Bahagia Itu sederhana
Bahagia itu sederhana. dalam perjalanan hari ini saya menemukan satu pelajaran baru tentang arti sebuah kebahagiaan dalam hidup. Ketika itu, saya sedang berada di sebuah desa Kabupaten Ambon, Provinsi Maluku Bagian Timur Indonesia.
Secara kebetulan saat saya dan beberapa teman dari Aceh berkunjung ke negeri para raja itu, untuk mengikuti kegiatan organisasi kami. Sesampai disana kami menetap disebuah rumah milik warga desa tersebut. kebetulan tempat kami tinggal mayoritas masyarakatnya muslim, otomatis karena kita datang dari Aceh bagian ujung barat Indonesia, ya... pastinya kita bernasib hampir sama, yaitu, sama-sama dari ujung pulau bagian dari Negara ini. Sehingga kita langsung mendapat sambutan yang luar biasa dari warga sekitar itu, bahkan tak sedikit dari ibu-ibu disana bersikap ramah sama kami tak terkecuali hampir semua anak-anak di sekeliling tempat kami tinggal juga sama.
Awalnya kami masih agak sedikit malu-malu, tapi setelah beberapa hari disana kita mulai sedikit sering bercengkrama dengan warga sekitar. Nah, dalam tulisan kali ini saya hanya ingin sedikit berbagi tentang sebuah cerita tentang anak-anak didesa tersebut.
Hari itu, saat kami sedang duduk menikmati secangkir kopi didalam rumah, tiba-tiba saja kita mendengarkan suara anak-anak kecil yang sedang asik bermain bola kaki. Awalnya saya heran, dari mana asalnya suara itu yang terdengar tak jauh dengan lokasi rumah. Sebab, setau saya disekitar itu tidak ada yang namanya lapangan bola kaki, karena dilokasi itu cuma ada deretan rumah warga yang berjejeran dan juga ruas jalan yang tak seberapa besar.
Saya pun memilih beranjak keluar rumah, Terkejut rasanya ketika saya buka pintu ternyata suara itu berasal dari depan rumah kami tinggal. Yaitu, ditempat bekas lokasi penyimpanan barang bekas yang hanya berukuran kurang lebih 5x2 meter, tapi bisa digunakan untuk lapangan bola kaki anak-anak disini.
Jika dilihat, tempat itu sangat tak cocok untuk digunakan sebagai tempat bermain bola, tapi yang ku lihat bagi mereka bukanlah dari ukuran tempat, melainkan bagaimana hobby bermain bola itu tersalurkan. Wah...!!! Aku tak menyangka betapa mereka sangat menikmati permainan itu, bahkan dari sekitar sepuluh anak-anak yang ada disekitar lapangan ukuran kecil tersebut aku melihat jelas akan sebuah keseriusan, keceriaan dan juga kekompakan dari sebuah persatuan anak-anak sekecil itu dalam menikmati hidup dengan apa adanya tanpa ada rasa bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat pelosok.
Hal itu terlihat dari cara mereka mengatur permainan tersebut dengan mekanisme sebuah turnamen bola level liga divisi. Satu diantara mereka ada yang berperan sebagai wasit, tim kesehatan, pelatih, para pemain, papan skor, jadwal pertandingan, bahkan juga adanya pendukung yaitu dari kalangan anak-anak perempuan disekitar itu yang menjadi penonton.
Bagiku ini merupakan sesuatu yang sangat luar biasa dan selama ini hal semacam itu mulai menjadi langka, bahkan ditempat saya tinggal saja hal demikian itu sudah tak lagi ada dan berlaku, bisa dikatakan Yaaa...!!!, tak lagi ada cara anak seumuran mereka itu berpikir demikian. Hari itu juga, menjadi refleksi sekilas mengenang tentang masa kami kecil dulu ditempat kami tinggal kita pernah merasakan seperti mereka ini, tapi digenerasi sekarang didesaku hal itu tak lagi ada.
Anak-anak sudah banyak disibukkan dengan berbagai kegiatan yang tak lagi hidup dalam berkelompok, melainkan lebih kepada nafsi-nafsi sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
Bagi sebagian orang memang itu adalah sesuatu yang biasa, tapi bagi mereka itu adalah sebuah kebahagiaan dan kesenangan yang luar biasa. Dari situlah saya berpikir bahwa ukuran menjadi bahagia itu sangatlah sederhana dan itu jelas terlihat dari apa yang baru saja terlintas didepan mata kepala saya ketika itu.
Kalian adalah anak-anak yang luar biasa...!!!!, Ingatlah bahwa kebahagiaan bukanlah dari ukuran apa yang telah kita dapatkan, tapi apa yang kita miliki dan dapat kita nikmati.