Gemuruh Sesak Meluruh
Satu
Rindu beradu
Insan mencumbu temu
Sepasang meramu bait lagu
Dua
Beradu suka
Menyesap bahagia
Melantunkan syair berbalut asa
Tiga
Lekat memaksa
Asmara membakar rasa
Menenun puisi dalam jiwa
Empat
Tak bersekat
Tanpa pahit pekat
Tak payah jarak dilipat
Lima
Kembali berbunga
Tak tahu masa
Tak peduli hati dijaga
Enam
Malam kelam
Selimuti diri muram
Bayang semu kian merajam
Tujuh
Diri berpeluh
Menahan hati rapuh
Menahan gemuruh sesak meluruh
Delapan
Pupus impian
Hancur tiap harapan
Bak jingga ditelan kegelapan
Sembilan
Tak tertahan
Belati menusuk perlahan
Menyiksa batin kian tertekan
Sepuluh
Telah luluh
Inilah rasa jatuh
Begitu angkuh, begitu membunuh
Siapa yang patut disalahkan jika sepasang yang awalnya terikat kini tercerai berai?
Salah satu pihakkah? Mungkin
Tuhankah? Bisa jadi
Takdirkah? Entahlah
Lalu jika memang telah dipisahkan, patutkah marah pada-Nya?
Ah terus saja salahkan siapa atau apa
Sudahlah, tak perlu lagi merajuk
Yang terjadi telah digariskan
Telah dipersiapkan sesuatu yang lebih indah
Bukalah mata, biar sesak yang mendesak lesaplah sudah
Hirup sumber bahagia, entah sendiri entah dengan siapa
Sakit hanya sekejap
Tanpa perlu kau biarkan meresap
Usai sudah pedihmu
Selesai sudah dukamu
Peluklah kesukaan; cumbui ia
Kudus, 18 Agustus 2018.
Wuiiii, kreatif sekali kk, ada patidusanya 🤩
Meski isinya menunjukkan pilu yang mendalam, tapi kemasannya menarik, tetap menyiratkan harapan akan masa depan yang lebih baik.
Semoga mendapatkan pengganti yang lebih baik 🙏🏻
Jikapun memilih utk tetap sendiri, semoga itu adalah pilihan terbaik 🙏🏻
Terima kasih banyak, Kakak.
Semoga memang suatu saat diganti dengan yang lebih baik dari Tuhan. Hihi
Aamiin 😇
Congratulations @lavcii! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!