Article

KEUNDURI BLANG DALAM PERSEPSI BUDAYA ACEH
Muklis Puna

Mate aneuk mupat jrat
Mate adat pat tamita

Itulah pepatah Aceh yang berlaku dalam masyarakat. Pepatah ini merupakan petuah yang diturunkan dari dari nenek moyang. Pakar kebudayaan Aceh mengklasifikasikan adat dan budaya Aceh dalam tiga kelompok besar. Ketiga kelompok besar itu meliputi adat adattullah,adattunnah,dan adat mahkamah.

Adattullah adalah segala kegiatan adat masyarakat Aceh yang berhubungan dengan kebiasaan masyarakat berkaitan dengan hukum islam hal ini terlihat pada pelaksanaan salat jumat. Dalam tradisi masyarakat Aceh, ketika pelaksanaan salat jumat semua kegiatan masyarakat dihentikan untuk menghormati ibadah mulia ini. Contoh lain yang berhubungan dengan adartullah peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW.

Adat mahkamah adalah adat yang berhubungan dengan keadilan dalam masyarakat. Adat ini mencakup segala urusan berkaiatan dengan keadilan dan perlindungan dan ganjaran terhadap pelanggaran aturan yang berlaku. Adat ini sangat kental dalam kehidupan masyarakat Aceh di sanping hukum kontitusi yang berlaku secara nasional.

Selanjutnya, adatunnah, adat inilah yang jadi fokus dalam badan tulisan ini. Adattunnah merupakan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat selain kedua adat yang telah dijelaskan di atas, Ruang lingkup adattunnah menguasai seluruh aktivitas masayarakat. Percampuran kebiasaan masayarakat dengan unsur agama membuat adat ini teralifiliasi dengan baik dalam siklus kehidupan masyarakat. Mengingat begitu banyak jenis Adattunah dalam kehidupan masyarakat Aceh. Penulis mengupas satu saja yaitu Adattunnah tentang Kenduri Blang
( kenduri turun ke sawah)

Kenduri blang adalah kebiasaan yang dilakukan sebelum masyarakat membajak sawah untuk menanam padi. Biasanya kegiatan ritual ini dilaksanakan 2 sanpai 3 bulan pasca panen padi. Rutinitas ini biasanya mengambil tempat- tempat yang dekat lokasi persawahan. Masyarakat yang akan mengadakan kenduri dikoordinir secara rapi oleh para tetua kampung. Setiap masyarakat membawa peralatan masak dan lauk- pauk untuk dimasak secara bersamaan. Biasaya masyarakat diminta untuk membawa ayam untuk dimasak di lokasi kenduri.

Proses masak memasak berlangsung dalam suasana damai dan penuh keakraban, Rasa sosial berlangsung penuh kemesraan tanpa mengenal statuta dalam kehidupan sehari hari. Setiap keluarga bersama dengan anggota memasak lauk menggunkan kayu sebagai bahan bakar. Ketika masakan sudah matang,para tetua kampung menyambangi dengan mengambil sebagian lauk untuk dikunpulkan dalam wadah yang disediakan.
Sebelum kegiatan makan bersama berlangsung, orang orang alim yang diundang melakukan ritual keagamaan dengan membaca kitab suci alquran dan berdoa bersama. Kegiatan ini bertujuan untuk memohon kepada sang pencipta agar diberikan keberkahan rezki untuk masa yang akan datang.

Setelah serangkaian kegiatan berlangsung orang yang dipercayakan muncul kepermukaan menyampaikan petunjuk tentang tata cara bercococok tanam dan aturan- aturan yang tidak boleh dilanggar seperti membawa tangguk dan menjemur padi di sawah setelah kenduri berlangsung.
Setelah penyuluhan berlangsung baru masyarakat dan tokoh masyarakat dipersilahkan untuk makan bersama. Makan bersama berlangsung akrab dan meriah. Suasana ini memberikan nuansa kerakraban dalam menjalin silaturahmi dalam bermasyarakat sebagai makhluk sosial. Dengan berakhirnya semua kegiatan di atas maka selesailah prosesi kenduri blang yang berlangsung dalam masyarakat Aceh. Namun perlu diperhatikan setiap daerah prosesinya bisa saja berbeda sesuai dengan reusan yang di anut.
Demikian Muklis Puna