Inilah Saya, Kapasitasku dan Wawasanku

Bismalah,

Asalamaualaikum,

Alhamdulilah atas berbagai karunia dan kesempatan dari Tuhanku kepada saya.

Saya akan memulainya, 

Inilah saya, saya menyadari dengan keterbatasan diri ini, sebernarnya tidak layak mengenalkan, bahkan menilai diri di wilayah kapasitas, wawasan, dan pola pikir. Itu merupakan wewenang tuhan dan orang-orang yang memperhatikan kita, siapa dan apa diri kita ini sebenarnya, dari sisi kemanfaatannya, kecenderungan tipe kasta (brahma, satria, waisya, dan sudra), fadilah yang dimilikinya, dan fungsinya di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Namun saya mengenalkan diri ini agar dapat dijadikan acuan penilaian bagi anda mengenai kredibilitas, kualitas, analisa, dan pemikiran yang ada dalam semua tulisan-tulisan saya berikutnya.

Sejak tulisan awal ini saya terbitkan, platform ini masih jarang dikenal orang banyak, saya menganggap platform ini adalah kesempatan awal memperbaiki etika menyampaikan gagasan, pendapat, masukan, diskusi secara bermoral, bermartabat, dan beradab, serta membangun eksistensi secara terhormat. Di samping itu karya siapapun bebas diakui tanpa adanya campur tangan pihak ketiga, serta tidak sekaku karya tulis yang lewat institusi yang mensentralkan dirinya atas karya-karya itu melalui iming-iming poin, dan institusi itu mengatur karya-karya itu menjadi resmi dan kayaknya diakui seperti halnya jurnal, esai, dan makalah yang memiliki aturan penulisan yang terstruktur yang katanya sudah baik dan mungkin mudah dipahami. Di sini saya sedikit "menselipkan" sesuatu berupa harapan perkembangan teknologi blockchain agar mampu membuka jalan bagi siapa saja yang mau berkarya melalui tulisan yang dikendalikan dan diakui oleh komunitas. Platform ini terdapat fitur-fitur yang mendukung untuk menuju ke situ. Dan sejak tulisan ini dimuat, teknologi blockchain masih membuat sibuk umat manusia tentang pengembangan cryriptocurrency yang inti konsep dan terminologinya berupaya mereduksi sistem sentralisasi keuangan di seluruh dunia. Padahal terapan teknologi ini tidak terbatas pada urusan itu saja walupun mulai dikembangkan untuk kontrak cerdas dan konsep voting. Namun saya yakin, secara berlahan-lahan teknologi ini akan membawa manusia pada "Desentralisasi Jalur Pakar" artinya siapapun dapat menjadi master pada suatu bidang ilmu dan pengetahuan berdasarkan pengakuan komunitas yang terspesifikasi melalu ide, gagasan, dan pemikirannya yang telah ditanggapi secara aktif oleh komunitas tersebut.

Saya sangat mengapresiasi penemuan teknologi blockchain. Konsep yang saya tuangkan di paragraf sebelumnya bukanlah cerminan saya berambisi menjadi pakar suatu bidang. Itu hanyalah konsep yang lahir karena hasil saya memahami fitur-fitur yang ada di platform ini. Saya menganggap diri ini jenis manusia yang tau sedikit banyak hal. Begitu rumitnya menemukan sebuah fadilah dan keistimewaan di dalam diri. Perlu banyak berlatih dan belajar dan mendedikasikan waktu untuk apa yang kita pelajari. Sekali lagi saya bukanlah pakar pada suatu bidang. Saya hanya memposisikan diriku sebagai petugas penambang gagasan yang lahir dari peristiwa, obyek, dan fenomena yang ada. 

Pertama, di bidang agama, khasanah keilmuan masih rendah dan sedikit, dan saya bukan "jebolan" pondok pesantren. Kedua saya mengenyam pendidikan tertinggi sampai strata I yang fokus mempelajari berbagai fenomena dan teori ekonomi. Ketiga, di bidang teknologi informasi, saya tidak terlalu mendalaminya walupun saya benar-benar menyelami sangat jauh, saya hanya melihat-lihat saja. Keempat, khasana keilmuan sejarah dan politik masih minim literatur, hanya terbatas pada diskusi-diskusi saja. Jadi dapat disimpulkan, saya bukanlah ahli apapun.

Tutup kata dan kalimat, jika ada perbedaan gagasan dan pendapat, bahkan terdapat benturan, mohon maaf dan saya akan memperbaiki salah makna dari kata dan kalimat. Marilah kita bersikap dewasa dan bijaksana mensikapi perbedaan. Mari kita perbaiki peradaban ini dengan keluhuran ilmu pengetahuan agar menjadi peradaban yang dikehendaki tuhan.

Trimakasih,