RIP Stephen Hawking / Saintis terkemuka nan Kontroversial Stephen Hawking meninggal dunia
January 8, 2018, great physicist Stephen Hawking was 76 years old. Yesterday rumored to have died, after 55 years ago was predicted to survive in 2 years, at the age of 21 years, because of being diagnosed with amyotrophic lateral sclerosis (ALS) neurological disease. Hawking said: "One can not prove that God does not exist, but science makes God unnecessary." Hawking further writes: "Hawking even believes that intelligence artificial alias AI or artificial intelligence will replace the human as a whole. Kompasiana 13/3/2018.
RIP, pada 8 Januari 2018, fisikawan agung Stephen Hawking berusia 76 tahun. Kemarin dikabarkan telah meninggal, setelah 55 tahun lalu diprediksi bertahan dalam 2 tahun, pada usia 21 tahun, karena didiagnosis menderita penyakit neurologis amyotrophic lateral sclerosis (ALS). Hawking berkata: "Seseorang tidak dapat membuktikan bahwa Tuhan tidak ada, tapi sains membuat Tuhan tidak perlu." Hawking selanjutnya menulis: "Hawking bahkan percaya bahwa kecerdasan buatan alias AI atau kecerdasan buatan akan menggantikan manusia secara keseluruhan. Kompasiana 13/3/2018.
There have been differences of views between physicists and clerical views in terms of the creation of the universe. The religionists see the universe as created and God existed as the Creator. It will remain the two views, unable to cancel each other out, for they differ in the way they see it. One looks from the point of physics and the other looks from the point of metaphysics.
Ada perbedaan pandangan antara fisikawan dan pandangan ulama dalam hal penciptaan alam semesta. Para agamawan melihat alam semesta sebagai ciptaan dan Tuhan ada sebagai Pencipta. Ini akan tetap menjadi dua pandangan, tidak dapat saling membatalkan, karena perbedaannya sama seperti pandangan mereka. Kita melihat dari sudut fisika dan yang lainnya terlihat dari sudut pandang metafisika.
Every science has a different perspective in viewing reality, and the various viewpoints are actually enriching in understanding reality. In fact the reality of reality is single but multi-dimensional, so a multi-dimensional approach of science is needed to understand a reality. Despite the opposite, we need both, science and religion, to solve different problems facing humans.
Setiap sains memiliki perspektif yang berbeda dalam melihat kenyataan, dan berbagai sudut pandang benar-benar memperkaya dalam memahami realitas. Kenyataannya kenyataan adalah tunggal tapi multi dimensi, sehingga diperlukan pendekatan multi dimensi sains untuk memahami sebuah kenyataan. Meski sebaliknya, kita butuh keduanya, sains dan agama, untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi manusia.
Hawking's own life shows that the medical prediction that he will live in two years, not true and misses far, even past 53 years of forecast. Religious believes that human life is in the hands of God, born and dead when, only God knows. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji'un.
Kehidupan Hawking sendiri menunjukkan bahwa prediksi medis bahwa ia akan hidup dalam dua tahun, tidak benar dan merindukan jauh, bahkan melampaui 53 tahun ramalan. Religius percaya bahwa kehidupan manusia berada di tangan Tuhan, lahir dan mati saat, hanya Tuhan yang tahu. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji'un.