[Puisi] Berikutnya
aku tunggu-tunggu
pertama sekali
bergejolak berbutiran
saru berleha-leha
aku sesegukan pada canda
atau malah berkata pada diamnya
aku jejali kuala-kuala peka
bertukaran pada nuansa
ajudan meriah duhai terangkat
seringkali jurang di perbatasan
bukan bulan yang sedang bias
lumatku habis berteka-teki
venom
seungkap adanya raut
menggila di jaga lelap
agung sudah ditinggi-tinggi
cempaka tak berbunyi lagi
hariku melipir
menyetir huruf satir
mekar tumbuh disisir
berikutnya aku berpasir
bertanah dan berdesir
di lapang tempat yang getir