Permata di Sudut Indonesia
Pertama kalinya aku melangkah menuju pelabuhan untuk benar-benar menaiki bot. Pertama kalinya aku menyeberang lautan menuju sebuah pulau. Pertama kali aku melihat lautan luas lepas dari tengahnya. Terlalu banyak ‘pertama kali' dalam perjalananku kali ini. Pulo Aceh, salah satu kepulauan di Nanggroe ku yang terdiri dari 2 pulau kecil yaitu pulau Breuh dan pulau Nasi. Pulau Breuh adalah tujuanku kali ini. Jika dalam bahasa kesatuan pulau ini diartikan sebagai pulau Beras sedang sebelahnya pulau Nasi. Entah bagaimana sejarahnya akupuntur lupa bertanya. Takut, lelah, panas, pusing, mual, aku lupa apa pernah mengetahui hal itu. Karena saat bot yang kami tumpangi menelusuri lautan dengan berbagai suguhan pemandangan indah dari alam, aku terpesona. Terlalu terpana untuk merasakan hal-hal aneh itu.
Sesaat setelah bot berlabuh, kami melanjutkan perjalanan menuju sebuah Desa, Rinon. Telah ku kenal sebelumnya desa ini adalah desa yang disebut sebagai kilometer 0 Indonesia. Kini ku kenal Sabang sebagai gantinya. Bagaimana bisa itu terjadi, banyak ku dengar cerita dari mereka. Namun mengapa dan apa (selanjutnya) kini mereka makin kencang bersuara. Mereka memimpikan segalanya. Kehidupan yang lebih baik, pendidikan yang mempuni, fasilitas yang memadai. Ku dengar itu yang mereka sampaikan saat ada kunjungan dari Pemerintahan. Ku lihat harapan besar untuk perbaikan masih sangat ingin mereka ungkapkan.
Kepulauan ini terdiri dari 2 pulau besar berpenghuni dan belasan pulau sekitarnya. Satunya disebut Pulo Nasi yang menurut masyarakat memiliki makna yang berarti. Dahulu banyak petani yang berangkat dari negeri untuk berkebun dengan membawa bekal nasi. Saat tia di pulau dan setelah lelah bekerja, nasi dengan lauk seadanya nikmat di santap bersama. Sedangkan yang lainnya dinamai pulau Breueh yang dalam bahasa Aceh diartikan sebagai beras. Pulau ini lebih besar dibanding yang lainnya, jaraknya pun sedikit lebih jauh. Sehingga bekal nasi tak lagi memadai, basi jika di makan ketika sampai di pulau ini. Dari pengalaman tersebutlah akhirnya pulau ini dinamai pulau beras.
Kunjunganku kali ini tidak bertujuan hanya sekadar membahas sejarah pulau-pulau tersebut. Kali ini lebih dari itu aku akan berfokus pada anak-anak desa. Aku dan kedua rekanku tetap berbagi tugas untuk memelihat berbagai bakat yang dipunyai mereka. Kelas ku 'Membaca Lanjutan', berisikan beberapa permata. Permata desa Rinon yang tengah di bentuk alami dengan indahnya. Mereka adalah anak-anak luar biasa. Ide yang mereka punya, celetuk ketidaksabaran saat bermain, rebutan kertas origami atau bahkan ‘ngambek’ saat gambar dan pensil warna yang ku berikan kurang. Semangat dan ‘keras kepala' itu yang membuatku selalu mengingat mereka.
Permata Rinon. Aku menyebut mereka demikian karena bagiku mereka tak perlu terlalu banyak dibentuk, dengan sendirinya mereka akan indah. Mereka hanya perlu beberapa tangan dan mata yang menyadari potensi itu serta membantu mereka mempercantiknya. Salsabilla, salah satu permata indah yang sesaat menjadi milikku. Pernah sangat sulit mengambil hatinya, bahkan untuk sekadar memberikan senyumnya padaku pun ia enggan. Entah apa yang menyebabkan kebencian di hatinya membara begitu memasuki waktu belajar bersamaku. memang sebelumnya ada seorang teman yang menempati posisi ku dan sudah bersamanya sebulan untuk belajar membaca dan menulis bersama. Yang ku tau teman tersebut juga hampir sama sepertiku tak punya sesuatu yang lebih istimewa dariku. Ya, miriplah...
Entah semengerikan apa aku dilihatnya, sampai pernah ingin ku menyerah putus asa. Namun setelah beberapa waktu, ia menjadi gadis kecil yang manja. Bisa ku rasakan itu karena ia anak pertama. Sama sepertiku, kadang ingin ada seorang kakak yang bisa dijadikan tempatku curahkan isi hatiku.
“Kak, semakin hari kita belajarnya makin asik ya”, aaah... Akhirnya senyum itu untukku sekarang. Ia belum lancar membaca, tapi semangat belajar dan percaya dirinya sudah sangat memadai untuk ia terus belajar.
Beberapa kali ku bertemu ibunya, banyak berbincang bercerita tentang si sulung. Ibu bilang ia memang begitu adanya, jika suka ia katakan jika tidakpun akan dikisahkan. Adik, baginya itu tanggungjawab. Adik, baginya sesuatu yang berharga. Melindungi, lemah lembut, kasih sayang adalah sisi lain darinya yang tampak jelas saat ia bersama sang adik. Salsabilla menunjukkan padaku hal yang menurutku sulit, Percaya Diri, Semangat dan Tanggungjawab. Dia salah satu dari beragam warna dan bentuk Permata dari sudut Indonesia.
Hello @nourica43! This is a friendly reminder that you have 3000 Partiko Points unclaimed in your Partiko account!
Partiko is a fast and beautiful mobile app for Steem, and it’s the most popular Steem mobile app out there! Download Partiko using the link below and login using SteemConnect to claim your 3000 Partiko points! You can easily convert them into Steem token!
https://partiko.app/referral/partiko