingginya jalan agak melintang dan tikungan tajam menanjak ke atas kalau dari arah Keumala hendak ke Tangse.
Gle Meulinteueng termasuk dalam wilayah Keumala. Di sana ada makam para ulama tepatnya di puncak Gle Meulinteung. Makam itu dikenal dengan Makam wali sembilan di Keumala Raya.
Masa Aceh dalam penjajahan Belanda, di sinilah tempat pemeriksaan orang-orang yang melintas jalan Gle Meulinteung ini, baik yang menuju ke Tangse atau sebaliknya. Dalam pemeriksaan itu, tentara Belanda menyetop semua orang dan digeledah apa saja barang bawaan orang kampung. Tidak jarang ditemukan beras dalam karung dan semuanya dirampas paksa untuk menjadi milik Belanda, begitulah nasib saban hari setiap sampai ke Gle Meulinteueng.
Ada sebagian orang timbul ide untuk mengolah beras itu agar tak diambil lagi tentara buduk itu di tengah perjalanan. Mereka masak beras kemudian nasinya dijemur dan dikeringkan sehingga jadilah "beurteh atau disebut bu tho".
Setelah dijemur lalu dimasukkan ke karung untuk dibawa pulang ke kampung kalau di tengah jalan ada sweping tentara buduk itu tidak suka mengambil bu tho sebab yang mereka inginkan adalah beras secara utuh dan selamatlah orang-orang yang melintas di Gle Meulinteung waktu itu.
Sampai dirumah nasi yang sudah dikeringkan diolah sehingga jadi kembali nasi utuh sebagaimana baru dimasak. Hayeue juga pemikiran orang dahulu dalam mengolah makanan dan betapa buduknya perbuatan Beulanda itu.
You've got a free upvote from witness fuli.
Peace & Love!
Terimakasih banyak