The philosophy of "Bulukat Kuneng" and the method of making it / Filosofi “Bulukat Kuneng” Dan Cara Pembuatannya (Ina-Eng)

Dear Steemians...

Bulukat kuneng, itu lah nama yang biasa kami sebut untuk ketan kuning yang kita dapatkan di berbagai acara-acara tertentu di Aceh. Bulukat kuneng memiliki nilai history tersendiri bagi kami di Aceh, bahkan hampir setiap upacara yang diselenggarakan.

Bulukat kuneng memiliki arti simbolis untuk mengambil berkah, keramat dan memiliki unsur magis tertentu yang diharapkan datang dari setiap ritual yang dilakukan di Aceh. Walau pada hakikatnya keberkahan itu hanya datang dari sang Khalik.

Misalnya pada ritual peusijuek, bulukat kuneng bagian terpenting yang harus disiapkan pada ritual tersebut selain beberapa perangkat lain seperti beras dan padi yang dicampur, kemudian tepung yang dicampur air, daun cocor bebek, rumput dan tempat cuci tangan. Bagi masyarakat Aceh, setiap bahan-bahan itu memiliki filosofi dan arti khusus yang terkandung di dalamnya.

Namun untuk bahan-bahan pembuatan bulukat kuneng (ketan kuning) sebagai berikut :

• Beras ketan (sesuai yang kita harapkan)

• Kunyit

• Santan kelapa

• Daun pandan

• Serai

• Garam

Cara Pembuatannya :

Rendah beras ketan dan kunyit yang sudah jadi bubuk selama 1 jam. Tiriskan. Lalu kukus selama kurang lebih 20 menit sampai ketan mengembang (mekar). Kemudian rebus santan kelapa, daun pandan, serai dan garam secukupnya sambil mengaduk sampai mendidih, lalu Masukkan ketan yang sudaj direbus tadi kedalamnya, aduk sampai merata. Dan kukus selama kurang lebih 30 menit sampai matang.

Kemudian angkat dan buang bumbu-bumbu yang kita masukkan tadi seperti daun salam, serai dan daun pandan. Cetak sebagaimana yang kita harapkan bentuknya agar lebih menarik. Dan bulukat kuneng (ketan kuning) pun siap dihidangkan.

---

English

---

Bulukat kuneng, that is the name we used to call for the yellow rice we get at certain events in Aceh. Kuneng Bulukat has its own history value for us in Aceh, even almost every ceremony held.

The brooch of the kuneng has a symbolic meaning to take blessings, sacred and has certain magical elements that are expected to come from every ritual performed in Aceh. Although in essence the blessing only comes from the Creator.

For example, on peusijuek rituals, the most important part of the kuneng ranch is to be prepared in the ritual other than some other devices such as rice and rice mixed, then water-mixed flour, cocor duck, grass and hand wash. For the people of Aceh, each of these materials has a special philosophy and meaning embodied in it.

But for the ingredients of making the yellow bulukat (yellow ketan) as follows:

• Glutinous rice (as we expected)

• Turmeric

• Coconut milk

• Pandan leaves

• Lemongrass

• Salt

How to Make:

Low glutinous rice and turmeric that had been powdered for 1 hour. Drain. Then steam for about 20 minutes until the glutinous rice (bloom). Then boiled coconut milk, pandan leaves, lemongrass and salt to taste while stirring until boiling, then Enter the ketan that braised boiled earlier into it, stirring until evenly distributed. And steam for about 30 minutes until cooked.

Then lift and remove the spices we put earlier such as bay leaves, lemongrass and pandan leaves. Print as we expect the shape to be more interesting. And the yellow bulukat (yellow sticky rice) is ready to serve.